Keesokan harinya, Shakira duduk di kamar kosnya, di depan sepiring nasi dengan telur rebus. Menu sarapan yang sangat-sangat sederhana. Telur rebus ibu dimasak di dalam rice cooker. Sinar matahari pagi masuk melalui celah-celah jendela, menerangi ruangan sederhana itu. Sambil memakan sarapannya dengan perlahan, pikirannya melayang pada pekerjaan yang akan ia jalani hari ini. Dia menatap tangannya yang sedang memegang sendok, lalu mengangkat tangannya, memperhatikannya dengan seksama. Hari ini, tangan-tangan itu akan bekerja keras mencuci piring di dapur rumah makan. Sebuah pekerjaan yang mungkin tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, tetapi Shakira sudah bertekad untuk melakukannya dengan sebaik mungkin. “Ini hanya awal,” gumamnya pelan sambil tersenyum tipis. Ia sadar bahwa pekerjaan ini