02

2374 Words
----- Author PoV ----- /Kampus/ Permainan telah usai. Naya bergegas mengambil tasnya dan pergi bersama teman-temannya untuk makan siang bersama anggota himpunan yang lain untuk melakukan rapat sesuai jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. “Eh, Nay. Nih makanan buat lo” “Lah kak? Kan gue kaga nitip?” “Udah gapapa, lo makan yang banyak” “Iya deh, makasih ya. Berapa duit nih?” “Gak usah la. Lagi banyak duit gue hahaha” “Ih, lo mah Kak. Sini gue bayar aja. Berapa nih. Lima belas rebu kan?” “Kaga usah bocil, udah sini makan aja buruan” “Beneran nih?” “Iya” “Iya deh, nanti kapan-kapan gue yang traktir elo kak” “Gaya lo, kaya lo punya duit aja” “Dih” “Hahaha iya iya” Dia adalah seorang laki-laki setingkat dengan Dhean, yang sangat baik pada semua orang, termasuk Naya. Syahrif namanya. Mulai dari awal Naya masuk kampus ini kak Syarif – lah yang selalu membantunya. Meminjamkan buku di perpustakaan saat Naya masih belum memiliki Kartu Tanda Mahasiswa, membantu Naya dengan menjelaskan tugas yang susah dan masih banyak lagi. Kak Syarif adalah cerminan dari kakak tingkat yang baik dan senang membantu orang lain. Meskipun kak Syarif ini orang yang sungguh konyol dan sedikit sok akrab dia adalah anak yang pintar dan aktif berorganisasi, khususnya di himpunan ini. Rapat hari ini membahas tentang kemajuan program kerja tiap departemen. Tiap departemen ini memiliki program kerja yang telah disepakati saat rapat kerja yang diadakan beberapa bulan lalu. Ketua himpunan menanyakan bagaimana progress dari tiap program kerja. Rapat berlangsung sekitar 1 jam saja karena semua anggota himpunan memiliki kelas pada pukul dua siang. “Ada kelas juga Nay?” Sapa Zulham pada Naya. “Hah? Ah iya nih kak. Kenapa?” “Gak papa sih, ruang mana?” “512” “Lantai 5? Sama sih. Ayo buruan deh” Dengan semangat Zulham mengajak Naya untuk segera menuju lantai 5 berdua. “Iya deh, bentar panggil Rey dulu. Rey!! Ayo buruan kelas!” Naya berteriak yang tentunya dapat didengar oleh seluruh orang yang ada di koridor ini. Gagal sudah rencana Zulham untuk pergi ke lantai 5 hanya berdua dengan Naya. “Wo elah ni anak, iye iye.” Sahut Rey mengiyakan ajakan Naya untuk pergi ke kelas bersama. Oh, jangan lupakan kak Zulham yang mengajak Naya tadi. Dari ke lima teman Naya hanya Rey lah yang mengikuti himpunan ini bersama dengannya. Tak heran mereka terlihat sangat dekat saat melakukan kegiatan himpunan. Naya tidak terlalu mudah bergaul. Naya kesulitan untuk mengingat nama orang-orang baru. “Kelas apa Nay?” Tanya Zulham pada Naya untuk memecahkan keheningan di dalam lift. “Kelas Marketing kak” “Kelasnya siapa?” “Siapa ya? Sapa deh Rey nama bapak Marketing? Lupa gue” Tanya Naya pada Rey “Ha? Kelasnya pak Udin, Nay. Elo mah” “Hehe ya gimana lagi namanya lupa. Kelasnya pak Udin kak” Jawab Naya berurutan pada Rey dan Kak Zulham. “Oo seru dong kalo pak Udin yang ngajar” “Seru sih, gampang juga dapet nilainya.” Jawab Naya yang baru saja minggu kemarin mendapatkan nilai A untuk mata kuliah ini hanya karena presentasinya yang bagus dan lancar. “Yee, elo enak. Gue senep anjir” Sahut Rey tidak terima. TING! Suara dentingan lift menandakan mereka telah sampai pada lantai lima dan harus berpisah dengan kak Zulham telah terdengar. “Duluan ya kak.” Ucap Naya pada kak Zulham dan secara otomatis memberikan ekspresi yang manis untuk perpisahan itu. “Iyaa, bye Naya.” Ucap kak Zulham membalas lambaian tangan Naya untuknya dan mulai berjalan berbeda lorong dengan Naya dan Rey yang melanjutkan obrolan mereka tentang Pak Udin yang menurut Rey menyebalkan sedangkan menurut Naya sangat menyenangkan. Kelas sudah penuh saat Naya dan Rey masuk ke dalam. Untung saja Aca menyisahkan bangku untuk Naya jadi Naya tidak perlu duduk terlalu di depan. Meskipun menyenangkan, Naya tetap enggan duduk di barisan depan saat kelas marketing ini. /-/ /Warkop Depan/ Terlihat segerombolan pemuda yang tengah sibuk mengerjakan sesuatu dengan laptop mereka masing-masing. Terkadang mereka saling berbicara, sekedar menanyakan pendapat untuk suatu hal dalam proyek mereka. “Yang ini gini aja boleh gak Vid?” Tanya Dhean pada Vidi dan kini mereka menatap pada layar laptop milih Dhean yang menunjukkan poster untuk proyek mereka. “Itu kanannya, ganti kuning aja sih menurut gue.” Koreksi dari Vidi untuk gambar itu. “Gini?” “Nah iya, bagus tuh” “Oke, makasih ye” “Iye” Mereka melanjutkan pekerjaan mereka masing – masing. Pukul tiga sore mereka kembali ke kampus untuk kelas selanjutnya. Mereka kembali tidak lupa dengan bercanda tawa di tengah jalan. “Diem ngapa sih di jalan rame aja” Ucap seorang ibu pengendara motor disebelah Dhean yang berboncengan dengan Dikki saat lampu merah. “Iya buk, maaf ya temen saya emang gak tau diri mulutnya rusak.” Ucap Dikki pada ibu itu. “Ye elo. Enak aja. Elo anjir yang rame. Malah nyalahin mulut gue lagi lo.” Balas Dhean dengan menggoyangkan motornya. “Tuh kan buk, temen saya emang rada sakit buk. Maaf ya buk.” Ucap Dikki yang masih tertawa. “Idih. Sama aja kalian” Brummmmm. Lampu sudah hijau dan ibu itu bergegas meninggalkan dua orang yang masih tertawa di atas motor di jalanan yang panas di tengah kota. “b**o banget anjrit!” teriak Vidi menyalip mereka. Setelah kelas usai dan mereka tidak ada jadwal apapun hari ini. Dhean pergi ke parkiran bersama teman-temannya, jangan lupakan mereka mengobrol sepanjang jalan. “Yan!” “Eh, ada cewe cantik nih” Goda Raffi pada Naya yang juga berada di parkiran untuk mengabil motornya. “Hehe paan si lu” Sahut Naya pada Raffi. “Yan, ada acara gak dari sini?” Tanya Naya pada Dhean. “Engga ada sih yang. Mau makan bareng?” Sahut Dhean pada Naya. “Ayooo. Makan dimana ya yang?” “Terserah kamu, mau dimana?” “Terserah deh yang penting enak aja kenyang.” “Ih kamu mah. Kemana ya yang yang enak. Penyetan mau gak?” “MAUUU!!” Ucap Naya penuh semangat dan memeluk lengan Dhean yang berada disampingnya dengan wajah yang sangat bahagia. “HAHAHAHA Oke deh, ayo ke penyetan yang depan mall itu aja ya? Kamu jalan duluan aku di belakang kamu ya cinta.” “Oke deh.” Penyetan depan mall adalah tujuan mereka hari ini untuk makan malam bersama setelah sekian lama tidak menghabiskan waktu berdua. /Penyetan Depan Mall/ Sesampainya disana mereka memarkirkan motornya berjejeran secara rapi meskipun ada bapak parkirnya mereka tetap memarkirnya dengan rapi sejak awal agar bapak parkir tidak perlu menyeret motor berat mereka. “Bu, lele 1 ayam 1 es teh 2 sambelnya banyakin ya bu hehe. Makan sini bu.” Dhean memesankan makanan untuk mereka berdua. Naya sangat menyukai penyetan, makanan yang ada sambalnya adalah favorit Naya. “Capek nggak yang?” Tanya Naya pada Dhean yang telah kembali dari memesan makanan. “Lumayan sih yang, proyeknya belum selesai ih mana susah lagi. Bikin mikir keras aja.” Ucap Dhean sambil cemberut menceritkan keluh kesahnya pada Naya. “UUUU cayang achu kacian.” Naya mengelus kepala Dhean dengan lembut dan intonasi suara yang di buat-buat. Lucu. “Iya ih. Mana kamu sibuk aku nggak diperhatiin. Kesel!” Dhean semakin menunjukkan kerinduannya pada Naya yang memang akhir-akhir ini sangat sibuk dengan organisasinya. “Maaf - maaf, iya habis gini selesai program kerja devisiku. Tenang aja ya.” “Iya deh” “Nih mas, pesenannya.” Tiba-tiba pesanan datang, Dhean dan Naya menghentikan obrolan mereka dan mulai bersiap untuk menyantap makanan yang sudah Dhean pesan tadi. “Makasih ya mas.” Ucap Naya pada mas mas penyetan. “Anjir yang, makin pedes aja nih sambel.” Ucap Dhean yang kepedesan sambil minum es teh dan memakan krupuk. Krauk. “Iya ih lumayan. Udah lama ya kita gak kesini hahaha.” Timpal Naya pada Dhean. Mereka melanjutkan makannya sambil bercucuran keringat dan air mata. “Udah cin?” Tanya Naya pada Dhean. “Udah yang. Bentar ya aku bayar dulu.” Lalu Dhean pergi meningglakan Naya yang masih meminum es tehnya. “Ayo yang. Kemana lagi nih?” “Nonton yok yang.” Ajak Naya pada Dhean. “Iya deh ayo, Mall depan itu aja ya yang?” “Iya ayo. Nonton apa tapi ya” “Apa aja deh yang penting sama kamu aku mah ha ha ha” “Ye kamu mah. Ayo deh” Balas Naya malu malu. /Mall/ Bergandengan tangan di mall sambil window shopping mereka lakukan setelah membeli tiket film. Mereka menonton film secara acak. Film akan dimulai dalam 1 jam kedepan. Masih lama. Masih cukup waktu untuk mereka sekedar jalan-jalan berkeliling mall sampai lelah. Mereka melakukannya. Memasuki salah satu toko buku ternama di kotanya, mengitari setiap lorong yang tercipta diantara rak penuh buku yang tersusun secara rapih dengan pengaturan sedemikian rupa. Sangat menyenangkan bagi Naya yang saat ini sedang sibuk membaca sebuah buku yang berada dikedua tanganya. Tampak sangat asyik. “Capek yang” Ucap Dhean pada Naya setalah gadis itu meletakkan buku yang sedari tadi dibacanya, sekarang dia sedang asyik melihat buku-buku yang berjejer rapi tampak sangat berminat. “Capek ya?” Tanya Nanya dan dijawab anggukan oleh kekasihnya yang saat ini duduk di lantai toko buku dan bersandar pada rak yang untungnya terlihat kokoh. “Ayo ke bioskop aja deh. Udah kurang 30 menit lagi kok.” Dhean mengangguk menyangggupi ucapan Naya padanya. Toko buku berada di lantai 2 sedangkan bioskop berada di lantai 3. Menaiki esklator dengan bergandeng tangan dan sesekali menertawakan sesuatu yang menurut mereka patut untuk ditertawakan. “Tuh yang kosong yang.” Naya menunjuk satu set meja dan kursi untuk empat orang yang berada di pojok ruangan, menyarankan pada Dhean untuk duduk disana. “Pesen cemilan dulu apa langsung duduk aja kita?” Tanya Dhean memastikan. “Beli cemilan dulu aja deh, Yang.” Menuju meja tempat penjual berbagai macam cemilan dan minuman yang berada di dalam bioskop itu yang sedari tadi tampak sibuk menawarkan produk mereka pada setiap orang yang membeli tiket. “Mau popcorn ukuran apa yang?” Tanya Naya pada Dhean yang ada disampingnya. “L aja yang” “Minumnya apa?” “Aku Cola” “Oke. Mbak popcorn caramel 1 ukuran L sama 2 cola ya” “Baik kak, silahkan tunggu sebentar ya” “Iya” setelah kurang dari lima menit pesanan mereka sudah jadi dan mereka duduk di kursi yang tadi di tunjuk Naya, untungnya masih kosong. Naya duduk berseberangan dengan Dhean yang saat ini sedang sibuk memakan popcorn mereka. “Yang ih jangan dimakan dulu itu popcorn-nya” Ucap Naya pada Dhean yang sudah memakan kuncup popcorn mereka. “Ih enak yang, gak tahan aku tuh” Balasnya dengan masih memasukkan popcorn-nya ke dalam mulutnya sendiri. “Kamu mah, sini - sini aku yang pegang” Naya mengambil popcorn yang ada di tangan Dhean secara paksa. “IH” Dhean kesal dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang berada tepat di belakang dirinya. “Ih ayang mah, katanya gak boleh dimakan. Gimana sih ih” Dhean melihat Naya memasukkan beberapa biji popcorn ke mulutnya sendiri. “Hehe enak banget yang” Cengir Naya menjawab kalimat yang dilontarkan Dhean padanya. Sudah 20 menit mereka menunggu dan pintu studio sudah dibuka. Mereka masuk sambil bergandeng tangan. Mencari tempat duduk yang sesuai dengan tiket mereka. “Tuh” Tunjuk Naya pada kursi yang bertuliskan D-5 dan D-6. Mereka duduk disana masih bergandengan tangan. Menyiapkan posisi paling nyaman untuk menonton film yang sebenarnya mereka tidak tau tentang apa film tersebut. Mereka hanya asal. “Yang ini film apa sih?” “Lah yang mana aku tahu ha ha ha.” “a***y yang ha ha” Mereka menertawakan ke-absurd-an mereka sendiri sambil cekikian. Untungnya film ini bukan film hantu. Setelah iklan, seluruh lampu studio dimatikan film-pun dimulai ditandai dengan terdengarnya dan terpampanganya tulisan yang bergerak berisi all around you dengan suara wanita yang sangat s*****l. Mereka masih bergandeng tangan. Meskipun menghambat proses menyemiliki popcorn, mereka tetap melakukannya. Film terus berlangsung. “Yang, love you.” Ucap Naya lirih pada Dhean ditengah film yang sedang berlangsung dan mengeratkan pelukannya pada lengan Dhean. “Love you more.” Balas Dhean pada Naya dan mencium pucuk kepala Naya. Penuh cinta. Lampu menyalah, film berakhir. “Mau jalan lagi nggak yang?” Tanya Naya pada Dhean yang sudah tampak lelah. “Pulang aja ayo.” “Iya deh. Capek ya sayang aku.” Tanya Naya perhatian pada Dhean dan mengelus pipi Dhean penuh sayang. “Heem. Ayo aku anter sampe kos ya.” “Ayoo.” Mereka memutuskan untuk menyudahi kencan mereka karena malam sudah semakin larut, dingin semakin menusuk tulang dan tubuh mereka yang sudah kelelahan setelah beraktivitas seharian penuh. Jarak dari mall ke kosan Naya tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu kurang dari 15 menit saja. Setelah sampai di depan kosannya, Naya menolehkan kepalanya ke belakan dan melemparkan senyum pada Dhean yang juga sedang mengarahkan pandangannya pada Naya. “Makasih Yang” Ucapnya dengan senyum manis dan mata yang menyipit membentuk bulan setengah lingkaran. “Iya, sama – sama sayang aku.” Balas Dhean tak kalah manis dari kekasihnya itu. “Buruan masuk sana.” Lanjutnya. “He’em, bye sayang aku. Hati-hati di jalan ya.” Naya mengucapkannya untuk menyudahi pertemuan mereka malam hari ini, sungguh hari yang indah untuknya, meskipun sebenarnya dia lelah karena harus tidur terlambat malam ini. “Iya. Bye – bye cintaku.” Ucap Dhean saat Naya sudah berada di balik pagar dan melambaikan tangan padanya dengan senyuman yang masih menghiasi wajah cantiknya. Dari tempat kos Naya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk sampai di kosan Dhean yang berada di g**g sebelah. Dekat memang, ya iya lah kan satu kampus. Malam itu berakhir saat Naya dan Dhean melambaikan tangannya. Hari yang indah bagi mereka berdua yang akhir-akhir ini merenggang karena kesibukan keduanya. Menyenangkan sekali saat akhirnya kita mampu melakukan kencan tanpa rencana yang pasti setelah seharian berkutat dengan kesibukan masing-masing, berdua penuh canda dan tawa dengan kasih dan sayang mengitari mereka. Terima kasih hari untuk hari ini, kekasihku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD