03

2485 Words
----- Author PoV ----- /Kos/ Pagi menjelang. Pagi ini Dhean libur. Tidak ada kelas sama sekali. Klunting. Suara handphone Dhean berbunyi menandakan ada pesan baru yang masuk. Dhean masih tidur, kemarin malam sepulang kencan bersama Naya dia harus melanjutkan pekerjaanya yang tertunda hingga larut malam. Pukul 07.00 Dhean terbangun dari tidur singkatnya dan membaca pesan yang muncul di pop up dengan senyum tipis. “Sayangnya aku sudah bangun? Sayangnya aku libur ya hari ini?” “Yang belum bangun?” “Bobo terus ayang aku☹” “Ayang bangun ih. Sarapan sana” Ada banyak pesan yang dikirim oleh kekasihnya. “Iya cinta, ini ayang udah bangun kok” Balasnya pada Naya dengan senyuman tipis. “Mandi dulu ih baru makan.” Balasnya sekali lagi. “Aku kemarin bobo bentar terus ngelanjut ngerjakan proyek itu” balas Dhean untuk Naya “Yeeyy cinta aku udah bangun” Setelah beberapa menit tidak ada balasan, akhirnya gadisnya kembali lagi. “Kamu ada kelas ‘kan sayang aku?” Tanyanya pada Naya. “Iya nih. Pagi – pagi udah Statistika aja” “Semangat dong sayang aku. Udah sarapankan sayang?” “Sudah kok. Sana ayang mandi terus sarapan.” “Iya - iya ih cerewet banget sayang aku.” “helehhh. Byee cintaaaa. I love youuuu fuuulll” “LOVE YOU MORE” Pesan ini mengakhiri chat pagi hari yang dilakukan pasangan muda mudi ini. Dhean bergegas mandi dan mencari sarapan diluar karena dia sedang malas memasak hari ini. Setelah acara sarapannya yang singkat, Dhean melanjutkan mengerjakan proyeknya agar cepat selesai dan dia bisa bersantai. /Kampus/ Suasana kelas yang bising menandakan dosen belum datang. Tentu saja, kelas baru dimulai 45 menit lagi. Hanya saja teman-teman Naya ini terlalu bersemangat hingga se-pagi ini saja mereka sudah datang semua, hanya Naya yang tersisa dan selalu untung saja ada Aca yang menyiapkan tempat duduk untuknya. “He! Sini lo iblis.” “Woo, thank you bestie.” Kelas mulai tenang. Miss Rara yang mengajar sudah tiba. Sudah terlihat dari kaca kecil yang terpasang di pintu. Para mahasiswa mulai duduk di tempatnya dan kelas-pun dimulai dengan sedikit membosankan karena sungguh ini sangat sulit. Sudah 4 sks terlewati dengan kelas statistika ini. “Oke teman-teman ada yang mau tanya?” Miss Rara mencoba memberikan kesempatan bagi peserta didiknya untuk menanyakan sesuatu karena sebagai tenaga pengajar yang sudah lama terjun dibidang ini membuatnya tahu bahwa mereka tidak paham apa yang dia jelaskan. “Gak ada nih?” tanyanya sekali lagi memastikan. “Belum ada Miss” jawab mahasiswanya secara serempak. “Beneran ya? Ya sudah. Mari kita akhiri kelas ini dengan berdoa bersama dalam hati. Selamat siang.” Sangat religious bukan kampus ini? “Sya, makan dimana?” Tanya Uzan pada Arsya yang masih memasukkan alat perangnya pada kelas ini. “Terserah” “Lu kaya cewek aja anjir” Sahut Naya “Hmm dasar bocil - bocil ini. Udah deh makan penyetan diseberang kali gede aja.” Putusnya. “YOK!” Uzan dan Naya berseru dengan kompak. “Hmm kecap lagi dah gw.” Ucap Aca dengan lesunya. Dia tidak menyukai sambal sama sekali entah mengapa tidak ada yang tau misteri ini. “Mau kemana deh terserah” Naya mencoba mengerti kawannya ini. “Gapapa disana aja sambil liat kali gede.” “Jangan bunuh diri b**o” Ucap Arman yang tiba-tiba datang bersama kekasih hatinya. Reiza. “Apa si, gak jelas,” “Elu ikut, Za?” Tanya Arsya pada Reiza yang diam saja menonton mereka berdebat. “Iya deh ikut gw” Jawab Reiza pada Arsya “Buruan anjir banyak cakap kalian, laper nih” Uzan sudah sangat tidak sabar dan menunjukkan tampang gembelnya. Mereka menuju parkiran untuk mengambil motor dan berangkat bersama-sama untuk menenangkan si gembel yang kelaparan. “Lu sama gw Nay.” Rey mengatakan sembari berjalan ke arah parkiran dimana motor Naya berada. “Iya. Nih kontak motor.” “STNK jangan lupa, nyet.” “Iye kambing.” Biasanya mereka memang kemana-mana selalu berdua. Karena Rey selalu nebeng Naya. Sialnya karena hal ini orang-orang banyak berfikir bahwa Naya dan Rey memiliki hubungan yang lebih dari teman. Benar memang lebih dari teman, karena mereka bersahabat. Mereka berenam pergi ke penyetan sebrang kali gede dengan susuan pemboncengan seperti ini : Rey – Naya; Uzan – Aca; Arman – Reiza dan Arsya sendirian. “Kena kaki gw bangsat.” Baru saja sampai di parkiran warung penyetan, anak - anak dajjal ini sudah mulai saling mengumpat. “Ya maaf, emang sengaja.” Ucap Arman dengan menyengir seperti kuda yang tentunya sangat amat tidak manis apalagi tampan. Mereka mulai ribut hanya dengan memarkirkan motor saja. Hanya empat motor saja sudah sangat berisik. Memalukan memang berteman dengan mereka ini. “Makan apa lo?” Tanya Arsya pada anak-anak kambing yang ada di depannya. Eh, teman-temannya. Yang masih meributkan tempat duduk yang sebenarnya tidak perlu untuk diributkan. “Gw sini anjir. Ngapain lo dekat-dekat cewek gw.” Ucap Arman tidak terima saat Uzan tidak sengaja memilih tempat duduk disebelah Reiza. “Apaan anjir najis banget.” Timpal Uzan tidak terima namun tetap tidak pindah. “Pindah buru!” Arman yang sedang berada di fase-fase terbucin dirinya masih merasa kesal pada Uzan hanya karena tempat duduk yang tidak penting. Tapi Uzan si gembel masih tetap diam di tempatnya dan tidak bergerak sedikitpun. Dan, orang-orang mulai melihat ke arah meja mereka yang sungguh bodoh sekali. “Udah Man ih, duduk depan sini aja.” Ucap Reiza menenangkan sang pujaan hati. Mungkin sebenarnya dia hanya malu saja pada orang-orang yang mulai memperhatikan perdebatan bodoh mereka ini. Aneh sekali memang. “Hmm iya deh.” Arman menurut saja pada kekasihnya itu. Kan, memang manusia kalua lagi bucin otaknya diletakkan sejenak entah dimana. “Pesen cok, malah bertengkar. Katanya laper malah ngebacot aja kalian.” Ucap Arsya yang sedari tadi sudah bertanya namun tidak ada yang menjawabnya dan terfokus pada perdebatan bodoh mereka ini. Rey memulai untuk menjawab pertanyaan dari Arsya. “Gw lele” “Naya manis juga lele” “Aca ayam aja” “Gw lele ya, Sya” “Aku ayam Sya, kamu apa yang?” Tanya Reiza pada Arman dengan manis. Euh jijik. “Aku lele aja deh.” “Oke jadinya, lele 5 sama gw, ayam 2 biji. Minum apaan?” “Es teh aja dah semuanya.?” Ucap Uzan yang sudah tidak tahan lagi menahan rontaan gembel-gembel yang ada pada dirinya. Untung saja semua orang yang ada di meja itu mengiyakan apa yang dikatakan oleh Uzan. “Oke, es teh 7 ya. Ca, ikut gw pesen cepetan.” Ajak Arsya pada Aca yang sibuk memeriksa ponselnya dan segera mengikuti Arsya memesan makanan mereka dengan cepat. Setelah 15 menit akhirnya pesanan mereka datang. Sama seperti warung makan pada umumya, minuman datang lebih dulu daripada makanan mereka yang berakibat fatal. ES NYA ABIS DULUAN BANG, akhirnya setelah mereka makan es tinggal sedikit dan mau tidak mau daripada mati keselek mereka memesan es teh lagi dan mereka tidak jadi mati. Setelah urusan makan selesai mereka kembali ke kampus untuk mengikuti kelas yang akan mulai pada pukul 14.00 nanti. Sepulang dari kampus Naya menyempatkan diri untuk menghubungi sang kekasih yang chat terakhirnya adalah pagi tadi sebelum kelas pagi dimulai sedangkan sekarang sudah sore hari dan Naya sudah pulang dari kampus. “Ayang” Tulis Naya pada pesan itu yang kemudian di kirimkan pada kekasihnya yang ada jauh disana entah sedang apa. Setelah menunggu 1 jam dan tidak ada tanda-tanda akan dibalas, dibaca saja tidak Naya yang saat itu baru selesai membersihkan wajahnya memutuskan untuk mandi dan langsung membeli makanan saja untuk makan malam. Sudah di warung makan pun pesan Naya masih tidak dibalas juga. Entah sedang apa kekasihnya itu. Hanya membalas pesan kurang dari 1 menit saja dia tidak ada waktu. Mungkin Dhean sedang mengerjakan proyeknya atau melakukan hal yang lain. Entah. Naya mencoba untuk biasa saja dan mulai menyantap makan malamnya yang sudah sejak lima menit yang lalu dihidangkan. Lele penyet. Jam menunjukkan pukul 21.00. Naya sudah menyelesaikan semua tugas yang diberikan. Mengerjakan tugas yang baru sepulang kuliah adalah hal yang wajib dilakukan Naya. Semua ini dia lakukan hanya karena dia tidak mau ada yang mengganggu waktu tidurnya sekalipun itu adalah tugas kuliahnya. Dia memeriksa ponselnya dan masih tidak ada balasan pesan dari Dhean. Naya membuka chat room-nya dengan Dhean. Dan dia menemukan Dhean sedang online, Naya mulai senang dan menunggu Dhean membalas chatnya sembari menggunakan skincare untuk malam harinya. Sudah empat puluh lima menit dan Dhean masih belum membuka pesannya. “Ayang. Sibuk banget ya?” Tanya Naya. “Sudah makan ‘kan?” Tanya Naya sekali lagi dan masih tidak ada balasan apapun dari Dhean. “Makan dulu ya cintaku, bobonya jangan malem-malem.” “Love you cintaku.” Akhirnya Naya mengakhiri penantiannya hari itu dan memutuskan untuk tidur saja karena sudah malam dan dia lelah, dia bersiap untuk tidur. Mengecek kembali handphonenya memastikan apakah Dhean membalas chatnya atau tidak sama sekali. Tidak ada. Tidak ada notifikasi chat baru dari Dhean. Hanya ada chat dari grup organisasi-organisasi yang diikutinya. Baiklah, Naya tidur sekarang. Berhenti menunggu chat dari kekasihnya. 03.00 Naya terbangun untuk beribadah seperti biasanya. Setelah beribadah, Naya memeriksa handphonenya kembali dan dia sama sekali tidak menemukan chat dari Dhean. Sekedar dibaca pun tidak. “Ayang, kamu bobo jam berapa tadi?” “Kangen.” Naya masih terus mengirimi pesan pada Dhean. “Kalo kamu liat ini bales ya.” Naya rindu pada kekasihnya. Tidak biasanya Dhean seperti ini. Naya merindukannya. Seharian tidak bertemu sama sekali. Melihat sekilas pun tidak. Memang mereka bukan pasangan yang setiap hari akan menghabiskan waktu berdua saja dengan cara-cara yang manis. Namun setidaknya Naya dan Dhean selama ini se-sibuk apapun, mereka akan tetap berusaha untuk saling mengirim pesan singkat. Naya sudah berusaha melakukannya mungkin hari ini Dhean super duper sibuk sehingga tak ada waktu untuk sekedar membalas chat dari Naya dan Naya mencoba memahaminya dengan tidak lagi mengganggu Dhean dengan pesannya. “Ayang sibuk banget ya?” Lagi, Naya mencoba mengirim chat sebelum subuh datang. “Hmm. Nanti kalau udah gak sibuk chat aku ya sayang. Telpon juga gak papa. Aku kangen banget banget - banget hehe. Love you cintaku sayangku kekasihku pacarku cowoku apa lagi ya hmm. Pokonya aku sayang kamu pake banget banget - banget ya. Awas kalo sampe lupa.” Terakhir. Sudah Naya benar-benar berhenti setelah ini. Dia sholat subuh dan melanjutkan tidurnya, karena kelas hari ini akan mulai pada pukul 10.00. Melewatkan sarapan dan memilih untuk makan siang nanti di kampus bersama teman-temannya, HEMAT. Pagi ini Dhean bangun terlambat karena dia kemarin malam tidur terlalu malam. Jam 01.00 dia baru tertidur. Proyeknya sudah selesai dan minggu depan dia bersama kelompoknya akan mempresentasikan hasil kerja mereka, tentu saja nilai mereka hasil proyek ini akan digunakan untuk penilaian akhir semester mata kuliah ini. kelas Dhean hari ini akan dimulai pukul 07.30 dan sekarang sudah pukul 06.45. Dia baru bangun, benar-benar baru bangun. Tidak ada waktu untuk mandi. Tidak ada waktu untuk makan. Dia hanya bisa berganti pakaian dan menyikat giginya. Dia bisa menyisir rambut di kelas. Dan dia benar-benar melakukannya. Dia langsung bergegas menuju kampus, menuju kelasnya. Tidak ada waktu untuk mengecek handphonenya atau bahkan menyapa kawan yang berlalu lalang sepanjang koridor fakultasnya. Dia hanya fokus untuk memasuki kelas sebelum dosen masuk mendahuluinya. Dhean berhasil. Aman. Kelas dimulai dengan sangat menyenangkan, semua ini berkat sang dosen yang membawakan kelas sangat santai dan tidak terlalu kaku. Semua orang senang termasuk Dhean yang sedang menahan rasa lapar karena dia bahkan belum memasukkan apapun ke dalam tubuhnya, termasuk air putih. Sungguh kasihan. Kelas telah usai dan Dhean yang kelaparan segera mengajak anak-anak setan untuk berburu makanan. Dia sudah tidak tahan lagi. Mereka langsung menuju warung untuk makan siang. Sembari menunggu makanannya datang Dhean membuka handphonenya. Notifikasinya banjir chat dari Naya. Banyak sekali. “Ayaaaaaaannnnnnnngggggg” “Maaf ya aku tadi malem nyelesaiin proyek aku, terus langsung ketiduran jam gak tau deh pokonya tiba-tiba bangun udah jam tujuh aja. Aku gak mandi hari ini ngampusnya ☹.” “Maaf ya sayang. Kamu sudah ada di kampuskan ya?” “Oya kan kamu sekarang kelas ya, semangat cintaku.” “LOVE YOU MORE. LOVE YOU TO THE MOON AND BACK.” Tulisnya untuk Naya. Saat ini Naya masih ada kelas dan Dhean tahu itu. Dia tidak mau mengganggu Naya. Nayanya ini sangat hobi belajar. Mendapatkan nilai selain A hanya akan membuat gadisnya kesal sepanjang liburan semester nanti. Jadi, Dhean membiarkan pesannya dan tidak mengharapkan balasan dari kekasihnya yang cantik sedang sibuk berjuang demi masa depan yang terang benderang. “Nih makan.” Ucap Vidi sembari menyodorkan makanan pada Dhean yang masih sibuk memainkan handphonenya yang seharian kemarin dia tinggalkan, hanya menggunakannya untuk keperluan menyelesaikan proyeknya. “Thanks’” Ucapnya membalas ucapan Vidi tadi. Dia mulai memakan habis makanan yang ada dihadapannya dengan cepat. Dia lapar. Sangat lapar. “Eh, Fi. Gimana tuh cewe lo?” Tanya Dikki tiba-tiba pada Raffi yang saat ini sedang merokok dengan santainya. Asapnya woy! “Yang mana dah?” “Anjir nih anak, berapa cewe lo hah?” Semprot Vidi pada Raffi dan hanya dibalas dengan cengiran keledainya. Bodoh sekali muka anak ini. “Yang itu, anak sastra tuh.” Lanjut Dikki yang masih penasaran dengan kehidupan percintaan sahabatnya itu. “Udah selesai. Cape gw. Banyak bacot banget dah bawel bener.” Jawab Raffi sekenaknya. “Lah, emang lu pacarana sam dia Fi?” Tanya Dhean memastikan. “Iya nih tumbenan lo macarain anak orang, biasanya juga cuma lo mainin.” Sahut Vidi dengan jiwa kompornya. “Ye mulut lo ancur. Kaga juga sih emang, kaga gw ajakin pacaran ya cuma jalan-jalan aja sih.” “TUH KAN.” Ucap keempat kawannya dengan serentak. Seperti burung yang sedang berkicau diatas kabel telpon di jalanan. “He-he-he” Raffi hanya menyengir mendapatkan reaksi yang seperti itu. Hari ini kelas Dhean berakhir tepat pada pukul lima sore. Naya sudah tidak berada di area kampus lagi dan tidak juga membalas pesan dari Dhean yang dikirim pada waktu makan siang tadi. Dhean tidak menunggu chat dari Naya sama sekali. Dia lupa. Dia lupa ada yang hilang dari biasanya. Setelah kelas usai, dia langsung kembali ke kos dan tidak lanjut menongkrong. Dia masih lelah karena kemarin menyelesaikan proyeknya seharian tanpa istirahat yang benar. Makan malam sudah dia lakukan, kembali mengecek handphone sekedar untuk melihat apakah ada info yang perlu untuk dia ketahui. Tidak ada. Dia mengecek apakah Naya membalas pesannya. Tidak ada. Benar-benar tidak ada. Dia memutuskan untuk tidur setelah mengingat apakah ada hal yang perlu untuk dia lakukan sebelum tidur dan hasilnya adalah tidak ada. Handphone Dhean berdering. Menyala. Ada telfon. Dari Naya. Tapi Dhean sudah terlanjur tertidur dan dering handphone tidak cukup untuk membangunkan Dhean dari tidurnya. Dua kali, Naya menelpon Dhean dua kali dan tidak ada jawaban untuk Naya. Handphone itu berhenti berdering, handphone itu berhenti menyala. Sudah tidak ada notifikasi panggilan dari Naya, yang ada hanyalah pemberitahuan telefon tidak terjawab dari gadisnya yang merindukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD