PART 2

1270 Words
Malam ini merupakan malam tersial dan malam yang sangat dibenci oleh seorang Evelyn Mckenzy. Saat ini tubuhnya sedang bergetar dengan hebatnya, air matanya terus saja mengalir dan rasa sakit di daerah sensitifnya terus menjalar hingga ke tubuhnya. Dirinya saat ini tengah meringkuk ketakutan di sudut kamar apartemen yang menjadi saksi atas perbuatan keji Dion. Matanya menatap tajam ke arah lelaki yang tengah tertidur dengan pulasnya di ranjang besar itu. Tatapannya merupakan tatapan kebencian dan tatapan ingin membunuh. Kepalanya menoleh ke arah jam kecil yang berada di atas nakas dan terkejut ketika jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Dengan segala kekuatannya, Eva berusaha bangkit dan menopang tubuhnya di tembok, lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari rasa jijik. Dia berjalan ke arah shower dan menyalakan keran hingga seluruh tubuhnya basah dan dirinya mulai terisak dengan sangat kencang diiringi oleh suara air yang jatuh ke seluruh tubuhnya. Lima belas menit kemudian, Eva keluar dengan hanya menggunakan handuk putih dan dia mulai mencari pakaiannya, tetapi pakaiannya sudah robek oleh perlakuan Dion. Dengan secara paksa, Eva mengambil beberapa pakaian milik Dion dan menggunakannya dengan asal-asalan. "b******n," umpat Eva sebelum keluar dari kamar dan apartemen itu. Selama di perjalanan, Eva terus-menerus menangis karena membayangkan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Dia bahkan terus-menerus memukul setir kemudi dengan keras dan tidak memperdulikan bunyi klakson mobil dari pengguna yang lain ketika geram akibat cara mengemudi Eva yang asal-asalan. Akhirnya, mobil itu terparkir dengan mulus di halaman rumah besarnya. Dengan langkah yang kecil, Eva berjalan memasuki rumah dan membukanya dengan kunci cadangan yang sering dibawanya. Pintu itu terbuka dengan lebar dan Eva menutupnya kembali dengan pelan agar semua orang tidak terbangun, kedua kakinya berjalan menaiki anak-anak tangga dengan hati-hati dan langsung menuju kamarnya, lalu menutup pintu kamar itu. Di tempat yang sama, Dave yang baru saja kembali dari dapur terkejut ketika melihat Eva yang dengan cepat berjalan ke arah kamarnya. Karena merasa khawatir, Dave pun berjalan ke arah kamar Eva dan berdiri di depan pintu itu. "Va, kamu tidak apa-apa?" tanya Dave sedikit teriak dari luar. "Aku tidak apa-apa, pergilah Kak," balas Eva dengan nada suara yang dipaksakan agar dirinya terlihat baik-baik saja di hadapan Dave. "Baiklah, jika terjadi sesuatu beritahu aku." Tidak ada balasan. Akhirnya, Dave pergi dari sana dan berjalan ke kamar tamu yang ada di sebelah kamar Diana, malam ini dia memutuskan untuk menginap karena apartemennya sedang direnovasi, jadi dia tidur di kamar tamu. *** Hari ini, Eva memutuskan untuk berbicara dengan Dion mengenai apa yang sudah terjadi tadi malam. Sekitaran pukul 9 pagi, Eva sudah bersiap-siap dan pamit kepada kedua orangtuanya untuk pergi menemui Dion dan tentu saja dia tidak memberikan alasan yang sebenarnya mengenai pertemuan mereka. Eva memarkirkan mobilnya di halaman parkir apartemen Dion dan berjalan dengan langkah yang berat menuju apartemen itu. Seperti biasa, dia memasuki apartemen itu dengan santai dan menemukan Dion yang sedang terduduk dengan lemasnya di sofa cokelat yang ada di sana. Eva lalu berjalan menghampiri Dion dan langsung mendudukkan pantatnya di sofa yang ada di hadapan Dion. Dion tetap menundukkan kepalanya meskipun dia mengetahui keberadaan Eva. "Maaf," lirihnya serak tanpa mendongak ke arah Eva. Sedangkan Eva, gadis itu hanya menatap tajam ke arah Dion yang terlihat sangat bersalah dan menyesali perbuatannya. "Aku benar-benar minta maaf, aku-aku ... tidak tahu ji-jika ini semua akan seperti ini," lanjut Dion gugup. "Lihat aku!" perintah Eva. Akhirnya, Dion mendongakkan wajahnya dan berani menatap mata Eva. Dion juga dapat melihat helaan napas Eva yang berat. "Aku tahu ini bukanlah sebuah kesengajaan, oleh karena itu aku ingin melupakan semuanya. Kita anggap bahwa apa yang terjadi semalam tidak benar-benar terjadi, mengerti?" Dion mengangguk dan Eva merasa bahwa tidak ada lagi yang perlu mereka bahas, Eva berdiri dan berjalan menuju pintu apartemen. Tapi, langkahnya terhenti karena pelukan Dion dari belakang. "Maafkan aku, aku benar-benar berengsek. Maafkan aku, aku janji tidak akan pernah mengulanginya lagi." Eva tersentuh, tentu saja dia tersentuh dengan pernyataan Dion. Tubuhnya dia balikkan hingga tubuh mereka saling berhadapan. "Aku pegang janjimu." Eva pun langsung memeluk tubuh Dion dengan erat. Eva mungkin gadis yang bodoh karena membiarkan kejadian seperti ini berlalu begitu saja, tapi benar-benar tidak ada yang bisa dia lakukan karena semuanya sudah terlanjur terjadi dan semuanya tidak akan pernah kembali seperti semula. Dan ada satu hal yang Eva harapkan tidak pernah terjadi, yaitu Hamil. Dia berharap hal itu tidak akan pernah terjadi bagaimanapun caranya. *** Sudah dua bulan sejak kejadian mengerikan itu berlalu dan selama dua bulan itu juga Eva sama sekali tidak pernah memikirkan hal itu lagi. Bahkan, hubungannya dengan Dion baik-baik saja selama ini. Hari ini, Eva sedang berjalan-jalan dengan Dave dan Diana ke sebuah pusat perbelanjaan. Mereka pergi untuk membeli beberapa buah-buahan sekaligus mereka berniat untuk berjalan-jalan menikmati udara segar. "Aku harus ke perusahaan sekarang juga. Dave, bisakah kamu mengantar Eva pulang? Aku akan menggunakan taksi." Dave langsung menyetujui perkataan Diana yang terlihat terburu-buru. Diana pun pergi meninggalkan Dave yang berdiri di dekat buah-buahan sembari memegang troli. "Kak Diana mana?" tanya Eva yang baru saja kembali setelah mengambil beberapa camilan. "Dia kembali ke perusahaan dan nenitipkanmu kepadaku." Eva mengerti. Mereka kemudian berjalan ke kasir dan setelah membayar, mereka berdua berjalan beriringan menuju parkiran. Tiba-tiba saja Eva merasakan hal yang aneh pada tubuhnya. Tubuhnya tiba-tiba saja lemah dan rasa nyeri yang kuat berhasil menghantui kepalanya. "Kamu kenapa?" Itulah pertanyaan yang dilontarkan Dave ketika melihat wajah Eva yang pucat dan gadis itu terus memegangi kepalanya yang nyeri. "Aku tida..." Barang yang dibawa Dave terjatuh begitu saja karena dia reflek menangkap tubuh Eva yang terjatuh. Wajahnya benar-benar panik dengan keadaan Eva. Tanpa pikir panjang, Dave langsung membopong tubuh Eva dan membawanya ke rumah sakit. Selama di perjalanan, Dave tidak henti-hentinya melirik Eva yang sedang tidak sadarkan diri dengan wajah yang sangat pucat. Setibanya di rumah sakit, Dave langsung berlari membawa Eva ke ruang perawatan dan dia membiarkan dokter yang ada di sana memerika keadaan Eva. "Dia hamil." Itulah yang didengar Dave pertama kali ketika si dokter selesai merawat Eva. "Ha ... hamil?" tanya Dave sekali lagi. Dokter itu mengangguk. "Usia kandungannya baru 9 minggu dan saya harap anda dapat menjaga kondiri istri anda dengan baik-baik agar kandungannya baik-baik saja, jika begitu saya permisi." Dave benar-benar terkejut, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja indera pendengarnya tangkap. Eva hamil? Tapi bagaimana bisa? Eva adalah gadis yang baik-baik saja, tapi jika dia memang hamil, siapa ayah dari bayi itu? Dion? Berbagai pertanyaan seputar Eva terus saja muncul di benak Dave. "Eng...." Dave mendongakkan kepalanya ketika dia mendengar erangan Eva. Di sana, Eva sudah siuman, tetapi dia masih saja memegang kepalanya yang masih sakit. "Aku di mana?" tanya Eva bingung. "Kamu di rumah sakit," jawab Dave lemah. "Apa yang terjadi padaku?" Dave terdiam. "Kak?" "Kamu ... hamil." Bagaikan terkena petir, saraf Eva terasa berhenti ketika Dave mengatakan itu semua. "Jangan bercanda, Kak," seru Eva yang masih tidak percaya. Lalu, Dave menatap mata Eva dengan tajam. "Apa aku terlihat sedang bercanda?" Eva mengamati mata itu lekat-lekat dan benar bahwa tidak ada tanda kebercandaan di sana. Jadi, dia benar hamil? Eva ingin mati saja. "Va, siapa Ayah dari bayi itu?" Eva tidak menjawabnya. "Evelyn Mckenzy jawab aku!" bentak Dave. "Di-Dion." Tangan Dave sudah mengepal dengan eratnya, dia tidak menyangka hal ini akan terjadi. Apa yang akan terjadi seterusnya? Keluarga Mckenzy sangat memandang yang namanya harga diri dan jika keluarganya mengetahui tentang hal ini, maka Dave tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Eva. Harapannya saat ini hanya satu, yaitu Eva baik-baik saja hingga tidak merusak hidupnya untuk yang kedua kalinya. Dan ada satu hal yang harus Dave lakukan yaitu menemui Dion dan membicarakan semuanya dengan baik-baik atau menggunakan cara kekerasan sekalipun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD