BAB 4.DANGEROUS
Benarkah? Kau bahkan belum mencoba ciumanku," bisiknya ditelingaku dan menjilati cuping telingaku mengirimkan gelenyar aneh ke sekujur tubuhku.
Kugigit bibir bawahku menahan erangan yang nyaris keluar dari mulut laknatku. Oh tak akan kubiarkan kau mengkhianatiku mulut! Aku mencoba memikirkan hal tragis dalam hidupku supaya pikiranku teralihkan dari sengatan gairah yang coba di sulut lelaki b******k yang sayangnya sangat menarik gairah primitifku itu. Hal yang sangat jarang terjadi padaku. Ya, selama aku menikah dengan suamiku, eh mantan suami maksudku. Mas Ben sangat jarang bisa menyulut gairahku. Entah dia yang tidak mengetahui bagian sensitifku atau aku penderita Anorgasmia? Entahlah. Yang jelas aku jarang sekali bisa menikmati percintaan kami. Apa aku aneh?
Jelas saja! Dan sekarang aku mati-matian harus menahan gairahku yang harus datang di saat yang tidak tepat dan dengan orang yang tidak seharusnya.
Bunyi ponsel membangunkan logika dan akal sehatku. Segera saja aku berontak dari dekapannya yang sumpah bikin area bawahku basah. Tak mau terlibat terlalu dekat dengan biang masalah itu aku segera berjalan menjauh dari Ducan Fox. Kulihat layar ponselku. Tante Ratna. Ada apa tante Ratna menelponku? Segera aku menerima panggilan teman dekat almarhum mami aku.
"Siang, Tante."
"Oh di New york siang ya, sayang, gimana kabar kamu. Tante baru denger kabar tentang kamu pas tante ketemu sama mom mertua kamu." Suara lembut tante Ratna terdengar. Aku selalu suka dengan Tante Ratna baik dulu maupun sekarang. Orangnya baik dan tidak sombong padahal dia adalah nyonya besar keluarga Permana.
"Mantan mertua, Tan," sanggahku segan membicarakan retaknya hubungan pernikahanku. Tetapi karena menghargai tante Ratna aku memang harus cerita padanya. Setidaknya dia seperti pengganti ibuku.
"Iya, tante rasanya pengen tampar aja si Rosa. Bisa-bisanya ngebiarin anak kurang ajarnya itu bertindak semaunya begitu," gerutu tante Ratna begitu emosional seakan dia ikut tersakiti. Hal kecil tetapi begitu menghangatkan sanubariku.
"Bella nggak papa kok, Tan. Sekarang Bella coba hidup baru di New York," kataku berusaha menahan air mataku karena terharu dengan perhatiannya.
"Kok Bella nggak kasih tau tante sih, tante pingin banget kasih pelajaran si Ben dan sekretarisnya itu. Sayang aja kemarin cuma Rosa yang datang. Coba kalo tante ketemu mantan suami kamu, pasti tante cabein 'itunya' ben impoten sekalian. Kesel Tante!" gerutuan tante Ratna membuat senyuman terbit di bibirku. Entah kenapa serasa aku punya 'seseorang' yang perduli.
"Eh si Aji dan istrinya mau ke New York, biar dia mampir ke tempat kamu. Kamu tinggal di mana?" tanya tante Ratna.
"Aji? Oh boleh tante. Bella tinggal di Apartemen Bullevard City. Nanti kalo sudah nyampek sini suruh Aji hubungi Bella ya tante."
"Oh gitu ya. Biar nanti tante bilangin si Ajinya. Kamu belum kenal sama istri Aji kan?"
"Kenal dong tante, masak Bella nggak kenal sama Karina," kataku sambil mengingat istri Aji yang ningrat tetapi entah kenapa aku merasa sikapnya palsu. Semoga saja firasatku salah.
Helaan nafas tante Ratna membuat kernyitan di keningku.
"Aji sama Kirana sudah bercerai, dia berselingkuh dengan banyak lelaki di belakang Aji," jawab tante Ratna terdengar sendu.
"Berarti Aji menikah lagi?" tanyaku tak percaya, karena aku sangat tau Aji yang sangat mencintai Karina. Tetapi secinta apapun kita pada pasangan, begitu kenyataan menyatakan pasangan berselingkuh ya mending ditinggalin aja. Kenapa harus dipertahankan? Ternyata yang mengalami diselingkuhi pasangan nggak Cuma aku seorang, bahkan seorang Aji Permana juga.
"Iya, istri Aji yang sekarang orangnya unik, nanti kamu lihat sendiri. Mereka sudah memiliki anak," kata tante Ratna begitu antusias. Aku bisa merasakan kebanggaan tante pada sang menantu. Karena setahuku tante Ratna tidak terlalu suka dengan Karina.
"Baik tante, kabari ya kalo mereka jadi berkunjung."
"Baiklah sayang, sering-sering kabari tante ya ... masak kamu sedang mendapat masalah tante sampai nggak tau," gerutunya membuatku terkekeh geli.
"Baik tante, Bella janji," kataku meyakinkan.
Aku menghela nafas panjang, pembicaraan dengan tante Ratna tak pelak membuat kenanganku kembali ke masa laluku. Aku menghabiskan masa kecilku lebih sering bermain di rumah tante Ratna karena rumah kami yang bersebalahan.
Tetapi sejak usiaku berumur 12 tahun mama dan papaku pindah ke Bandung jadi kami lost contact. Apalagi sejak kematian kedua orang tuaku, aku hanya merasa tak mau menjadi beban orang lain. Keluarga kedua orangtuaku saja tak peduli padaku, lalu bagaimana dengan orang lain. Aku tau diri. Tetapi aku sering melihat berita tentang Aji dan Karina dari media. Pada saat aku menikahpun, aku hanya sempat memberikan undangan lewat pos ke tempat tante Ratna. Dan mereka tidak datang. Jadi kupikir mereka sudah tidak peduli padaku.
Kenapa sekarang?
"Ehem, boy friend?" tanya mr. Dangerous sok tau. Aku terkekeh geli. Sambil melipat tangan di depan tubuhku sehingga membuat dadaku terangkat ke atas tanpa kusadari.
"KEPO!" Aku yakin dia tidak akan mengetahuinya. Mana ada bule tahu bahasa gaul Indonesia. Kini gantian dia yang terkekeh geli. Aku mengernyit bingung.
"For you're information, i'm grow up at Jakarta."
Mataku terbelalak penuh mendengarnya. Jadi dia mengerti bahasaku yang terkesan mengejeknya tadi. Mati aku!!! Pintu ke mana saja Doraemon dong!!! Please ...
I beg you ....
"Hey, both of you! It's been intimate, it's time to work!" gerutu model cantik yang nampak tidak suka karena lelaki incarannya dekat dengan wanita lain. Dan wanita lain itu tak lain adalah diriku. Ah, setidaknya wanita sok sexy itu menyelamatkanku dari situasi yang tidak aku suka.
Dengan langkah pelan aku menuju tempat pemotretan. Dan langkahku diikuti oleh mr. Dangerous. Saat bersebelahan denganku dia sempat berbisik, "next time baby." Kalimat singkat tapi sarat akan janji.
Namun, siapa yang peduli dengan ucapan playboy darat macam Ducan Fox. Pria yang terbiasa menjadi pusat perhatiam para gadis cantik. Apalah diriku ini baginya? Mungkin hanya sekedar tantangan baru yang akan dia taklukkan. Tetapi tak akan kubiarkan! Itu janjiku.
Yah semoga saja, aku tidak terperdaya dengan pesonanya. Pesona seorang donjuan macam Ducan Fox! Pria sexy dengan s*x appeal yang melingkupi sekujur tubuhnya. Oh dan jangan lupakan feromon yang mampu membuat gadis atau wanita manapun takluk akan pesonanya. Dan kuharap aku bukan salah satu wanita itu.
Harusnya aku menyingkir darinya ... tetapi mau bagaimana lagi, pekerjaanku mengharuskanku bersinggungan dengan sang cassanova yang sayangnya memang sangat sexy itu. Semoga aku tidak membayangkannya nantinya. Tentu saja dalam fantasi liarku. Tidak! Aku tidak sebodoh itu.
Aku sudah pernah terjatuh dalam jebakan buaya darat macam mantan suamiku. Benjamin Fox. Apa kalian juga merasa aneh dengan kesamaan nama belakang mantan suamiku dan lelaki itu? Tetapi setahuku, tak ada nama Ducan Fox dalam silsilah keluarga mas Ben. Mungkin hanya kesamaan yang tidak disengaja. Ya, semoga. Karena aku sudah muak berurusan dengan keluarga Fox.
Namun, satu yang kupercaya mereka sama selain nama belakang mereka, mereka berdua sama-sama penjahat kelamin. Jadi alasan yang kuat untuk menghindarinya.
Menghindari seorang Ducan Fox. Sanggupkah????
>>Bersambung>>