Bab 14

1534 Words
8 April 2016 Ellary Makan malam keluarga itu terkesan hening tidak seperti biasanya. Dari tempatnya di sudut meja, El menatap mereka satu-persatu: Mike yang sibuk dengan pikirannya sembari sesekali membersihkan mulut Tyler yang penuh, sementara Tyler sedang mengaduk-aduk makanannya hingga berserakan di atas meja makan sembari menggumamkan sesuatu yang tidak jelas seolah sedang berusaha mendapatkan perhatian ayahnya. Di seberang meja, Sloane tampak murung. Gadis itu nyaris tidak menyentuh makanannya sedikitpun dan ia lebih banyak melamun. El sendiri tidak memiliki nafsu makan. Akhirnya, El yang sedari tadi diam perlahan mendorong piringnya menjauh kemudian melipat kedua tangannya di atas meja selagi menatap Sloane dan berkata, “makan!” Sloane yang mendengar perintah itu langsung berkata, “aku tidak lapar.” “Kau tidak makan dengan benar selama dua minggu terakhir. Kau akan jatuh sakit dan aku akan menjadi orang terakhir yang tahu karena kau selalu menolak untuk bicara denganku..” “Tolong, Ma..” Sloane mendorong tubuhnya ke belakang kursi dengan kesal. Disaat yang bersamaan perhatian Mike mulai tertuju padanya. Sementara itu Mike menjulurkan tangannya ke seberang dan menggenggam tangan El selagi berusaha menenangkannya. Namun setelah diperlakukan semena-mena oleh putrinya sendiri selama hampir satu bulan terakhir, El mulai habis kesabaran. Hubungan Sloane dan Ethan yang sudah berakhir jelas memengaruhi segalanya. Bukan hanya membuat El semakin jauh dari putrinya, tapi juga merusak kebersamaan mereka sebagai keluarga. Apa yang akan dikatakan ibu dan ayahnya tentang hal itu? Apa El sudah gagal membuktikan dirinya sebagai ibu yang baik? Tapi El nyaris tidak mengenali dimana letak kesalahannya. Sloane-lah yang menutup diri dan berusaha menjauhinya seolah-olah El merupakan satu-satunya masalah disana. “Sloane, aku mau kau menjaga sikapmu. Makan malam ini penting untuk menjaga kebersamaan kita sebagai keluarga. Kalau kau tidak menghabisi makananmu dan terus bersikap kurang ajar padaku dan ayahmu, itu sama saja kau tidak menghargai kami.” “Demi Tuhan, ini hanya makan malam!” timpal Sloane dengan keras. Wajah gadis itu sudah memerah saat berusaha membela diri. “Kenapa kau selalu seperti ini?” “Seperti apa?” tantang El. Darahnya berdesir cepat, urat-uratnya menegang, tapi disaat yang bersamaan ia bisa merasakan genggaman Mike pada tangannya semakin erat. Mike mendekat saat berusaha membisikkan sesuatu untuk menenangkan El, namun El sudah dibutakan oleh emosi untuk memedulikan hal itu. Alih-alih menatap Mike dan mendengarkannya, El justru memandangi Sloane dengan marah. “Selalu memaksakan segalanya,” ucap Sloane. “Kau selalu ingin semuanya berjalan sesuai rencanamu. Kau ingin aku berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, padahal tidak! Apa yang mau kau buktikan, Ma? Pada siapa kau mau membuktikannya? Berhentilah menjadi orang yang menyebalkan..” “Cukup!” seru El dengan keras. “Habisi makananmu sekarang!” Gadis itu menggeleng keras. Seolah hendak menantang El dengan sikapnya, Sloane melipat kedua tangannya di depan d**a dan mengangkat wajahnya selagi berkata, “tidak.” Di samping El, Mike menatap gadis itu dan berusaha membujuk Sloane dengan pelan untuk menuruti El, namun seperti yang dapat ditebak, gadis itu sama sekali tidak menyentuh makanannya. “Jika kau tidak menghabiskan makananmu sekarang, maka kau harus mengembalikan ponsel dan kartu kredimu. Tidak ada fasilitas itu sampai kau menarik kembali kata-katamu dan bersikap baik di depan kedua orangtuamu.” “Kau sangat egois..” “Ponselmu..” potong El sembari menjulurkan satu tangannya. Sloane menatap Mike seolah mengharapkan bantuan, tapi ketika Mike tidak berbuat apa-apa, gadis itu mendorong ponselnya dengan kesal di atas meja kemudian meninggalkan meja makan itu dan berlari menuju kamarnya. Keheningan sempat singgah di atas meja makan selama beberapa saat. Wajah El masih terasa panas ketika ia mendengar bagaimana Sloane membanting pintu kamarnya di lantai atas. Suaranya menggema sampai ke dapur. Sementara Mike duduk diam dan memandanginya dengan tatapan kecewa. Laki-laki itu tidak bereaksi sampai El berkata, “jangan tatap aku seperti itu!” “Itu tidak diperlukan..” ucap Mike. “Apa yang kau katakan pada Sloane hanya akan membuat sikap diamnya semakin menjadi-jadi.” “Dia bersikap kurang ajar pada kita!” tegas El dengan keras. “Menurutmu aku harus diam saja ketika dia bersikap kurang ajar?” “Tidak, tapi membentaknya tidak akan membuat perubahan besar. Kau harus lebih bersabar dengannya..” “Sampai kapan? Dia merusak makan makan malam keluarga. Kalau dibiarkan dia akan terus seperti itu.” Mike menggeleng, tapi enggan menggatakan apapun lagi. Laki-laki itu kemudian berdiri untuk membersihkan sisa makanan Tyler yang terhampar berantakan di atas meja, kemudian mengangkat porselen dan membawanya ke bak pencuci piring. El memandangi laki-laki itu kemudian memutuskan untuk mengikutinya. Di konter, ia menyandarkan tubuhnya selagi memandangi Mike membersihkan sisa makanan dan mencuci porselen. “Jadi menurutmu aku harus bersabar dengannya dan tidak melakukan apa-apa?” “Bukan itu maksudku,” sahut Mike tanpa berbalik menatap El. “Lalu?” “Dia mungkin sedang berada di bawah tekanan atas apa yang terjadi baru-baru ini.. dan dia mungkin hanya membutuhkan waktu untuk memulihkan dirinya.” “Kau tahu bagaimana sifat putrimu, Mike. Jangan naif!” Mike mengangguk, kemudian merapikan sejumlah porselen yang sudah dicuci bersih ke dalam rak dan berbalik untuk menatap El. “Mungkin kau benar. Mungkin sudah saatnya kita bersikap keras. Jadi lupakan saja ucapanku. Apa yang kau lakukan, itu yang terbaik untuknya.” “Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan?” Kedua alis Mike bertaut. Laki-laki itu kemudian mencondongkan tubuhnya saat bertanya, “maaf? Apa yang kulakukan?” “Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?” “Menyembunyikan sesuatu darimu?” “Pengobatanmu. Kau tidak pernah mengatakan padaku soal pengobatanmu.” Tiba-tiba ekspresi Mike berubah pucat. “Dari mana kau tahu?” “Seseorang dari klinik menghubugiku pagi ini dan bertanya apa kau akan datang sesuai janji pertemuanmu dengan dokter ahli syaraf. Kenapa aku baru tahu tentang itu, Mike?” Ada keheningan yang berlangsung lama sebelum Mike mendekati El dan berkata, “dengar! Aku tidak mengatakannya padamu karena aku belum tahu pasti apa penyebabnya. Mungkin itu hanya migrain saja..” “Kau tidak akan mendatangi klinik kalau itu hanya migrain biasa. Jangan mengatakan omong kosong padaku!” Mike hendak membuka mulut dan bersiap untuk membantah El, tapi dengan cepat mengurung niat itu. Kedua bahunya mengendur saat ia berkata, “baiklah. Itu salahku. Aku tidak memberitahumu. Tapi serius, tidak ada yang perlu dibesar-besarkan tentang hal itu. Aku tahu kau sibuk mengurus Tyler dan masalah pekerjaanmu. Aku tidak ingin membuatmu khawatir.” El tidak bisa menerima penjelasan itu dengan mudah. Kejadian di atas meja makan dengan Sloane sudah cukup membuatnya kesal. Ia tidak membutuhkan Mike untuk membuat suasana hatinya semakin buruk. “Aku kesal karena kau tidak memberitahuku!” protes El dengan keras. “Seolah kau berusaha menyembunyikan sesuatu dariku. Kau sudah berjanji tidak ada yang ditutup-tutupi.. dan sekarang, lihat apa yang terjadi. Putriku bersikap kurang ajar dan suamiku mulai menutup diri. Apa ini sebuah pertanda? Jika ya, maka aku ingin kau memberitahuku sekarang! Itu lebih baik ketimbang aku mengetahuinya lebih dulu dari orang lain..” “Dengar! Maafkan aku, oke.. itu salahku.” Mike mendekati El kemudian menjulurkan kedua tangannya untuk meremas bahu El. Laki-laki itu menunduk dan berbicara dengan pelan di depan wajahnya sementara El terus menatapnya dengan permusuhan. “Itu tidak berarti apapun.. semuanya akan baik-baik saja, aku janji. Aku tidak akan melakukannya lagi. Kau tahu aku mencintaimu. Aku selalu mencintaimu. Aku mencintai keluarga kecil kita, dan kita akan melalui situasi ini bersama-sama. Percayalah padaku, semuanya akan kembali seperti semula. Aku hanya ingin kau lebih bersabar denganku, itu saja. Kumohon..” Kedua mata El mengerjap. Kesedihan dan kekecewaan yang sedari tadi berusaha dibendungnyapun pecah. El tidak bisa mencegah air matanya untuk tidak jatuh. Disaat yang bersamaan, Mike mendekatinya untuk menyeka air mata itu, kemudian menarik El dan memeluknya erat. El sama sekali tidak bereaksi. Ia tidak melingkari lengannya ke seputar tubuh Mike seperti yang biasa dilakukannya. Gagasan tentang kehilangan laki-laki itu selalu membuatnya takut. El menyadari dengan pasti bahwa Mike telah menjadi dunianya selama hampir dua puluh lima tahun kebersamaan mereka. Mike adalah satu-satunya orang yang dapat ia percaya - satu-satunya laki-laki yang ia izinkan untuk masuk ke dalam hidupnya dan menjadi ayah dari anak-anaknya. Satu-satunya laki-laki yang benar-benar ia cintai sejak dulu. Namun El jarang mengakui hal itu di hadapan Mike karena terlepas dari semua itu, El terlalu takut untuk menunjukkan kelemahannya. Pengalaman El bersama ayahnya telah membuat El membangun dinding pertahanan yang tebal dimana tidak seorangpun – termasuk Mike – dapat meruntuhkannya dengan mudah. Untuk membuktikan hal itu, El menyentak tubuhnya dan melepas diri dari dekapan Mike. Dengan cepat ekspresinya kembali mengeras. Sejenak ia memandangi laki-laki itu hingga suara telepon dari dari ruang tengah berdering. El bergegas untuk menjawab panggilan telepon. Seseorang menghubunginya adalah seorang perawat yang bertugas menjaga ibunya. Laki-laki itu kemudian memberitahu El kalau serangan panik yang dialami ibunya kambuh akhir-akhir ini dan meminta El untuk datang memeriksa wanita itu. “Baiklah, aku akan datang besok,” sahut El sebelum menutup telepon. Di belakangnya Mike sudah berjalan mendekat. Ketika El beranjak untuk membopong Tyler, barulah Mike bertanya. “Siapa itu?” “Ibuku,” sahut El tanpa menatap Mike. Di pundaknya Tyler berusaha memprotes setelah El menariknya keluar dari kursi makan. “Dia kambuh.” “Kau ingin aku ikut bersamamu?” “Tidak perlu. Bisa kuatasi sendiri.” El tidak menunggu Mike bereaksi begitu ia membawa Tyler pergi menuju kamar bayi dan meninggalkan laki-laki itu di ruang tengah sendirian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD