Tujuh. Teman masa kecil yang hilang

1537 Words
                                                                                ***                                                                 Selamat membaca.                                                                                 ***                                                 I just like him, not fall in love with him.                                                                                 ***             Reevin benar-benar laki-laki penuh kejutan, malam ini, sejak bertengkar dengan Banjar empat hari yang lalu, Reevin tiba-tiba mengajak Shayna untuk nonton film bersama, dan kebetulan film itu sudah dinanti oleh Shayna sejak dua bulan lalu -- sejak tailernya keluar di sosial media, bahkan sempat juga Shayna lihat di televisinya.             Shayna terkejut bukan main saat melihat isi pesan yang dikirimkan Reevan, biasanya isi pesan Reevin hanya sekedar, huruf p p p, padahal Shayna benci dengan isi pesan itu, orang yang mengirimkan pesan seperti itu benar-benar b******k, kenapa dia tidak mengirinkan pesan dengan kalimat selamat pagi, siang, sore, malam atau selamat mimpi indah, mengirimkan pesan dengan benar, dan mengucap salam.             "Serius, cepetan sana, lo kan jomlo belum pernah diapelin cowok, nah malam ini gue apelin ya," Reevin berujar melalui sambungan telpon genggam yang membuat Shayna marah sekaligus mendelik kesal tapi sambil tertawa, sialan memang nih cowok, tapi benar juga sih apa yang dikatan Reevin, sebal!             Shayna akhirnya mempersiapkan diri, tentu, ini adalah kali pertama Shayna akan nonton dengan Reevin, nonton dengan laki-laki selain dengan Banjar. Kebiasaan Shayna selain membaca n****+, marah-marah atau mendadak diam saat ada orang yang salah padanya adalah melihat bulan, jam di mana Shayna akan melihat bulan adalah jam tujuh malam, setelah merasa ia sudah siap berdandan, ia keluar dari kamarnya di lantai dua menuju balkon rumahnya, menatap benda-benda di langit gelap itu.             Langit yang seolah terbelah-belah, dengan bulan di tengah-tengahnya adalah gambaran langit kesukaan Shayna, it's amazing, Shayna suka itu. Shayna biasanya hanya melihat bulan sebentar, setelah mengucap pujian kepada Tuhannya akan anugerah ia bisa melihat, ia bisa memandang bulan, Shayna langsung masuk ke dalam rumah lagi, berniat menunggu Reevin di halaman rumahnya. Tapi, Shayna mendapatkan kejuatan lagi, dia melihat ..., Banjar dan Sadira di depan rumah Banjar, wow, tidak di sekolah tidak di rumah, Banjar dan Sadira begitu menempel ya. Shayna hanya tersenyum dari tempatnya berdiri, lalu ia berbisik dalam hatinya, bahwa ia hanya menyayangi Banjar sebagai sahabat, terserah Banjar mau dekat dengan siapa. "Mestinya, tidak sesakit ini sih ya," katanya lirih, berbisik kepada dirinya senidir.             Daripada terus menerus melihat pemandangan yang tidak enak, Shayna memilih turun dari kamarnya dan menunggu Reevin di ruang tamunya. Ternyata melihat Banjar, mampu mengubah mood baik Shayna menjadi buruk, kembali. Menunggu Reevin tidak lah memakan waktu yang lama, tapi Shayna biasanya tak bisa menunggu, Banjar selalu menjemputnya dengan cepat -- tentu karena jarak rumah mereka tidak sejauh jarak rumah Shayna dan Reevin. Kali ini, Reevin menjemputnya dengan mobil hitam, tidak memakai motor lagi.             "Widih, doi baru nih." Shayna memilih memperkenlakan Reevin dengan Aldino dan Sylena, orang tuanya, tapi Shayna malah mendapatkan bisikan yang luar biasa menggoda dari Ibunya.             "Reevin?" Ulang Aldino saat mendengar nama laki-laki itu.             Aldino memang termasuk ayah yang kurang suka bila Shayna dekat dengan laki-laki, bahkan dengan Banjar saja Shayna baru dibolehkan berteman sejak kelas sembilan sekolah menengah pertama.             "Iya Om, Reevin Keano Adiatma," jawab Reevin lagi. "Mau ngajak Shayna nonton Om, apa boleh?" izinnya lagi. Reevin tak gentar saat ia meminta izin dengan Ayahnya Shayna, memang kenapa, harusnya kan laki-laki meminta izin seperti ini saat membawa anak gadis pergi dari rumahnya, jangan jemput di depan rumah atau depan komplek atau depan gang rumahnya dong, terkesan bagaimana ya.             Aldino sedikit berpikir, saat mendengar nama belakang Reevin, saat melihat mobil yang Reevin bawa cukup mewah, tidak mungkin Reevin anak orang yang biasa-biasa saja. Aldino mengangguk, mengiyakan izin dari Reevin. "Tapi, jam setengah sembilan Shayna harus diantar ke rumah sakit ya, jenguk Neneknya soalnya," kata Aldino lagi.             Reevin tentu mengangguk riang, apalagi yang ia bisa lakukan selain mengiyakan apa yang dikatakan ayahnya Shayna.             Sampai di dalam mobil Reevin untuk menuju mall tempat bioskop memutar filmnya tiba-tiba Shayna mengubah pikirannya, ia akan menonton jam delapan malam ini dengan Reevin, sedangkan jam kunjung rumah sakit berakhir jam sembilan malam dan Shayna akan datang jam setengah sembilan ke rumah sakit, lalu apa gunanya nonton film hanya tiga puluh menit saja? Tidak, tidak tiga puluh menit juga, Shayna harus ada di rumah sakit jam setengah Sembilan, yang berarti Shayna harus jalan jam delapan lewat lima menit kan?             "Tapi, sama aja sih kita buang-buang tiket Reev?" Tanya Shayna, ini lebih sebagai kalimat pernyataan.             Reevin sebenarnya sudah tak tahan untuk berdekatan dengan Shayna, ia akan mengatakan bahwa ia adalah orang yang sering Shayna temui dulu, tanpa memperdulikan tentang tiket atau film yang akan mereka nonton.             "By the way Reev, lo tahu nggak kenapa gue hampir mati kehilangan ponsel tadi?" Shayna mencoba menceritakan satu hal, saat ia melihat t**i lalat yang berada di sudut bibir Reevin, saat melihat bagaimana Reevin memperlakukannya -- tidak melulu perhatian, tidak melulu kebahagiaan maka Reevin juga sesekali menyembunyikan tas Shayna, sesekali mengambil buku paket Shayna dan jangan lupa Shayna hampir saja menangis karena kehilangan topinya di pagi hari senin, itu semua karena ulah Reevin. "Entah kenapa lo mirip banget sama seseorang," Shayna memulai percakapannya, membuat Reevin menautkan alis, sesekali ia memasukan irisan kentang goreng di depannya, karena kali ini Shayna dan Reevin sepakat untuk pergi ke rumah makan, tidak jadi nonton, dan membiarkan tiket bioskop itu hangus begitu saja. "He is my friend Reev, and i miss him so much." Shayna kembali berucap, entah kenapa keterdekatannya dengan Reevin di hari pertama membuat Shayna serasa bertenu teman lama.             Dulu sekali, ayahnya yang baru saja membangun cabang hotelnya di kota Yogyakarta membuat Shayna sering dibawa ke kota gudek itu, tak sampai di situ, Aldino juga sering berbagi rezeki, Aldino suka sekali ke panti asuhan dan membawa Shayna ke sana, katanya biar Shayna punya teman di kota itu. Hingga di tenpat itu, Shayna akhirnya bertemu dengan seorang laki-laki yang umurnya sama dengan Shayna, sekitar sepuluh tahun, pada zaman itu. Laki-laki bernama Reevin, Reevin Keano.             "Jadi lo enggak lupa gue?" Tanya Reevin dengan mata berbinar, menatap perempuan yang ada di depannya itu dengan harap.             Awalnya Shayna benar-benar tak menyangka itu Reevin-nya yang tak pernah lagi ia temui sejak bertahun-tahun lalu, tapi setelah ia pikir-pikir, kenapa Reevin bisa sok akrab dengannya, dan kenapa ia bisa melakukan adegan 'menyiram Shayna dengan cara tak sengaja dengan motornya' Shayna tahu Reevin benar-benar sengaja melakukan itu di hari pertama mereka bersekolah.             Dulu, saat Reevin kedatangan Shayna -- teman kecilnya, yang dilakukan Reevin adalah bermain air dengan Shayna, entah hujan-hujanan, main siram-siraman saat menyiram tanaman, banyak sekali pokoknya hal yang mereka lakukan bersama. Makanya, saat Reevin pertama kali melihat Shayna, Reevin malah menyiramnya dengan air comberan, kata Reevin itu semua membalas perasaan rindunya kepada perempuan itu.             "Sialann ya lo," balas Shayna saat Reevin mengutarakan segalanya, dari Reevin yang diadopsi oleh seseorang, hingga dibawa ke Jakarta, saat Reevin tak sengaja melihat Banjar dan Shayna di mall lalu dibuntuti Reevin hingga ke rumah Banjar, dan saat Reevin mencipratkan air comberan kepada Shayna dengan motornya, itu semua memang sengaja Reevin lakukan kepada perempuan itu.             "Berarti, Sadira adik angkat lo?" Tanya Shayna memastikan.             "Yaiyalah bazeng, ayahnya yang adopsi gue, ah senangnya ketemu Shayna lagi." Reevin mulai menggoda Shayna dengan mengedipkan sebelah matanya, membuat Shayna tetawa riang, karena ulah laki-laki itu.             Salah satu hal yang membuat Shayna meringis saat tahu Reevin di depannya adalah Reevin teman masa kecilnya adalah, Reevin makin cakep, laki-laki itu semakin rupawan. Tak dipungkiri, Reevin memang terlihat manis sejak dulu, t**i lalat disekitaran wajahnya semakin membuat Reevin terlihat manis, perlakuannya terhadap orang biasa juga tak neko-neko, dia sangat baik, berbeda dengan perlakuannya dengan orang terdekat, dia jahil!             "Sialann, gue pikir kita enggak bakal ketemu lagi." Shayna berucap sambil berjalan ke parkiran, mereka sudah selesai makan malam dadakan, dan ternyata Reevin tak perlu membuat pengakuan, bahkan menghadapi Shayna yang lupa akan dirinya.             Reevin merasa begitu bahagia dengan hari ini, Shayna, teman masa kecilnya, perempuan yang manis masih mengingatnya. "Gue pikir, lo yang bakal lupa sama gue," balas Reevin ia seolah masih tak percaya akan kejadian detik ini, di mana perempuan itu benar-benar masih ingat dengan detail tentang dirinya.             Saat Shayna kecil mengatakan ia akan pulang ke Jakarta dan hanya sesekali saja ke Yogyakarta, rasanya hati Reevin hancur saat itu, bukan karena ayah Shayna tak lagi datang dengan membawakan mainan banyak untuk Reevin dan teman-temannya di panti, bukan juga karena Ibu Shayna tak lagi datang dengan membawa makanan banyak ke pantinya, tapi Shayna, ia akan kehilangan teman setulus Shayna, itu yang membuat Reevin sedih diwaktu itu, tapi, tak berapa lama sejak Shayna yang sama sekali tidak ada kabar, Reevin diadopsi, dan diboyong ke Jakarta, sekali lagi, ia melihat Shayna dan berhasil membututi perempuan itu hingga ke rumahnya.             "Bisa emang gue ngelupain orang yang waktu gue datang malah disiram pake air? Sialann ya lo, kenangannya buruk banget." Shayna kembali terkekeh saat mengingat beberapa kejadian, ralat, saat mengingat semua kejahilan yang dilakukan oleh Reevin kepadanya, Shayna benar-benar tidak lupa satu kejadian pun tentang dirinya dan juga Reevin.             Reevin tertawa mendengar apa yang dikatakan Shayan, sebelum Shayna masuk ke dalam mobil miliknya, tiba-tiba Reevin menahan tubuh Shayna, meletakan dua tangannya di bagian mobil karena Shayna hampir saja membuka pintu mobil Reevin. Ke dua tangan Reevin berada di ke dua sisi tubuh Shayna dengan berpengangan di mobilnya, Reevin berbisik halus di telinga Shayna, yang Shayna sendiri mendengarnya begitu merasa bahagia -- atau dekdekan.             "Kalau di masa depan aku suka dan sayang kamu, aku harus bagainana, ya Shay?"                                                                                             ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD