Wanita Licik

2284 Words
"Ini sudah dua puluh hari sejak putramu lahir, dan dua puluh hari itu pula kau hanya berdiam diri di sini tanpa ingin mencari keberadaan Yasmin atau kau memang tidak ingin mencarinya?" Sarkas Lia Dharma dengan tatapan kosong ke arah halaman depan rumah Faiz, karena sampai hari ini dia memutuskan untuk menginap di rumah putranya, untuk menenangkan bayi laki-laki yang kini semakin terlihat pucat karena jika menjelang malam bayi bernama King Faaz itu semakin tidak bisa di katakan baik-baik saja. Tangisnya akan menggema sampai tengah malam. Meskipun bayi itu kini mulai bisa menerima s**u formula namun kadang bayi itu juga menolak untuk sekedar menyesap p****g dari botol dot-nya, dan jika sudah seperti itu maka bayi itu akan kembali rewel dan sulit untuk ditenangkan. "Faiz sudah mencarinya Mama. Faiz sudah meminta tim khusus untuk mencari keberadaan Yasmin dan putrinya, tapi sampai detik ini, kami masih juga belum mendapatkan kabar baik tentang mereka!" Jawab Faiz datar sembari menghela nafas dalam diam lalu menghembuskan dengan sangat pelan. "Mama tidak peduli jika Yasmin tetap ingin kabur dari rumah ataupun dari pernikahan kalian tapi Mama ingin cucu Mama kembali!" Ucap Lia Dharma lagi tapi Faiz hanya terlihat diam tidak menanggapi ucapan ibunya yang tidak pernah bosan untuk membahas Yasmin dan putrinya pada Faiz meskipun Faiz sudah berkali-kali menjelaskan jika Yasmin kabur dengan cara tidak benar dari rumah mereka. Lily masih tertidur karena semalam mereka kembali di buat heboh karena bayi laki-laki itu yang kembali tidak bisa tenang meskipun sudah di beri s**u dan popoknya masih kering tapi bayi itu seolah ingin memanggil seisi jagat raya jika dia sedang tidak baik-baik saja meskipun mereka semua sudah melakukan segala yang terbaik untuknya dan nyaris selama dua puluh hari itu pula Faiz tidak bisa menyentuh istrinya karena Lily yang terus di repot kan dengan putra mereka. "Iya, Mama. Tenanglah!" Balas Faiz mencoba menenangkan ibunya jika dia bisa menemukan Naima juga Yasmin dan mengembalikan Naima pada wanita paruh baya yang sudah lama menunggu kehadiran anak perempuan di keluarganya dan itulah alasan utama ibunya begitu menyayangi Naima. "Kau meminta Mama tenang?" Kutip Lia Dharma saat Faiz mengatakan agar dia tenang bahkan sebelum kabar keberadaan cucunya bisa dia dapatkan. "Bagaimana Mama bisa tenang saat cucu Mama bahkan belum jelas di mana keberadaannya!" Sambung Lia Dharma benar-benar semakin muak dengan kabar kepergian Yasmin yang begitu mendadak dan membawa serta cucu kesayangannya dan rasanya dunia seorang nenek akan ikut runtuh jika dihadapkan dengan situasi seperti ini. "Faiz bisa saja membawa pulang anak perempuan itu untuk Mama, tapi sungguh Faiz tidak mau melakukan itu. Faiz benci Yasmin karena dia selalu menjadi alasan Lily meninggalkan Faiz. Dan Faiz benci anak perempuan itu karena, wanita itu mendapatkannya dengan cara yang curang. Percayalah, kelahiran Naima adalah satu bentuk kesalahan fatal yang Faiz sesali sampai detik ini , Mama. Faiz tidak mencintainya. Bukan . Jangankan untuk kata cinta, hanya untuk kata suka saja Faiz tidak memilikinya untuk wanita itu, jadi jangan harap Faiz akan membawa kembali apa yang sudah Faiz buang, karena itu seperti menjilat ludah Faiz sendiri. Faiz tidak akan pernah melakukannya, tidak akan pernah membawa dua wanita itu lagi kembali ke rumah ini. Tidak akan pernah!" Batin Faiz dan hanya dia lirih kan dalam hati. "Apa yang harus Faiz perbuat? Semua yang Mama sarankan sudah Faiz lakukan tapi memang mereka belum juga ketemu!" Jawab Faiz lagi. "Laporkan kasus ini ke polisi. Mas bisa membuat laporan kehilangan, agar pihak polisi juga ikut membantu mencari keberadaan Yasmin dan Naima!" Timpal Lily yang baru keluar dari pintu utama rumahnya, sudah dengan wajah fresh dan pakaian rapi. "Sayang. Yasmin sudah dewasa , kita tidak bisa membuat laporan kehilangan pada orang dewasa!" Balas Faiz membuat alasan. "Kalau begitu buat laporan atas hilangnya Naima saja!" Usul Lia jika untuk membuat laporan kehilangan seorang wanita dewasa tidak bisa seperti yang Faiz jelaskan tadi maka mungkin saja mereka bisa membuat laporan kehilangan Naima. "Mama benar. Jika kau tidak bisa membuat laporan atas menghilangnya Yasmin maka buatlah laporan jika kita sudah kehilangan Naima!" Lily membenarkan usul Lia Dharma, ibu mertuanya dan Faiz langsung diam tanpa kata. "Tapi,,," "Nggak ada tapi-tapian Mas, kita memang harus secepatnya menemukan Yasmin dan Naima atau kesehatan King Faaz akan semakin memburuk. Mungkin sikap rewel King Faaz selama ini adalah bentuk protes karena dia menginginkan ibu kandungnya untuk bersamanya, jadi aku tidak mau tahu , suka atau tidak suka , mau atau tidak mau Yasmin harus kembali ke rumah ini, Mas harus membawanya kembali untuk putraku." Potong Lily saat Faiz kembali ingin membuat alasan saat dia dan Lia Dharma menyarankan satu gagasan yang sama. "Lily benar. Mungkin saja kerewelan King Faaz memang ada kaitannya dengan keinginan bayi itu bersama ibu kandung. Banyak kasus yang seperti ini, beberapa anak memang bisa dengan sangat mudah menerima s**u formula untuk dia cerna tapi ada beberapa kasus anak yang juga tidak bisa atau bahkan alergi dengan s**u formula dan hanya bisa menerima air s**u ibu untuk masuk ke dalam tubuhnya maka dari itu ada banyak wanita yang mengambil peran Ibu s**u untuk menyusui bayi yang tidak bisa mencerna s**u formula sementara ibu kandungnya tidak bisa memproduksi asi dengan baik!" Ucap Lia Dharma membenarkan ucapan Lily yang baru saja mengatakan jika kerewelan King Faaz adalah bentuk protes karena dia tidak menginginkan s**u formula. Alhasil bayi itu tidak pernah merasa kenyang atau puas. Faiz langsung mengangguk, bukan karena setuju dengan keinginan Lily dan ibunya yang tetap ingin membawa Yasmin dan Naima kembali pulang, melainkan Faiz tiba-tiba mendapatkan ide jika dia harus mencari wanita yang bisa menyusui putranya, seperti yang baru saja Lia , Ibunya jelaskan. "Iya." Jawab Faiz ambigu. "Iya apa Faiz!" Kutip Lia menatap wajah putranya. "Iya. Faiz akan lapor polisi tentang hilangnya Naima!" Jawab Faiz dan Lia Dharma langsung mengagguk setuju, meskipun sebenarnya ucapan Faiz suka bertentangan dengan apa yang di ucapkan bibir dan hatinya. Hari itu setelah mendapat desakan dari Lia Dharma, ibunya dan Lily , Faiz tidak punya pilihan lain selain mengatakan akan pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan kehilangan, meskipun itu hanya kamuflase semata. Lily tidak bisa ikut karena ternyata saat mereka akan beranjak pergi, bayi laki-laki itu kembali histeris dan tidak bisa dia tenangkan. Sudah hampir tiga jam Faiz pergi ke kantor polisi tapi Faiz masih juga belum kembali. Kali ini Lia Dharma yang mengambil alih King Faaz, karena melihat Lily yang mulai kepayangan menenangkan bayi laki-laki itu sementara untuk berpindah ke gendongan baby sitter Sri, bayi itu seolah menolak. "Untuk apa dia melahirkan anaknya jika pada akhirnya dia meninggalkannya seperti ini? Di mana dia meletakkan otaknya, kenapa dia tidak berpikir jika seorang anak akan sangat membutuhkan asi ibunya. Mama tidak akan mempermasalahkan jika Yasmin ingin mengakhiri pernikahan dia dan Faiz, Mama bisa mengerti, tapi setidaknya dia akan menunggu sampai anaknya sudah lebih besar sedikit, setidaknya sampai dia di sapih. Apa dia tidak memikirkan dosa apa yang akan dia dapat dengan sikap egoisnya ini!" Ucap Lia Dharma saat lagi-lagi rasa kecewa itu menyeruak dalam bilik hatinya padahal selama ini dia sendiri yang terus menyemangati Yasmin untuk tetap kuat karena sejatinya poligami itu memang bukan perkara mudah. "Jika ada masalah , setidaknya dia , Yasmin bicara sama Mama, dan Mama akan memberikan dia solusi. Mungkin Mama juga akan membantunya untuk melewati itu semua, tapi sikapnya kali ini benar-benar membuat Mama kecewa. Mama sudah menganggap dia seperti anak Mama sendiri, bahkan mungkin lebih, tapi lihatlah apa yang dia lakukan, dia menyakiti Mama juga cucu Mama!" Kesal Lia Dharma saat lagi-lagi dia mengingat bagaimana dia memperlakukan Yasmin dengan sangat baik , sama persis seperti cara dia memperlakukan Lily, tidak ada yang membuat kedua menantunya berbeda di hati Lia, Lia sama-sama menyayangi kedua menantunya meskipun di sini hanya Yasmin yang bisa memberikan dia cucu sementara Lily masih belum di beri kesempatan untuk melahirkan keturunan putranya. "Ma,,, sudahlah. Lily yakin Yasmin punya alasan sendiri melakukan ini. Jadi selama Yasmin tidak menjelaskan semua ini, Lily akan tetap mencoba berpikir positif." Balas Lily saat Lia Dharma justru langsung memberi pandangan buruk atas Yasmin hanya karena cerita versi Faiz. "Mama yakin jika ini adalah sifat asli wanita itu. Dia menerima lamaran Faiz hanya untuk mengincar hartanya, dan kau dengar sendiri, jika kemarin Faiz mengatakan jika Yasmin juga membawa kabur mobil dan dokumen kepemilikan tanah dan rumah. Dan untuk bayi ini, Mama yakin dia hanya tidak ingin repot-repot untuk mengurus bayi ini. Dia ingin bersenang-senang dengan harta yang sudah dia bawa kabur itu, dan tidak menutup kemungkinan jika dia mungkin saja punya laki-laki lain selain Faiz." Timpal ibu Ayu, saat melihat bagaimana Lily, putrinya begitu kepayanggan mengurus bayi wanita itu, wanita yang merupakan adik madu dari putrinya. Ibu Ayu adalah ibu kandung Lily Putri Anastasia, dan Lia Dharma langsung diam saat ibu Ayu justru berpikir jika Yasmin memang hanya mengincar harta Faiz . Sejujurnya dia tidak setuju dengan pendapat besannya itu, hanya saja saat ini fakta membuktikan jika Yasmin memang kabur dengan membawa beberapa aset seperti cerita Faiz kemarin. "Mama. Lily tau Yasmin bukan orang seperti itu. Ingat, Lily dan Yasmin sudah sangat lama saling mengenal. Kami bahkan sudah berteman dari jaman SMP. Yasmin bukan wanita yang gila akan harta, dia,,," "Alah. Kau terlalu lugu Lily. Di mana-mana wanita dari kalangan bawah seperti Yasmin mana mungkin akan menolak lamaran dari laki-laki kaya seperti Faiz. Dia serakah, kau saja yang masih belum menyadari jika Yasmin adalah wanita licik penuh tipu muslihat!" Timpal ibu Ayu lagi benar-benar ingin memprovokasi pikiran Lily, untuk membenci Yasmin karena sebenarnya, ibu Ayu memang tidak pernah setuju saat tau jika Faiz juga akan menikahi Yasmin, dalam artian, ibu Ayu tidak setuju jika putrinya harus di madu, apalagi jika madunya itu wanita miskin seperti Yasmin. "Ma,,, sudahlah. Jangan memperkeruh keadaan. Kita tidak bisa menyalahkan Yasmin sebelum kita mendengar penjelasan dari Yasmin secara langsung. Meskipun sikap Yasmin kali ini benar-benar tidak bisa di katakan benar, tapi bukankah tidak adil rasanya jika kita menyalahkan Yasmin seperti ini setelah begitu banyak kebaikan yang Yasmin lakukan untuk Lily!" Tolak Lily dengan sangat cepat. "Kebaikan? Kebaikan apa Lily? Semua itu hanya modus dia. Hanya modus Lily. Modus agar dia bisa menikahi laki-laki kaya seperti Faiz dan kamu benar-benar tertipu olehnya. Ingat Lily. Di dunia ini tidak ada yang begitu jujur, termasuk wanita itu, semua itu ada maksud tertentu, dan inilah yang Mama takutkan dari dulu, dia hanya ingin mengincar harta Faiz!" Balas ibu Ayu benar-benar sangat kejam menuduh Yasmin seperti itu. Lia Dharma hanya diam mendengar tuduhan dari ibu Ayu untuk Yasmin. Rasanya dia juga tidak percaya jika Yasmin memang seperti itu. Sama seperti Lily, Lia Dharma juga sudah sangat mengenal sosok Yasmin juga kedua orang tua Yasmin. Meskipun orang tua Yasmin hanya seorang asisten rumah tangga dan sopir, sejatinya mereka tau bagaimana kualitas keduanya, juga bagaimana dia mendidik Yasmin menjadi sosok lembut seperti yang selama ini dia kenal dan entah kenapa, meskipun saat ini kenyataan pahit jika Yasmin kabur meninggalkan anak dan suaminya, Lia Dharma seolah tidak percaya jika Yasmin benar-benar melakukan ini padanya. *** Malam semakin larut, tapi mata itu juga enggan untuk terpejam. Tubuhnya memang hanya duduk dalam diam, tapi hati, dan pikirannya jauh melayang ke satu tempat dimana di sana ada dua orang yang dia rindukan. Naima sudah dari tiga jam lalu terlelap, bocah perempuan itu sudah dari kemarin menanyakan kapan Omma Lia, neneknya akan menjemput, karena kemarin mereka punya janji untuk makan ayam goreng tepung dan membeli sepatu roda warna pink seperti warna baju boneka Barbie nya. Bocah perempuan itu sama sekali tidak bertanya tentang Faiz, ayahnya. Kenapa Faiz tidak ada di rumah atau menemuinya karena bocah perempuan itu juga sudah terbiasa tanpa Faiz, ada atau tidak adanya Faiz, tidak terlalu berarti untuknya, karena Faiz memang tidak pernah sama sekali berinteraksi dengan putrinya, jangankan untuk duduk dan menemani Naima bermain, menyapa atau memanggil nama itu saja, bibir Faiz seolah kaku, tapi tadi, bocah itu justru menanyakan keberadaan Om dokter tampannya, Patan. Kapan Om dokter akan datang membawakan balon warna hijau yang kemarin mereka pecahkan saat menyanyikan lagu balon ku ada lima. Iya. Seburuk itulah Naima di pandangan ayahnya, lalu bagaimana mungkin Yasmin akan berdiam diri dengan semua itu? Maka pikir Yasmin, jika dia tidak bisa meyakinkan Faiz untuk Naima, maka Yasmin akan tetap berdoa dan merayu pada yang kuasa agar menggerakkan dan melembutkan hati Faiz untuk Naima. Hanya untuk Naima. Lalu bagaimana dengan Yasmin sendiri? Jujur Yasmin tidak apa-apa jika tidak di inginkan, dia bisa terima, tapi Naima, dia butuh sosok ayah, terlebih lagi ayahnya masih ada, lalu apa salahnya jika Yasmin mengharap keajaiban itu, keajaiban jika besok atau lusa hati Faiz akan berubah dan akhirnya menerima dan menyayangi Naima layaknya para ayah di luar sana yang selalu menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Dada Yasmin kembali nyeri, air susunya kembali membasahi dadanya, buru-buru Yasmin memompa ASI-nya untuk menenangkan hormon tersebut karena sekarang ada dua orang ibu-ibu yang akan datang setiap pagi untuk meminta air susunya untuk dia berikan pada anaknya karena mereka kesulitan untuk memproduksi air s**u. Keadaan memaksa Yasmin untuk melakukan itu, memberi kan ASI-nya pada anak lain meskipun di satu sisi putranya sendiri sangat membutuhkan ASI tersebut. Kadang Yasmin juga tiba-tiba menangis saat mengingat wajah merah putranya, dan Yasmin yakin jika saat ini putranya juga pasti sudah tumbuh dengan cepat, setidaknya sudah mulai bisa menatapnya, tangannya yang kesana kemarin saat meraih wajah ibu-nya untuk dia sentuh, dan saat Yasmin membayangkan hal seperti itu perasaan duka itu benar-benar tidak bisa Yasmin tenangkan sendiri. Ada cinta yang tidak mampu dia utarakan dengan kata-kata, ada kasih yang tidak mampu di bagikan dengan dekap hangat seorang ibu, dan ada rindu yang tak bisa dia tuntaskan, kecuali dengan melangit kan doa di antara malam dan dersik lembut yang menyapa, berharap bisikannya akan sampai pada telinga putranya jika dia sangat mencintainya, jika dia sangat menyayangi putranya itu, dan dia ikhlas jika pada akhirnya putranya tidak akan mengenal dia sebagai ibunya, ibu yang telah melahirkan dia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD