Chat Mengejutkan

556 Words
Hari ini adalah hari pertama Osman masuk kantor setelah pernikahannya dengan Orin. Meski ia sering bertemu dengan Orin, namun Osman tetap berusaha profesional. Bersikap seolah tidak mengenal Orin. Bahkan tidak jarang dia fokus menatap dokumen yang dia bawa saat berpapasan dengan Orin, sedikit pun tatapannya tidak terarah pada Orin meski wanita itu melirik dan menjulurkan lidah pada Osman. Osman baru beberapa hari bekerja di sana. Demikian juga Orin yang baru saja memulai karier di perusahaan itu. Di mata semua orang, tentu mereka baru saja saling kenal. Seperti saat itu, Osman sedang ada urusan dengan pembukuan administrasi, ia keluar dari ruangan dan menghampiri bagian resepsionis. "Hubungkan aku dengan kepala bagian administrasi!" Osman memerintah gadis berpakaian rapi dengan dasi kupu-kupu di d**a. "Baik, Pak. Ditunggu." Resepsionis menelepon. “Hai, Pak Osman Al Mumtadz! Apakah bapak ada keperluan dengan atasan saya?” Osman sangat mengenal suara merdu yang selalu terdengar ceria itu. Orin. Osman menoleh. Dan benar saja, wanita yang mengenakan rok mini dipadu kemeja ketat itu sudah ada di sisinya. Kenapa Osman selalu saja bertemu dengan Orin? Entah itu kesengajaan Orin yang kerap melintas di dekatnya, atau memang wanita itu ada kepentingan tertentu hingga membuat pertemuan mereka memiliki durasi tempo yang sangat cepat. “Hm.” Osman mengangguk. “Atasan saya sedang cuti, Pak. Kalau bapak ada keperluan, bisa ke saya.” Senyum Orin tercetak sempurna. “Ah, tidak. Besok saja.” Osman memilih cari aman. Dia benar- benar tidak tenang saat berada di dekat Orin begini. Seolah-olah semua mata menghakiminya, padahal ia tahu bahwa mereka semua tidak mengetahui hubungan rahasianya dengan Orin. Suara ketukan sepatu terdengar teratur dari arah pintu utama. Memasuki ruangan luas. Ikmal Dirgantara. Lelaki yang mengenakan stelan jas hitam itu menepukkan tangannya. Membuat sejurus pandangan tertuju pada sosok yang berjalan mendekat dengan langkah tegas itu. “Semuanya! Berkumpul kemari!” titahnya tegas. Seluruh pegawai pun berdatangan. Keluar dari ruangan masing-masing dan berkumpul menghadap sang pimpinan. “Aku akan perkenalkan kalian dengan manager baru di perusahaan ini. Sudah beberapa hari dia menduduki jabatan ini, tapi mungkin belum semua mengenalnya.” Ikmal menjulurkan tangan ke arah Osman. Osman melangkah maju, menyambut uluran tangan Ikmal. Berjabatan tangan. “Osman Al Mumtadz.” Ikmal menepuk lengan kokoh Osman. “Selamat bergabung. Kenalkan, inilah manager baru kita!” Osman berdiri di sisi Ikmal, menghadap pada seluruh pegawai yang berkumpul di sana. Ia menganggukkan kepala. Kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh wajah- wajah di hadapannya. Ada Orin diantara para pegawai. Pandangannya tidak spesial saat jatuh di wajah Orin, sama rata seperti saat menatap pegawai lainnya. “Sebagai sambutan atas kehadiran manager baru, maka siang nanti kalian bisa makan gratis di kantin. Bebas!” seru Ikmal yang disambut dengan bisik-bisik kecil dan tawa gembira oleh para staf. Disaat semua pegawai sibuk berbisik menyambut kegembiraan atas jatah makan gratis, justru Osman mendapati Orin komat-kamit sambil menunjuk pangkal paha Osman, tangan memperagakan sesuatu yang sulit dimengerti. Apa yang dikatakan wanita ini? Yang benar saja dia meminta di tengah keramaian begini. Osman geleng kepala. Ting. Osman melihat pesan masuk. ‘Resleting celana setengah turun. Awas terbang!’ Pesan dari Orin. Tangan Osman bergerak pelan meraih resleting dan menaikkannya sambil melirik Orin yang terkekeh geli. Pesan berikutnya masuk lagi. Masih dari Orin. ‘Nanti siang makan semeja ya!’ Ugh... Gadis ini! Batin Osman menggeram. Netranya melirik Orin yang kini tersenyum sambil melambaikan tangan singkat. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD