Prolog
11 April 2016
Ellary
Di dekat birai jendela, El berdiri menunggu sampai mobil yang ditumpangi Mike dan Sloane pergi meninggalkan halaman rumah. Begitu mobil itu menghilang di ujung jalan, El segera meluruskan niatnya untuk menyusup masuk ke kamar Sloane dan menggeledah seisi lemari dan laci penyimpanannya. El berharap dapat menemukan sebuah buku catatan harian, atau barang pribadi apapun yang berusaha disembunyikan Sloane di dalam sana, tapi usahanya tidak membuahkan hasil. Akhirnya El memutuskan untuk membuka laptop yang biasa digunakan Sloane dan diam-diam masuk ke akun media sosialnya.
Sloane tidak mengunci akun itu sehingga El dapat masuk dengan bebas untuk membaca semua riwayat percakapannya. Namun, kelihatannya El tidak berhasil menemukan satupun riwayat percakapan Sloane dengan guru konselingnya yang bernama Ian, di akun media sosialnya. El akhirnya mencari cara lain dengan mengetikkan nama Ian di daftar pertemanan. Persis seperti yang diharapkannya, dua profil dengan nama Ian-pun muncul. El tidak mengalami kesulitan untuk mentukan profil yang sesuai dan langsung membukanya.
Tidak banyak foto yang terpajang disana. Status terakhir yang tersebar di media dipublish sekitar dua bulan yang lalu dan kelihatannya guru konseling itu tidak aktif lagi di media sosial. Namun El menemukan kontak yang tercantum disana. Dengan cepat El mencatat nomor itu kemudian pergi ke ruang tengah untuk menghubunginya melalui telepon kabel.
Panggilannya segera tersambung pada deringan ketiga. Kala itu, panggilannya dijawab oleh suara seorang wanita di seberang telepon. Wanita itu langsung bertanya dengan ketus, “siapa ini? Apa urusanmu?”
“Aku Ellary, salah satu orangtua murid. Kelihatannya putriku memiliki masalah di sekolah dan aku hanya ingin tahu apa yang bisa kulakukan untuk membantu. Bisakah aku berbicara dengan Pak Marshall?”
“Tunggu sebentar..”
Suara itu menghilang, hingga tak lama kemudian digantikan oleh suara serak sang guru konseling.
“Ini Ian Marshall, dengan siapa aku berbicara?”
“Halo, ini Ellary. Aku ibu Sloane.”
“Oh, ya tentu saja. Ada yang bisa kubantu?”
“Ya, sebenarnya aku ingin bicara empat mata. Ini tentang putriku. Bisakah aku menemuimu?”
“Tentu saja. Tapi aku tidak bisa hari ini. Bagaimana jika besok sore?”
“Akan kuambil.”
Mereka kemudian menyepakati pertemuan itu dengan cepat. El merasa lega ketika ia akhirnya bisa menutup panggilan telepon itu. Namun masih ada banyak pertanyaan yang menggantung di kepalanya. Sampai ia menemui Ian Marshall dan mendapatkan semua informasi yang diinginkannya, El mungkin tidak akan tidur dengan tenang. Bagaimanapun El harus bersabar dan menunggu sampai besok.