Bab 11

1852 Words
3 November 1990 Mike Dulu sehabis pulang sekolah, Mike suka mengikuti Ellary kemanapun gadis itu pergi. Tempat favorit El adalah di taman belakang sekolah persis di tengah-tengah teman wanitanya. Para gadis itu gemar sekali duduk disana dan mengobrol panjang, entah apa yang dibicarakan mereka. Mike hanya mengawasinya dari kejauhan. Terkadang Mike berdiri di antara teman-temannya untuk mendiskusikan turnamen renang sementara tatapannya tertuju pada Ellary. Di lorong sekolah, sementara para gadis menatapnya dengan kagum dan berusaha mendekatinya, Mike akan menghindari mereka dengan sopan dan memilih tempatnya tak jauh dari Ellary. Salah satu temannya mengatakan bahwa Mike cukup bodoh karena menolak dia gadis paling populer di sekolah, namun Mike tidak begitu mengacuhkannya. Selama dua tahun terakhir yang dihabiskannya di sekolah menengah atas, Mike berusaha sebisa mungkin menghindari hubungan dengan para gadis itu dan fokus pada studinya. Usahanya pun berbuah manis. Mike tercatat sebagai salah satu siswa paling berprestasi dan atlet renang terbaik yang mewakili sekolahnya untuk sampai ke turnamen besar. Segalanya berjalan sesuai rencana. Keinginan besar untuk memuaskan kedua orangtuanya pun terwujud. Mike merasa puas mengetahui bahwa keterbatasan ekonomi keluarganya tidak pernah menjadi sesuatu yang menghalangi tujuannya. Tidak banyak orang yang tahu latar belakang Mike. Bahkan beberapa teman terdekatnya sekalipun. Mike jarang membicarakan hal itu di depan orang-orang, tapi ia tidak mungkin bisa mengerahkan fakta bahwa ayahnya bekerja sebagai supir bus sementara ibunya bekerja paruh waktu di sebuah kedai kecil di pinggiran kota. Mereka mendapat gaji pas-pasan dan hidup serba kekurangan sejak Mike masih balita. Mike tidak dibesarkan seperti anak anak lainnya. Ia tidak mendapat semua hal yang diinginkannya secara cuma-cuma. Selalu ada harga yang dibayar untuk sesuatu. Sejauh itu Mike sudah membayarnya dengan usaha keras. Ia mengeyam pendidikan dengan baik, menghindari lingkaran pertemanan yang buruk, dan menolak gadis populer di sekolah yang berusaha mendekatinya. Para gadis sering menyebutnya sebagai pria dingin meskipun semua guru dan teman-teman terdekatnya berpikir sebaliknya. Mike penuh dengan antusiasme, suka berada di sekeliling orang-orang dan tidak pernah ragu-ragu untuk menunjukkan kemampuannya. Kemudian semuanya berubah ketika Mike melihat Ellary: salah satu sosialita di sekolah, dan satu-satunya gadis yang memikat perhatiannya. El cantik dan tampak menarik dalam banyak hal. Wanita itu memiliki rambut gelap bergelombang dan mata cekung yang memikat. Kali pertama Mike melihatnya tersenyum, ia tahu bahwa dirinya sudah terpikat pada wanita itu. Keberadaan El nyaris sulit untuk diabaikan. Semua laki-laki juga menyadarinya. El adalah wanita mungil dengan aura feminim yang kuat. Mungkin bukan yang paling populer di sekolah, namun tetap saja sulit diabaikan. Rasa tertariknya-lah yang menuntun Mike untuk menggali semua informasi lebih dalam tentang wanita itu. Hanya dalam waktu singkat Mike sudah tahu kalau El berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya seorang bankir investasi yang sukses, ibunya bekerja di galeri sebagai salah satu seniman pahat, dan El sendiri merupakan anak tunggal. Wanita itu jarang terlihat berkeliaran saat malam dan setiap kali mike mengawasinya, El akan terlihat berdiri di belakang jendela kamarnya sembari menatap keluar. Tatapannya mengatakan bahwa wanita itu benar-benar mendambakan sesuatu. Ketika berada di rumah El bisa menjadi sosok yang sangat berbeda dari yang ditunjukkan di sekolah. Gadis periang yang suka berkerumun bersama teman-temannya itu berubah menjadi sosok pendiam yang murung. Orangtuanya juga memperlakukan gadis itu dengan aneh. Setiap kali El menatap ayahnya, ada sebuah emosi yang digambarkan Mike sebagai kebencian. Hal itu terlihat beberapa kali setiap kali SUV putih yang dikendarai ayahnya datang ke sekolah untuk menjemput El. El selalu berusaha menghindari kontak fisik dengan ayahnya hingga Mike mulai berpikir bahwa meskipun menempati rumah luas nan indah yang berdiri di atas bukit bak istana, hubungan mereka tidak begitu baik. Siapapun dapat melihatnya dengan jelas. Selain itu, El tengah sempat dekat dengan siswa lain di sekolah bernama Devon. Mike tidak mengenalnya cukup dekat, namun Devon sering terlihat berkeliaran di lorong kelas bersama tiga teman laki-lakinya yang lain. Menimbang dari tampilannya dan sejumlah temannya yang dikenal cukup bermasalah, Mike beranggapan kalau Devon tidak cukup baik untuk Ellary. Tidak hanya sekali Mike melihat Devon menarik Ellary secara paksa ke halaman belakang sekolah dan mulai menggerayangi wanita itu untuk memuaskan nafsu birahi nya. El yang merasa terusik menghentikan Devon dengan cepat. Pasangan itu juga sering berdebat. Puncaknya terjadi pada suatu sore di bulan November ketika mereka berdebat di tengah jalanan kosong. Devon mengatakan sesuatu yang menyinggung El sore itu hingga wanita itu menampar nya dengan keras dan berlari meninggalkannya. Mereka tidak terlihat bersama-sama lagi setelah itu. Pada saat itulah Mike masuk dalam kehidupan El. Pertemuan mereka berawal di sebuah pesta sekolah ketika El sedang terlihat menyendiri di taman untuk menghindari Devon dan teman-temannya. Mike yang merasa cukup percaya diri mendekati El malam itu dan menawarkannya tumpangan untuk pulang. Reaksi El tidak begitu buruk. “Hai, aku Mike..” “Aku tahu,” sahut wanita itu, sekilas menatap Mike tapi kemudian memalingkan wajahnya dengan cepat seolah hendak menunjukkan sikap tidak acuhnya. “Aku tidak mengenal Devon cukup baik, tapi aku bisa menjamin kalau aku tidak seperti dia.” Pada saat itulah El meletakkan seluruh perhatiannya pada Mike. Dari dekat Mike melihat bagaimana kedua mata El berkaca-kaca. Wanita yang mengenakan dress hijau lembut itu bersedekap untuk mengusir hawa dingin yang menusuk kulitnya. Sementara Mike berdiri disana dan menawarkan jaket untuknya. “Ini! Pakailah jaketku.” El tidak menolak. Wanita itu mengizinkan Mike membantunya memasangkan jaket kemudian menyampirkan helai rambutnya yang terlepas dari ikatan. El tampil anggun malam itu dengan riasan tipis di wajahnya yang polos. Kedua matanya tampak memerah akibat menahan isak tangis. Sementara wanita itu masih menolak untuk berbicara dengannya. “Kau mau pergi dari sini?” El ragu-ragu, tapi kemudian mengangguk pelan. Wanita itu berjalan mengikuti Mike keluar dari taman menuju jalanan lepas. Mereka tidak berbicara selama beberapa menit sampai akhirnya sikap diam wanita itupun runtuh ketika ia bertanya, “aku tidak ingin pulang. Apa kau bisa membawaku ke tempatmu malam ini?” Mike awalnya hanya menatap wanita itu dalam diam sebelum akhirnya menyetujuinya. Ia membiarkan sejumlah pertanyaan menggantung di kepalanya sampai mereka tiba di halaman rumah yang luasnya tidak seberapa. Saat itu langitnya sudah gelap. Pintu dan jendela rumahnya telah ditutup rapat sementara lampu di teras dibiarkan menyala. Mike melihat reaksi El kali pertama ia membawa wanita itu masuk melewati halaman belakang rumahnya. Tatapan El terpaku pada jendela-jendela kayu yang reyot, pagar depan yang berkarat, dan cat dinding yang telah mengelupas. Tidak ada halaman luas dan hamparan rumput hijau disana. Rumahnya hanyalah bangunan dua lantai sederhana yang tidak seberapa besar. Pondasinya dibentuk oleh susunan kayu tua yang sudah reyot dimakan usia, meskipun begitu bangunannya masih tetap layak untuk dihuni. Kamar yang ditempati Mike terletak di lantai atas dengan sebuah tangga kayu yang menghubungkannya. Mike meminta El untuk menaiki tangga itu dan menunggunya disana sementara ia menemui orangtuanya di ruang depan. Mike dengan cepat menyelesaikan urusannya kemudian pergi ke dapur untuk meraih dua botol air dan sisa roti dari lemari pendingin. Ia membawanya ke lantai atas secara diam-diam untuk diberikannya pada El. Sementara wanita yang sudah menunggunya di ujung tangga itu sedang bersedekap sembari menatap ke sekelilingnya. Mereka harus berjalan menyusuri lorong gelap sebelum sampai di kamar Mike. Baru ketika pintu digeser tertutup, El mengungkapkan isi pikirannya secara gamblang. “Kau tinggal disini?” “Selama masa hidupku – ya.” Mike kemudian membantu El melepaskan jaket dan menghempaskannya di atas kursi kayu. Saat menatap El yang masih berdiri diam memandangi kamarnya yang sempit Mike tersenyum lebar. “Aku tahu persis apa yang kau pikirkan.” Wajah El tiba-tiba memerah seolah seseorang kedapatan menangkapnya basah. “Apa?” “Rumah ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rumahmu. Tapi disinilah aku tinggal. Ini rumah yang ku tempati sejak aku dilahirkan dan mungkin satu-satunya hal berharga yang dimiliki orang tuaku.” El mengangguk kemudian bergerak mengelilingi seisi kamar sempit itu untuk melihat beberapa barang ada disana: sebuah ranjang kecil, nakas dengan lampu tidur, lemari kayu tempat Mike menyimpan pakaiannya, dan juga meja belajarnya yang berantakan. El melihat tumpukan kertas yang tersebar di atas meja itu dan juga membaca satu paragraf dari sebuah buku biologi tebal yang dibiarkan terbuka. Disaat yang bersamaan, senyum mengambang di wajahnya. Itu sekaligus menjadi senyum pertama yang dilihat Mike setelah melewati malam yang panjang di pesta sekolah yang menjenuhkan. “Aku menyukainya,” ucap El kemudian. Mike yang hanya berdiri kaku akhirnya menemukan suaranya kembali, “apa kau lapar? Aku punya roti..” “Ya aku mau.” Mereka duduk di atas kasur selagi menikmati roti yang dibelah dua. Sementara ketegangan berlangsung selama beberapa saat hingga Mike memutuskan untuk bertanya, “apa yang terjadi?” El tidak segera menjawab. Kedua matanya memandangi Mike dengan curiga. “Jangan khawatir aku tidak akan memberitahu siapapun.” “Aku tidak bisa memercayai siapapun - aku tidak bisa..” Mike tertegun, kemudian mengangguk pelan. “Kita akan lihat.” Setelah beberapa saat duduk diam dalam keheningan, El akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, “kenapa kau mau menolongku?” Mike langsung menggeser tubuhnya di atas kasur dengan tidak nyaman, kemudian bangkit dari sana dan berusaha mengalihkan percakapan itu dengan berkata, “sudah hampir tengah malam. Besok kita masih harus pergi ke sekolah. Kau boleh tidur di kasur ini. Aku akan keluar..” Mike bisa merasakan tatapan El melubangi punggungnya saat ia bergerak meninggalkan wanita itu dan pergi ke arah balkon. Disana ada sekat kecil yang dapat ditempati Mike sementara ia mengawasi El hingga wanita itu tertidur pulas. Diam-diam Mike mengamati punggung El yang menekuk dengan kaku, dahinya yang mengerut dalam ketika tertidur dan nafasnya yang sesekali memburu. Mike punya firasat kalau El sedang bermimpi buruk. Hal itu sekaligus membuat Mike nyaris terjaga sepanjang malam. Ketika El menjadi begitu gelisah, Mike mendekatinya untuk menggenggam tangan wanita itu. Pelan-pelan ia mengusapkan ibu jarinya di atas tangan El sampai El kembali tenang. Hingga pagi menjelang, Mike tidak benar-benar tidur. Keesokan harinya El menjadi lebih diam di sekolah. Namun ketika berpapasan dengannya, wanita itu akan menghentikan langkah dan tersenyum lembut. Sore sepulang sekolah ketika Mike berniat menghampiri El, sebuah SUV putih yang masuk ke halaman parkir telah mendahuluinya. Mike menyaksikan ketakutan dalam raut wajah El saat ayahnya turun dari dalam SUV itu dan menarik lengan El dengan kasar seolah hendak menghukum El karena tidak pulang semalaman. Karena khawatir, Mike langsung berlari menghambur menghampiri laki-laki itu untuk menghentikan hingga perdebatan yang tak diinginkanpun terjadi ketika laki-laki itu: William Kenz meminta Mike untuk tidak mencampuri urusan keluarga Kenz dan menjauhi putrinya. “Dia tidak bersalah, aku yang mengajaknya semalam. Dia ada bersamaku,” kilah Mike demi menghentikan laki-laki itu dari aksinya mengintimidasi El. William yang mendengar pengakuan itu langsung menatap Mike dengan marah. Wajahnya merah padam dan kedua tangannya yang terkepal siap untuk melayangkan pukulan keras di wajah Mike. Tapi alih-alih melakukannya William justru berdiri menjulang di hadapan Mike dan memperingatinya dengan dingin. “Jauhi putriku! Aku tidak akan mengatakannya lagi!” Kemudian laki-laki itu menghilang ke dalam SUV-nya yang dengan cepat pergi meninggalkan halaman sekolah. Sementara itu, dari balik kaca jendela mobil yang gelap, El menatapnya dengan kedua mata memerah. Ekspresinya mengatakan bahwa wanita itu membutuhkan pertolongan sehingga Mike dibuat semakin yakin bahwa ada sesuatu yang salah tentang keluarga Kenz. Namun sebelum Mike mendapatkan jawabannya, SUV itu lebih dulu menghilang dari pandangan hingga yang tersisa hanyalah ingatan akan kecaman William terhadap Mike yang memintanya untuk menjauhi Ellary.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD