Bab 11. Bukan Berlian yang Dulu

1988 Words
Satya ada di sebuah acara makan malam di sebuah hotel megah. Ia bisa menghadiri acara ini dengan susah payah. Tentu saja karena ia ingin bertemu dengan Berlian. Satya tahu Berlian akan datang karena melihat jadwal Berlian yang ada di kantor waktu itu. Satya tidak ingin melepaskan kesempatan ini. Bagaimana pun, ia harus bisa berbicara dengan Berlian. Ini menyangkut perusahaannya. Ini juga menyangkut hidupnya. Satya harus bisa mendapatkan saham dari Berlian kembali. Satya menyapu pandangan di area pesta yang diadakan di halaman bagian luar hotel. Ia berada di dekat kolam renang. Dari tadi ia mencari di mana Berlian? Namun, sampai sekarang masih belum juga ketemu. Tiba-tiba ponsel Satya berdering. Satya mengambilnya dari dalam saku. Setelah itu ia melihat layar ponsel, ada Chika sedang memanggilnya. Membuat Satya geram dan menolak panggilan istrinya itu. "Pasti dia menelpon hanya untuk mengomel. Bukankah aku tadi sudah bilang kalau aku akan pulang malam? Kenapa masih saja ditelpon?" gerutu Satya berbicara sendiri dengan kesal. Tidak lama setelah Satya memasukkan ponsel ke dalam saku, ponselnya kembali berdering. Satya melihatnya lagi dan yang memanggilnya masih sama. Satya yang geram itu, akhirnya menonaktifkan ponselnya. Supaya Chika tidak bisa menelponnya lagi. "Dasar cerewet! Kenapa dia terus saja menelponku?" Satya lagi-lagi menggerutu sendiri. Satya mengabaikan istrinya untuk pertama kali. Karena ia sudah hafal, panggilan Chika pasti hanya menyuruhnya untuk pulang dan mengurus Arya. Benar-benar merepotkan! Pikir Satya. Tiba-tiba dari arah pintu utama hotel, terlihat sebuah mobil mewah berhenti. Semua undangan pesta melihat ke arah mobil tersebut. Termasuk Satya. Pintu mobil terbuka sendiri. Seorang laki-laki tampan turun dari dalam mobil. Tunggu! Dia adalah laki-laki yang memakaikan jas pada Berlian dan mengajak Berlian pergi meninggalkan Satya waktu itu. Membuat Satya terhenyak dan terus menatapnya. Kalau tidak salah, nama laki-laki itu adalah Agam. Pikir Satya. Tidak lama setelah laki-laki itu turun, seorang perempuan yang menjadi sorot utama pada pesta makan malam kali ini, terlihat dari dalam mobil yang sama. Siapa lagi kalau bukan Berlian. Membuat mata Satya terbelalak lebar. Berlian menurunkan kakinya lebih dulu. Terlihat high heels yang dipakainya adalah merek mahal. Ia turun dari mobil dengan bantuan Agam. Ketika sudah turun, Berlian mengenakan gaun cantik, nampak anggun dan berkelas. Semua tampilannya mewah dan elegan. Membuat semua pasang mata terkesan melihatnya. Melihat Berlian yang sangat cantik malam ini, membuat Satya berdebar. Ia bahkan kesusahan menelan ludah. Benar-benar sangat mempesona. Berlian melingkarkan tangannya pada lengan Agam. Mereka berjalan bersama masuk ke arena pesta. Membuat Satya mengkerutkan kening terheran-heran dibuatnya. "Laki-laki itu, apa hubungannya dengan Berlian? Kenapa dia terus saja menempel pada Berlian?" gumam Satya dalam hati melihat Agam. Satya masih memperhatikan Berlian yang semakin mendekat itu. Ketika berjalan mendekat, mata Satya tidak lepas dari pegangan tangan Berlian pada Agam. Pikirannya jadi melayang ke mana-mana. Berlian dan Agam sudah memasuki arena pesta. Tepat saat itu Berlian dan Agam juga melihat ke arah Satya yang berdiri tidak jauh darinya. Membuat Berlian terhenyak sesaat. Kenapa Satya bisa di sini? "Apa ini rencanamu untuk membawanya ke sini?" bisik Agam pada Berlian. "Tidak. Aku sama sekali tidak tahu?" jawab Berlian. Satya yang tengah berdiri itu berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Agam semakin membusungkan d**a melihat Satya semakin dekat. Ada rasa kebencian dan dendam cukup dalam melihat wajah mantan suami Berlian yang sudah memberikan banyak kenangan luka untuk Berlian. "Malam, Ber," sapa Satya pada Berlian ketika ia sudah berdiri di depan Berlian dan Agam. "Malam juga," balas Berlian singkat. "Akhirnya aku bisa menemuimu lagi." "Bagaimana kamu bisa ke sini?" "Aku meminta tolong pada salah seorang temanku. Sehingga aku bisa mendapatkan undangan makan malam di sini." "Oooh ... baiklah. Kalau begitu aku akan pergi dulu," ujar Berlian yang akan melangkah bersama Agam. "Ber! Apa kita bisa bicara sebentar?" ujar Satya menghadang. Berlian terhenti sejenak. Ia nampak berpikir sebentar. "Tentu!" jawab Berlian dalam sekian detik. Mendengar jawaban Berlian, Agam langsung melirik ke arah Berlian sembari mengkerutkan kening. Sedangkan Satya langsung berwajah sumringah. Namun, sekian detik kemudian Satya menoleh ke arah Agam dengan tatapan kesalnya. Agam juga balas menatap Satya. Berlian melihat mereka saling tatap dan sepertinya terjadi perselisihan batin di antara keduanya. Satya lalu menengok ke arah Berlian lagi. "Bisakah kita bicara berdua saja?" tanya Satya pada Berlian. Agam langsung kembali menoleh ke arah Berlian cepat. Berlian membalas tatapan Satya sebentar. Lalu ia kembali melihat Satya. "Baiklah," jawab Berlian. Agam tidak habis pikir dengan jawaban Berlian. Ia pun mendekat dan mengatakan sesuatu di telinga Berlian. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu membiarkan dia berbicara denganmu berdua saja?" bisik Agam yang sangat dekat dengan telinga Berlian. "Tenanglah. Tidak akan terjadi apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Jadi, tolong tinggalkan kami berdua sebentar," jawab Berlian yang melakukan hal sama pada Agam. Pemandangan itu terlihat jelas di hadapan Satya. Membuat Satya merasa tidak nyaman sendiri melihatnya. "Baiklah. Kalau itu yang kamu minta, aku akan meninggalkan kalian. Aku akan mengawasi kalian dari jauh. Kalau dia berani macam-macam, aku akan segera mendekat," kata Agam lagi. "Hm!" Berlian menganggukkan kepala. Setelah itu, Agam menjauh dari Berlian. Sekali lagi, ia melirik ke arah Satya dengan tatapan geram. Satya pun membalas tatapannya sampai Agam terus menjauh. "Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Berlian pada Satya yang masih melihat Agam yang sudah jauh itu. Satya langsung menoleh ke arah Berlian lagi. "Apa dia pacarmu? Kamu sudah punya pacar lagi? Padahal kita bercerai belum lama," kata Satya nampak kesal. Mendengarnya, tentu Berlian tertawa geli tidak habis pikir. "Lain kali, kamu bisa bercermin dulu sebelum berbicara. Aku dengar kamu menikah lagi sebelum perceraian kita genap satu Minggu, bukan? Apa kamu lupa kalau kamu sudah menjalin hubungan lama, bahkan sebelum kita bercerai. Sekarang kamu menyalahkanku kalau aku memiliki pacar lagi setelah perceraian setengah tahun kita?! Benar-benar menggelikan," balas Berlian sembari menyedekapkan kedua tangan angkuh. Satya pun terhenyak mendengar kalimat balasan Berlian. Ia sendiri lupa kalau ia adalah laki-laki brengs*k yang telah berselingkuh dari Berlian dulu. Membuatnya langsung menciut dan menundukkan kepala. "Ma ... maafkan aku. Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ...." "Hanya menyesal?" potong Berlian meneruskan kalimat Satya. Berlian sekali lagi tersenyum remeh. "Lihat! Betapa serakahnya dirimu?" "Ber. Aku benar-benar minta maaf. Aku sudah menyia-nyiakan perempuan sepertimu. Aku benar-benar tidak sadar kalau—" "Cukup!" potong Berlian tegas yang membuat Satau terhenyak. "Meski permintaan maafmu mencapai satu gunung, tetap tidak akan bisa menebusnya. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau aku tidak memaafkanmu, kamu akan terus muncul dan mengganggu hidupku seperti ini. Jadi aku terpaksa memaafkanmu. Sekarang pergilah! Kita tidak pernah ada urusan lagi!" jawab Berlian lagi yang akan membalikkan badannya. "Tunggu, Ber!" cegah Satya ketika Berlian akan menjauh. Menghentikan Berlian dan melihat ke arah Satya lagi. "Aku tahu, kamu masih sangat marah padaku. Tapi bisakah kamu tidak mencabut sahammu dari perusahaanku?" ujar Satya memelas sembari memohon. Berlian kembali mendengkus tertawa remeh. "Sudah aku duga. Kamu pasti akan mengatakan itu, bukan?" tanya Berlian angkuh dan tersenyum menyeringai. "Ber, bukankah aku sudah bilang, kamu tidak boleh mencampurkan masalah pribadi dalam pekerjaan, bukan?! Kenapa kamu mencabut semua sahammu dari perusahaanku?!" "Siapa bilang aku mencampurkan masalah pribadi dengan pekerjaan?! Aku mencabut saham dari perusahaanmu bukan asal-asalan. Aku sudah mempertimbangkannya dengan sangat matang. Selama ini kamu tidak pernah memberikan keuntungan pada Glory Garment! Secara kepemimpinan, kamu juga sangat buruk dan tidak bijaksana menangani karyawanmu. Aku masih profesional untuk memilih mitra kerja yang bagus. Sebaliknya, kamu yang tidak profesional di sini. Memohon ampun atas kinerja buruk yang selama ini berjalan? Benar-benar bukan cerminan pimpinan yang baik!" balas Berlian mantap. Satya terdiam masih kebingungan dan tidak memiliki pembelaan apa pun. "Selain itu, aku juga memiliki alasan kuat untuk mencabut sahamku. Saat kita masih bersama, kamu bahkan tidak bisa membuat laporan keuangan sendiri! Kalau bukan karena bantuanku, kamu pasti tidak akan bisa menyelesaikan laporan keuangan itu. Kamu paham, bukan?!" lanjut Berlian. "Ber, kenapa kamu bisa ...." Satya bahkan tidak bisa meneruskan kalimatnya sendiri. Ia tidak menyangka jika Berlian bisa akan sangat kejam seperti ini. "Kenapa? Kamu tidak menyangka kalau Berlian yang kamu pikir hanya bisa membersihkan rumah dan memasak, ternyata juga bisa memimpin perusahaan besar, bukan? Bahkan aku jauh lebih unggul darimu!" "Ber, kenapa kamu tidak bilang padaku sebelumnya?!" "Untuk apa? Untuk apa aku mengatakan pada laki-laki benalu sepertimu?" "Kalau tahu kamu adalah pimpinan Glory Garment, aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik!" seru Satya. Berlian sekali lagi mendengkus kencang. "Inilah dirimu! Kamu selalu berpikir bahwa pernikahan hanyalah soal untung dan rugi! Kita benar-benar berbeda. Andai aku tahu dari awal, aku pasti tidak akan pernah menikah denganmu!" Setelah itu sekali lagi Berlian membalikan badannya. Namun, Satya masih belum menyerah. Ia segera memegangi pergelangan tangan Berlian mencegahnya pergi. "Tunggu, Ber!" kata Satya sembari menarik pergelangan tangan Berlian. Membuat Berlian terhenyak karena tarikan Satya itu. Agam yang melihat mereka dari jauh pun langsung mengkerutkan dahi cemas. Namun, Berlian segera menghempaskan tangan Satya, sehingga terlepas. Melihat Berlian begitu tangguh, Agam masih menahan langkahnya dan mengurungkan niat untuk mendekati Berlian. "Jangan berani macam-macam! Di sini banyak pengusaha besar yang akan melihat!" tegas Berlian. "Ber, aku—" "Satya!" Tiba-tiba terdengar teriakan suara perempuan dari jarak agak jauh. Membuat Satya dan Berlian serta semua tamu undangan, termasuk Agam menoleh ke asal suara tersebut. Di sana, Chika muncul dengan wajah merah menunjukkan amarahnya. "Oooh! Jadi karena ini kamu mematikan panggilanku?! Kamu ingin menemui mantan istrimu yang sudah kaya, kan?!" seru Chika pada Satya dengan suara lantang. Tentu saja semua tamu langsung terhenyak dengan pernyataan Chika. Satya pun sangat malu menjadi pusat perhatian. "Hentikan! Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu bisa ke sini?!" bisik Satya menenangkan istrinya. "Kalau aku tidak ke sini, aku pasti sudah menemukan kalian bermesraan!" seru Chika lagi. "Hei! Jaga mulutmu!" bentak Berlian. "Aku bukan pelakor sepertimu! Kalau dulu kamu sangat mudah merampas mantan suamiku yang tidak berguna ini, sekarang aku akan memberikannya padamu sepenuhnya. Karena aku jijik melihat kalian bercinta di atas ranjangku dulu!" ujar Berlian. Semua tamu undangan sekali lagi terhenyak dengan kenyataan itu. Mereka jadi tahu kalau Satya adalah mantan suami Berlian yang berselingkuh dengan Chika. Tentu saja membuat Chika sangat malu mendengarnya. "Sekarang dia memohon untuk meminta maaf dan memintaku memberikan kembali saham yang sudah aku tarik! Awalnya aku masih mempertimbangkannya. Tapi karena kemunculanmu seperti ini, aku sudah pastikan, sampai kapan pun aku tidak akan memberikan sahamku pada perusahaan kecil dan kotor milik suamimu itu!" Setelah itu, Berlian kembali berbalik pergi. Satya terhenyak mendengar kalimat Berlian. Ia panik karena tidak akan pernah mendapat kesempatan lagi. Ia pun segera menyusul Berlian dan sekali lagi menarik pergelangan tangan Berlian. "Tunggu, Ber!" cegah Satya. Chika yang melihatnya pun langsung membelalakkan kedua mata karena cemburu. "Satya! Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu memegang tangannya!" jerit Chika tidak terima. Berlian pun sekali lagi tersenyum remeh. "Lepaskan!" Berlian menghempas tangan Satya sekali lagi. "Kamu tidak seharusnya memegangi tangan mantan istrimu di depan pelakor seperti dia," kata Berlian nampak tenang. Mendengarnya tentu saja Chika sudah kehabisan kesabarannya. Ia kehilangan akal. Membuatnya tidak bisa menahan emosinya lagi. Chika lalu segera mengambil air minum di dalam gelas dan menyiramkannya pada wajah Berlian dengan kencang. Tentu saja membuat Satya dan semua tamu undangan terperanjat dan semakin membuat mereka menjadi sorotan. Agam yang melihatnya pun juga kaget. Ia segera menghampiri Berlian untuk melindunginya. "Bagaimana? Beginilah rasanya dipermalukan di depan publik?" ungkap Chika nampak puas setelah menyiramkan air pada Berlian. Berlian masih nampak tenang. Ia lalu menyeka minuman yang menempel di matanya. Sayangnya, Berlian yang sekarang bukanlah Berlian yang dulu. Ia tidak akan diam begitu saja. Berlian lalu berjalan mendekat ke arah Chika dan segera menarik rambut Chika dengan kasar. Membuat semua orang semakin tercengang melihat pertunjukan drama gratis di depan mereka. Tanpa ampun, Berlian menyeret Chika yang kesakitan karena rambutnya dijambak secara brutal itu. Berlian membawanya ke samping kolam dan segera menyeburkan Chika ke dalam kolam. Semua tamu undangan yang melihat justru bertepuk tangan meriah dengan ketegasan Berlian. Mereka tidak menyangka kalau Berlian bisa melakukan hal seperti itu. Berlian yang dulu hanya diam saat ditindas, ia tidak akan menjadi orang yang sama. Kini, Berlian berdiri tegap dengan puas memperhatikan Chika yang tercebur di dalam kolam. "Ingat! Aku bukan Berlian yang sama seperti dulu!" ungkap Berlian penuh penekanan dan masih nampak tenang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD