PDS 5

1107 Words
Happy Reading, Gaezz! Ini cerita lama sebenarnya, yang udah tayang di w*****d dan kbm sss itu sejak tahun 2017 kalau gak salah, hanya aku republish supaya yang belum baca bisa baca. Salam sehat teman-teman tersayang. Jangan lupa voted dan beri komentar kalian, ya. . . Satu minggu kemudian. Setelah ijab kabul, Luvina dan Fahri menyambut tamu yang datang berbondong-bondong menyalami. Sementara malamnya akan diadakan resepsi pernikahan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. "Gue seneng banget deh, Vin, lo akhirnya nikah sama dosen tampan dan tajir kayak Pak Fahri," bisik Gita yang baru saja datang dengan segerombolan teman-teman kampus. Luvina hanya menanggapi dengan sebuah senyum simpul. "Meskipun lo udah nikah, lo boleh sering temuin gue buat curhat," sambung Gita. "Iya. Tenang saja, gue bakal sering kok temuin dan ngehubungin lo kalau gue sedih," katanya. "Jangan hanya pas lo sedih aja dong datangnya, pas lo seneng juga harusnya," kekeh Gita. "Lah, gue dari dulu udah gitu, kan?" "Iya. Tapi, kan sekarang beda. Lo udah nikah, nggak sebebas dulu." "Siap." "Nggak lama lagi gue nyusulin lo, kok," kekeh Bowo yang sedang menggandeng Gita, pasangan yang udah menjalin hubungan selama setahun. "Selamat ya, Pak, semoga langgeng," ujar Nelly the gank. "Iya. Terima kasih sudah hadir," balas Fahri. "Pak, seandainya si Luvina ini nyakitin Bapak, silakan datang ke saya, ya, Pak. Saya siap menerima segala keluh kesah Bapak," sambung Helmya yang sejak dulu memang sudah mengidolakan dosen itu. Luvina tersenyum simpul saat Gita menyikutnya agar sadar di mana ia berada saat ini. "Nggak usah ganjen deh, Pak Fahri ini udah jadi milik Luvina seratus persen. Jadi lo nggak berhak dong, ngegoda Pak Fahri," sambung Gita. "Gue kan hanya bilang, seandainya ... lo sensi banget sih sama gue," ujar Helmya. "Pak, saya patah hati tahu nggak sih, Pak. Makan aja nggak enak aku, Pak," sambung Nelly, membuat semua orang terkekeh. "Woii, lo pada ganjen banget sih, Pak Fahri ini udah nikah aja, lo masih pada Ganjen banget. Hargain Luvina dong," teriak Raditya di kejauhan membuat beberapa orang tertawa lepas mendengarnya. "Woah. Si Biang Kerok dah muncul lagi, tuh," sambung Dinda. "Udah, yukk. Makan, gue lapar banget nih," ujar Linali. Sepeninggal gerombolan teman kampusnya, Luvina tersenyum, disusul dengan gelengan karena melihat tingkah Nelly the gank dan beberapa teman lainnya. Setelah ijab kabul dan penyambutan tamu selesai, Luvina dan Fahri masuk ke kamar hotel yang sudah dipesan khusus untuk beristirahat sejenak, karena resepsi akan di lanjutkan pada pukul tujuh malam. "Kamu lelah?" tanya Fahri. "Nggak juga. Kalau Mas bagaimana?" "Hm. Aku juga nggak terlalu lelah, hanya butuh istirahat saja," ujar Fahri, lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. *** Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tamu sudah datang memadati aula hotel. Luvina bahagia. Ini pernikahannya. Pernikahan yang sebagian wanita mengidamkannya. Candra terlihat menatap dari kejauhan, membuat Luvina merinding takut, karena tatapannya yang tak biasa. Luvina menggenggam tangan Fahri agar merasa nyaman dan tak perlu takut. "Ada apa?" tanya Fahri. "Nggak kenapa-napa, Mas." "Kamu seperti ketakutan begitu." "Nggak apa-apa, Mas, aku hanya lelah saja." "Aku akan mengantarmu ke kamar, bagaimana?" "Nggak mungkin, Mas, acara kan, baru saja dimulai. Aku nggak mungkin ninggalin kamu sendiri tanpa pengantin. Aku akan menahannya untuk hari ini." Luvina mencoba meyakinkan Fahri, bahwa dia baik-baik saja. "Baiklah. Tapi, kalau lelah bilang, ya?" Luvina mengangguk. Tamu semakin padat dan pengantin wanita itu terlihat mulai kewalahan, karena melihat ramainya tamu undangan. Dia mencoba menahan kaki yang sudah tak sanggup berdiri demi Fahri. Aku tak mungkin meninggalkannya. Itu kata yang terus dia ucapkan dalam hati. *** Akhirnya selesai juga acaranya. Mereka masuk ke kamar hotel. Luvina benar-benar lelah dan butuh pembaringan saat ini. Tapi, Fahri memeluknya dari belakang. Dia benar-benar lelah, tapi jantungnya berdebar tak menentu, merasakan kehangatan yang menyeruak hebat. Apakah Fahri akan melakukan haknya? "Maafkan aku, ya, untuk sementara aku nggak bisa menyentuhmu," ucapnya lirih, membuat Luvina sedikit kecewa. "Tapi, kenapa, Mas?" "Jangan tanya kenapa, aku punya alasan sendiri, kenapa aku tak melakukannya," balas Fahri. 'Apa ini? Apa yang aku harapkan? Mas Fahri sosok yang lembut dan bijaksana, tapi kenapa di saat kami akhirnya resmi menikah, dia tak mau menyentuhku? Apa dia memang tak menerima perjodohan ini?' batin Luvina sesak, meski kemudian dia mengangguk mengiyakan, berusaha tak terdengar heran. "Baiklah. Tidurlah. Aku mau tidur," kata Fahri mengelus pundaknya dan naik ke atas ranjang. Luvina menghela napas panjang. Ada apa? Aku ingin tahu mengapa Mas Fahri tak bisa menyentuhku? Luvina menyusul Fahri naik ke atas ranjang dan menyelimuti sebagian tubuh. Dia mengenakan gaun malam yang tak terlalu terbuka, hadiah dari Gita sebelum pernikahan. Gadis itu menyerendengkan kepala dan melirik Fahri yang sudah terlelap. Luvina tak kecewa, hanya saja, itu membuatnya sangat penasaran. Dia mencoba memejamkan mata, berusaha mengatur napas. Sekarang sudah ada orang lain yang akan tidur dan bangun bersamanya di pagi hari. Mungkin ... untuk beberapa saat, dia tak terbiasa, tapi seiring berjalannya waktu, pasti akan terbiasa. Lelah akhirnya menjemput Luvina untuk terlelap. *** Esok paginya ketika terbangun, Luvina melihat Fahri sedang berdiri menghadap ke dinding yang memperlihatkan gedung-gedung yang seakan mencakar langit di depannya. Kedua tangan ia masukkan ke saku celananya. "Mas?" Fahri berbalik melihatnya. "Kamu sudah bangun? Bersiaplah, kita akan kembali ke rumahmu," ujar Fahri. "Baiklah." Luvina beranjak dari tidur dan masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Semalam dia benar-benar kelelahan. Sepuluh menit kemudian, dia keluar dari kamar mandi setelah berganti pakaian. Luvina melihat Fahri masih terdiam. "Kamu sudah selesai?" tanya Fahri. "Iya, Mas." "Apa kamu sudah siap mengatakan niat kita untuk pindah ke New York?" "Kapan keberangkatan kita?" "Besok." "Baiklah, aku siap." Sampai di rumah, mereka duduk di hadapan Mama dan Prita. Mama sangat senang melihat kedatangan mereka. "Kalian kan harusnya keluar dari hotel lusa nanti, ada apa, Nak? Sepertinya ada sesuatu yang mendesak ya, sampai pagi-pagi kalian sudah di sini?" tanya Mama membuat Luvina sedikit gugup. "Begini, Ma, ada yang ingin Luvi dan Mas Fahri katakan." Luvina mencoba menyerahkan tugas pada Fahri untuk memberitahukan Mama tentang tujuan mereka. Fahri menghela napas, lalu menatap sang mama. "Maafkan saya, Ma, sebelumnya. Tapi, saya dan Luvina akan berangkat ke New York besok. Saya akan mengajar di sana, jadi tujuan kami ke sini meminta restu Mama untuk aku dan Luvi ke New York besok," ujar Fahri. "Kalian mau ke New York? Kok mendadak?" tanya Prita. "Pekerjaan saya selanjutnya memang di sana," jawab Fahri. "Ma, Mama--" Prita menyadarkan Mama. "Ma, Luvi harus ikut Mas Fahri, karena Mas Fahri adalah suami Luvi. Di mana pun Mas Fahri berpijak Luvi harus ada di situ menyertakan langkah," kata Luvina. "Baiklah, Mama merestui kalian." "Benarkah?" "Iya, Sayang, benar katamu. Nak Fahri adalah suamimu, jadi kamu harus mengikutinya ke mana pun dia," ujar Mama, begitu bijaksana. Luvina dan Fahri tersenyum sambil sesekali saling bertukar pandangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD