Bab. 7 Tetangga sebelah yang misterius

1027 Words
Bab. 7 Tetangga sebelah yang misterius   Sudah dua bulan Bella tinggal di apartemen ini dan dia tak sekalipun melihat tetangganya yang meresahkan malam-malamnya. Tetangga yang tanpa dia sadari sudah menemaninya. Sadar atau tidak, sudah terbiasa atau tidak Bella merasa tak sendiri. Meski tak pernah bertatap muka dengan sang tetangga, akan tetapi Bella merasa dekat. Menjengkelkan memang. Tetapi mau bagaimana lagi. Meski terganggu baik fisik maupun mental, Bella suka tinggal di sana. Entah karena sudah terbiasa atau karena alasan lain. Bella sendiri tak tau alasan kenapa dia tetap memilih bertahan di sana. Dia bahkan dengan tegas menolak ide Aji dan Kokom yang memintanya pindah apartemen. Bahkan Aji berniat membelikannya apartemen yang lebih dekat dengan kantornya. Akan tetapi, Bella menolak ide itu. Karena Bella tak terbiasa menerima kebaikan orang lain. Apalagi tak ada hubungan kekerabatan dengannya. Meski terganggu, jujur Bella penasaran dengan lelaki perkasa yang sayangnya suka menyiksa pasangannya saat melakukan hubungan badan. Entah apa nikmatnya bercinta dengan sadis seperti itu. Bella tak mau tahu dan tak mau terlibat ke dalamnya. Sering kali dia bertanya seperti apa sosok tetangganya itu? Apakah tampan? Bella yakin hal itu sudah pasti. Karena kalau tidak tampan, kenapa lelaki itu tak pernah kehabisa stok wanita untyk menemaninya tiap malam. Apa pekerjaan lelaki itu sebagai gigolo? Makanya mampu membeli apartmeen semewah yang seperti miliknya. Pasti karena itu. Kalau tidak, tidak mungkin lelaki itu berganti wanita tiap malam. Bagaimana Bella mengetahuinya? Tentu saja dari desahan dan rintihan wanita itu. Suara dan jenis suara mereka berbeda. Jangan salahkan Bella kalau mrndengarnya. Karena dinding kamarnya entah terlalu tipis atau karena suara mereka yang kelewat kencang. Seakan mengejek Bella yang tak juga mendapatkan o*****e. Bahkan dari mantan suaminya dulu.  Sudah dua minggu, apartemennya aman dari suara menganggu dari sebelah. Entah tetangganya kehabisan stok wanita yang mau disakiti saat bercinta atau wanitanya sudah jera bercinta karena tak tahan jika disiksa. Bella merasa bersyukur akan hal itu, tetapi sisi lain dirinya merasa penasaran akan sosok misterius sang tetangga. Siapa dia? Apa pekerjaannya? Apa aku harus mengunjunginya sekali-kali? Ah … entahlah. Bella mengingat percakapannya dengan Aji sebelum pasangan itu meninggalkan apartemennya. “Bel, sebaikanya kamu pindah apartemen saja, kamu punya tetangga apartemen yang bisa mengganggu kesehatan mental para jomblo sepertimu,” ucap Aji datar. Sangat tidak sesuai dengan konteks pembicaraan mereka. Bella menatap Aji sok polos, “maksud kamu apa Mas?” “Sudah … kamu nggak usah sok polos, nggak pantes. Kami saja yang sudah menikah merasa gerah dengan kegiatan malam tetangga kamu yang super m***m itu,” terang Aji, “apa perlu kuperjelas kegiatan apa itu?” sambung Aji tanpa merasa bersalah berbicara sevulgar itu pada Bella. “Ck … iya-iya aku paham. Tapi mau pindah ke mana? Lumayan di sini kan gratis. Lagian di kamar satunya nggak kedengeran kok,” sahut Bella akhirnya. “Itu karena dia melakukannya di kamar utama, kalau dia pindah kamar kayak kamu?” tanya Aji tak mau kalah. Benar juga, batin Bella galau. “Ya aku tinggal pindah ke kamar utama,” sahut Bella keras kepala. “Ya sudah, gini aja Bel. Kalau sekiranya kamu berubah pikiran, bilang ke aku aja ya. Kamu simpen nomer HP aku ‘kan?” sahut Kokom menengahi. Dia tau perasaan Bella yang tidak mau menyusahkan suaminya. Bella mengangguk dengan senyuman terkembang. Dia senang karena Kokom bisa mengerti perasaannya. Diam-diam dia merasa lega karena Aji mendapatkan istri seperti Kokom. Aji hanya bisa mengedikkan bahu tanda pasrah dengan kekeraskepalaan sang sahabat semasa oroknya itu. Setelah kepergian pasangan itu, dia tak lagi terganggu atas aktivitas tengah malam sang tetangga. Entah kenapa sisi hatinya merasa kehilangan. *** Pagi ini seperti biasa dia bergegas bersiap menuju kantornya. Hari ini dia harus ekstra kerja keras karena sudah deadline cetak bulanan majalah The style, ada banyak yang harus dia rundingkan dengan timnya. Apalagi fotografer incaran para wanita menghilang entah kemana. Yap, si Ducan Fox dua minggu ini tak ada kabar berita. Menurut kabar burung yang sering dihembuskan oleh Gina sang penggemar fanatik seorang Ducan, lelaki itu terlibat suatu masalah. Sepertinya masalah yang lumayan berat. Gina bilang, kalau Ducan terlibat dengan kepolisian. Entah apa masalah yang menyeret lelaki m***m itu, Bella tak mau terlalu perduli. Biar para wanita pemujanya saja yang perduli. Bella berjanji tak akan berhubungan apapun yang menyangkut lelaki itu. Mereka hanya sebatas rekan kerja. The Style sudah menyediakan pengganti Ducan, tetapi cara kerjanya tak sebagus Ducan. Bella harus mengakui kinerja Ducan yang luar biasa dibalik sikap brengseknya. Itulah kenapa dia harus ekstra kerja keras demi kelancaran edisi The Style bulan depan. Dengan langkah anggun Bella melangkah kea rah pintu apartemennya, begitu dia membuka pintu entah kenapa jantungnya berdesir halus. Mengabaikan perasaannya, dia melangkah melewati pintu. Begitu berada di luar pintu, dia kembali berdesir. Dia melihat bayangan seorang lelaki dengan punggung tegap memasuki pintu apartemen sebelah. Itukah tetangga sebelahnya? Sayang sekali dia tak melihat wajahnya. Dia hanya melihat bagian samping lelaki itu. Wajahnya sudah tertelan pintu. Harusnya dia membuka pintu lebih awal. Dengan begitu, dirinya akan bisa melihat wajah penghuni sebelah apartemennya. Bella mendesah lesu. Kekecewaan tergambar jelas dari wajah ayunya. Dengan membawa kekecewaan dia kembali berjalan menuju kantornya. Tanpa dia ketahui, pemilik apartemen sebelah tak lama juga ikut keluar dari pintu apartemen sebelah dengan wajah lebih segar dan pakaian yang baru. Andai Bella mau menunggu beberapa saat, dia pasti bisa melihat sosok misterius sang tetangga sebelah. Lelaki itu berjalan mengikuti jejak yang ditinggalkan Bella. Entah itu kebetulan atau apa. Dua orang yang kelak akan terkait berjalan menuju arah yang sama dengan perbedaan waktu yang nyaris bersamaan. Bahkan jika Bella berjalan lebih lambat kemungkinan saat dia berbalik badan akan melihat sang tetangga yang sudah lama dia tunggu penampakannya. Tetapi, akankah dia senang saat mendapati siapa sebenarnya sang tetangga sebelah? Mungkin saja tidak. Mungkin dia akan lebih memilih tak pernah bertemu atau berpapasan dengan sang tetangga sebelah. Lelaki itu berjalan tanpa perduli dengan tatapan lapar beberapa wanita yang memang berpapasan dengannya. Memang, dimanapun lelaki itu berada selalu menebar feromon ke arah lawan jenisnya. Berharap saja, seorang Bella tak sama dengan para wanita itu. Karena, lelaki itu sangat berbahaya bagi Bella. Sekali lelaki itu menebarkan pesonanya, maka Bella akan terjebak begitu dalam. Karena, lelaki itu tak lebih baik dari sang mantan. Mungkin saja lebih berengsek. >>Bersambung>>
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD