Chapter 2 - Skandal (1)

1345 Words
Denara Larisanty wanita cantik yang menginjak usia 26 tahun itu telah berprofesi sebagai paparazzi selama hampir 4 tahun lamanya. Dena merupakan sosok yang mandiri, mungkin karena ia seorang yatim piatu setelah kedua orang tuanya meninggal dunia saat ia masih SMA. Dena seperti menjadi wanita kuat sebab di paksa keadaan. Sejak awal, Dena bukanlah dari keluarga yang berkecukupan. Tapi keluarganya benar-benar sangat harmonis, meski Dena hanya anak tunggal. Maka dari itu setelah orang tuanya meninggal atau tepatnya sejak ia duduk di bangku 11 SMA, Dena sudah harus bekerja paruh waktu untuk menghidupi dirinya dan menyewa sebuah rusunawa di pusat kota. Dena bisa berlanjut kuliah juga berkat uang paruh waktunya dan dari bantuan pemerintah. Setelah lulus dari kuliah Dena langsung memutuskan bekerja, yakni bekerja di perusahaan media swasta Onepact. Dan seperti yang sudah Dena katakan, dia bekerja di sana hampir 4 tahun lamanya. Selama bekerja di sana, Dena jarang sekali mendapat berita yang memuaskan hatinya, bahkan ia tak pernah merasa sesenang itu saat mendapat berita skandal selebrities. Sangat berbeda dengan sekarang yang malah membuat bibirnya mengembang lebar. Bahkan Dena masih tidak menyangka, kesialannya sedari tadi ternyata berbuah semanis ini, dengan ia yang di suguhkan berita besar tanpa harus repot-repot mencari atau membuang waktu berhari-hari, sungguh Dena merasa seperti sengaja di sodorkan langsung oleh tuhan. Dena jadi berfikir kalau mobil yang Dena tumpangi tak mogok, mungkin ia tak akan lewat sini. Dan kalau ia tak terjatuh tadi mungkin ia akan terlalu cepat dan melewatkan moment besar ini. Jadi Dena benar-benar bersyukur dengan apa yang ia lalui sedari tadi, meski sangat menyakitkan bagi kakinya. "Yoga, lepas." Jujur saja Dena sendiri masih agak shock melihat sesuatu di depan sana, yakni seorang pria tengah menghimpit sang wanita ke dinding gang. Padahal si wanita sudah meminta untuk di lepaskan, tapi sang pria sama sekali tak berniat melepas. Dan pria itu adalah Yoga Hernanda, selebritis terkenal dengan wajah tampan dan attitude plus plus. Pasti orang-orang di luar sana tidak akan menyangka, sosok yang selama ini di agung-agungkan oleh fans adalah seorang berandal, penipu ulung, dan pria b******k yang berani melecehkan wanita di gang kecil seperti ini. Tanpa pikir panjang, Dena segera mengangkat kamera besarnya itu dan memposisikan di depan wajah, hendak memotret dua orang di depan sana. Bibir Dena menyunggingkan senyum miringnya, saat membayangkan berapa banyak uang yang akan ia dapat setelah mendapat skandal sebesar ini. Yoga bukan hanya selebritis biasa, Yoga sudah seperti aset negara karena prestasi besar yang di dapat selama ini sampai sanggup untuk menambah kontribusi perekonomian negara. Ckrekk ... Ckrekk ... Ckrekk ... Dena terus memotret berkali-kali, merasa kalap melihat mement langka. Padahal satu bulan lalu Dena harus pulang dengan tangan kosong setelah mengikuti Yoga seharian. Ckrekk ... Ckrekk ... Jepretan demi jepretan benar-benar membuat Dena se-senang itu, sampai tak sadar hasil gambar yang ia dapat makin lama semakin menampakkan langsung wajah dari Yoga dan si wanita. Seperti kedua orang itu memang menatap ke arah kamera Dena. Ckrekk ... Tu-tunggu ... Dena merasa ada hal yang janggal ... Kenapa Yoga menatap kearahnya dengan wajah penuh kemarahan pula? Bagaimana dia bisa tau kalau tengah di potret? Ckrekk ... Dan ternyata, 'g****k banget!!' Jerit Dena dalam hati, setelah menyadari kalau lampu Blitz di kameranya tidak ia matikan. Tidak heran Yoga langsung tau kalau tengah di foto. Sekarang Dena harus bagaimana? Apalagi ekspresi wajah Yoga benar-benar sangat mengerikan sekarang, berbada jauh di banding hari-hari biasanya. "HEII!" Teriakan keras Yoga membuat Dena tersentak di tempatnya. "Maaf nggak sengaja." Setelah balik meneriakkan itu, Dena langsung berbalik dan berlari sekuat tenaga menahan kakinya yang terasa sangat-sangat sakit itu. Dena tak mau tertangkap oleh Yoga! Tidak! ***** Usaha larian Dena rupanya membuahkan hasil. Tidak sia-sia betul Dena rela mengorbankan kaki sakitnya yang sekarang makin bengkak dan membiru itu. Nyut-nyutan sekali. Tapi Dena bisa apa, dia hanya bisa duduk di kursi depan sebuah toko yang saat ini tutup itu. Dena sudah berada di sana hampir sepuluh menitan. Namun ketika nafasnya yang mulanya ngos-ngosan mulai lumayan normal, dia malah tak memiliki tujuan. Okay memang benar tujuan awalnya untuk pergi ke stadion. Tapi setelah kejadian tadi, ya kali Dena tetap pergi ke sana, sia-sia dong usahanya lari-lari sampai kaki makin bengkak. Sama saja Dena seperti menyodorkan diri kepada Yoga Hernanda! Sejujurnya hingga sekarang Dena juga masih cukup terkejut dengan semua fakta yang dia lihat tadi. Sungguh fakta hasil jepretan di kameranya itu begitu mengejutkan. Seorang Yoga Hernanda, bisa bersikap seperti itu. Wow ... Rasa-rasanya Dena ingin tertawa keras saja. Merasa bangga dengan dirinya sendiri karena telah mendapat kabar yang sangat mengagumkan. Terasa terbayar saja Dena setelah sempat membuntuti Yoga tapi tidak malah pulang dengan tangan kosong. Dan sekarang lihat? Tanpa perlu bersusah payah saja, berita pria itu sudah datang di depan matanya. Tinggal di jepret, dan tuk tuk tuk besok jadi skandal besar. Wahahaha ... Dena tak tahan untuk tidak tertawa keras bak penyihir. "Akhirnya gue besok kaya mendadak haha." Tanpa memperdulikan kakinya yang sudah pasti terasa sangat nyeri itu, Dena malah terus senyum-senyum sendiri membayangkan berapa banyak uang yang akan ia dapat hasil skandal ini. Yoga itu seorang superstar, jadi tidak mungkin pria itu rela nama dan pamornya hancur hanya karena berita. Oleh karena itu, sudah pasti Yoga siap membayar banyak demi uang tutup mulut Onepack. Kesenangan dan senyum Dena tersebut tiba-tiba harus terhenti ketika menyadari ponsel di dalam tasnya itu bergetar. Drttt ... Drtt ... Itu sebuah panggilan masuk. Dan tanpa pikir panjang, Dena segera merogoh ke dalam tas mengambil benda pipih tersebut. Sialan! Melihat jika ternyata yang menelefon adalah si nenek sihir, perasaan senang Dena itu jadi sedikit hancur. Beuh, kuat sekali bukan kekuatan si nenek sihir dalam menghancurkan mood. Dena sudah bisa menebak, apa yang mungkin si Nenek akan katakan. Tapi tidak ada pilihan lain, selain mengangkat. Jari jempol Dena bergerak menggeser tombol hijau di lancar, lalu berniat menempelkan ponsel di samping telinga. Hanya saja, belum juga Dena melaksanakan niatannya itu sepenuhnya, Dena sudah lebih dulu mendengar suara teriakan keras bak petasan meleduk, alhasil dengan cepat Dena menjauhkan ponselnya kembali. "UDAH DI BILANG CUMA ADA WAKTU LIMA MENIT! TAPI UDAH DUA PULUH MENIT NGGAK SAMPE-SAMPE!" Dena berdecak begitu pelan, takut jika Mommy sampai mendengar decakannya. Sungguh teriakan si nenek sampai membuat telinganya berdenging. Okay, sabar Dena sabar. Kayak nggak tau kelakuan nenek aja! Dena hanya bisa menyemangati diri sebelum membalas. "Mom __" "NGESOT APA GIMANA HAH?!" Lihat-lihat, padahal Dena butuh menguatkan diri untuk membuka suara, tapi si nenek malah dengan seenak jidat memotongnya. Arghh, Dena kuliti juga loh ini. "Sorry Mom, ada musibah __" "NGGAK TERIMA ALESAN-ALESAN! BESOK MOMMY LAPORIN KE ATASAN!" Langsung? "Eh jangan dong Mom __" Tut ... Tut ... Ucapan Dena terhenti seiring sambungan telefon yang juga diputus sepihak oleh Mommy. "Arghhh ... Anjink, Babi, Tahik dasar nenek sihir nggak ada otak, nggak punya hati. Arghhh ... Terserah lapor-laporin aja sana." Emosi Dena jadinya. Emang dasarnya Mommy itu tidak pernah perhatian, jadi ya mau bagaimana lagi, alasan yang benar-benar terjadi ini memang tidak akan di terima. Bukan hanya alasan takut bertemu Yoga, melainkan juga karena dia tidak bisa kalau harus tetap pergi ke stadion, Dena sama sekali tidak berbohong jika kakinya benar-benar sakit. Parah! "Yang penting gue ada ini ..." Terserah saja apa kata Nenek malam ini, yang jelas besok Dena pastikan, Nenek sihir itu akan kicep melihat berita yang Dena dapat. "Dan Yoga ..., nasib lo ada di tangan gue." Tanpa sadar Dena tersenyum culas, membayangkan kegemparan yang akan terjadi besok. Dena juga berharap uang yang akan ia dapat dari bonus kali ini bisa membuatnya pindah dari rusunawa ke rumah bawah. Capek loh di lantai atas terus, Dena sudah lelah naik turun tangga begini, apalagi kalau ada kerjaan yang membuatnya bolak-balik, yang ada dia bisa kerja rodi dan menguras tenaga ekstra hanya demi naik turun. Tapi sebenarnya, siapa yang tau jika nantinya harapan Dena tersebut akan salah kaprah. Uang? Haha, dari mananya? Iya kalau Yoga setuju untuk membayar, kalau tidak? Dan bagaimana jika Yoga malah bisa menang dari Dena? Kalau sudah begitu, Dena bisa apa selain pasrah dengan Yoga Hernanda? Okay, itu hanya pemikiran buruk. Tapi kembali poin awal, siapa yang akan tahu? Jadi ...mari kita tunggu, bagaimana nasib Dena besok!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD