The MAN 2

1039 Words
Awal penugasan berita utama kepada Evelyn... Ini kasus pertama yang ia liput secara pribadi, Pak Kepala memberinya waktu lama untuk mengumpulkan informasi lebih banyak lagi tentang Adam Rig. Karena dia tahu, kasus ini tidak mudah. Ada alasan mengapa polisi menutup kasus ini satu tahun yang lalu, karena Adam adalah psikopat yang tidak bisa diajak kompromi. Tidak bisa diajak bicara, sedikit saja kau lengah maka dia akan menggigit wajahmu dan mengunyah dagingmu. Maka dari itu, dia ditahan di sebuah penjara khusus yang menahan narapidana gila dan tak bermoral. Dirawat oleh banyak pskiater dan psikolog tak mampu membuat Adam membuka mulut. Dia lebih suka memainkan orang-orang yang datang ke selnya atau sekedar menakut-nakuti mereka. Alhasil, Adam Rig ditempatkan di penjara bawah tanah bersama mereka yang memiliki gangguan jiwa akut. Penjagaan ekstra ketat dan tentunya tidak sembarang orang bisa menemuinya. Evelyn menyerahkan kartu identitasnya kepada petugas, dan tujuannya kemari sudah disetujui oleh pemilik penjara karena rekomendasi yang dibuat oleh Pak Kepala. Seorang petugas menuntunnya, memasuki lorong paling ujung dan menuruni tangga. Terdapat banyak jeruji besi yang akan terbuka otomatis jika menggunakan kartu petugas, Eveln melihat ke kanan dan kiri. Seharusnya penjara ini sudah tidak layak untuk dihuni. Bangunannya hampir roboh, belum lagi di bawah tanah dindingnya hampir hancur. "Miss Hunter, apa kau sudah tahu persyaratannya? Dengan siapa kau bicara dan apa yang tidak boleh kau lakukan?" Tanya petugas itu sambil terus berjalan membuka jeruji. "Tidak juga." "Baik, dengarkan aku. Adam Rig tidak pernah berhenti bicara, dia akan membuat nyalimu menciut dan akan memainkan emosimu..." "...jauhi selnya, dia bisa saja memakan wajahmu dan jangan terlalu dekat!" Evelyn mengangguk, mendekap erat tas yang ia bawa. Evelyn sudah membaca berkas Adam Rig, dulunya adalah seorang Pskiater dan Psikolog ternama di kotanya. Ahli bedah dan Evelyn tidak mengerti bagaimana dia bisa mendapat semua predikat itu dengan cepat, karena dia terlalu pintar. Ya, tidak ada Psikopat yang bodoh. Tapi seberapapun kepintaran yang dia miliki, kenapa dia bisa tertangkap dua tahun yang lalu? "Ini dia Miss Hunt, semoga kau baik-baik saja, kami mengawasi lewat CCTV. Selnya yang paling ujung sebelah kiri..." ujar petugas saat jeruji terakhir terbuka. "Terimakasih..." balas Evelyn, dia memasuki sel seorang diri. Pintu sel kembali tertutup, namun tidak membuat Evelyn gugup, malah membuat rasa penasarannya menjadi. Ada banyak tahanan yang ada di sini, dan kebanyakan dari mereka adalah orang yang tidak waras. Lihat saja bagaimana cara mereka melecehkan Evelyn dengan kalimat kasar dan menjijikan mereka, bahkan ada yang hampir menarik lengan atau baju Evelyn, namun Evelyn tak bergeming. Ia terus berjalan menuju sel paling ujung, Saat ia tiba di depan sel yang tidak terlalu terang itu, Evelyn menegak salivanya sendiri. Tidak ada orang di sana, Apa petugas itu mempermainkannya? Evelyn ingin bertanya kepada salah seorang narapidana, tapi saat ia menoleh. Sebuah tangan hampir saja menariknya dan membuat Evelyn terkejut. Reflek tubuhnya mundur dan terjatuh. Terdengar suara tawa meremehkan dari dalam sana. Dan Evelyn sudah bisa menduga dia adalah orangnya. Evelyn menahan nafasnya yang memburu, orang itu berhasil membuatnya terkejut setengah mati dan dijadikan bahan tertawa oleh semua orang yang ada di sana. Evelyn melihat ke arah penjara itu, benar-benar tidak layak pakai. Bisa saja Adam kabur dari sana dengan sedikit menghantam jeruji yang keropos itu, tapi kenapa dia tidak melakukannya? "Adam Rig?" Eve sedikit berbisik. "Sir, perkenalkan aku Evelyn. Aku salah satu jurnalis yang ingin sedikit mewawancaraimu hari ini." ujar Evelyn berusaha formal. "Oh.... mengapa bukan pria tua yang menyuruhmu kemari untuk melakukannya? Apa dia berniat membantumu dalam karirmu atau dia hanya ingin dekat dengan gadis muda dan cantik untuk ditiduri, hmm?" d**a Evelyn naik turun mendengarnya, dia bukan hanya memiliki nada suara yang besar, namun intonasi bicara yang terdengar formal namun mengejek itu hampir membuat emosi Evelyn naik. Namun Evelyn sadar, bahwa dia hanya ingin bermain dengan emosinya. Jadi, Evelyn mengabaikan segala kalimat yang mungkin dapat membuat perasaannya menjadi marah, sedih dan takut menjadi satu. Berusaha untuk tidak terintimidasi dengan Adam Rig. "Aku kemari hanya untuk menyelesaikan laporanku jika anda tidak keberatan." balas Evelyn. Dari sudut kegelapan yang ada di dalam sel, Adam terlihat sedikit menyeringai. "Silahkan duduk!" Ujar Adam. Evelyn menoleh ke kanan dan kiri, menemukan sebuah bangku kayu dan dia mengambilnya lalu duduk di depan sel milik Adam. Tidak terlalu dekat, dia tetap harus menjaga jarak. "Siapa tadi namamu nona? Oh, dan berhenti menanggilku Sir! Aku tidak setua orang yang mengutusmu kemari, panggil aku Adam!" "Baiklah, Adam. Namaku Evelyn..." "Evelyn apa?" Tanya suara besar itu lagi. "Evelyn Hunter, kau pasti Adam Rig?" Ujar Evelyn. Seketika seringaian yang ada di bibir Adam menghilang, mendengar nama Hunter. Dia seperti tertarik, dia lalu berdiri dari duduknya menuju kedepan jeruji. Evelyn dapat melihat tubuh dengan bobot besar itu berjalan kearahnya dengan perlahan. Evelyn sempat waspada, kalau-kalau pria itu mencoba menghancurkan sel dan memakan dirinya. Well, sepertinya Evelyn terlalu paranoid. "Jadi, kau berasal dari kota itu?" Tanya Adam memperlihatkan bentuk asli wajahnya. Evelyn menarik nafas dalam-dalam, wajah itu mengerikan. Luka kecil di sebelah matanya terlihat seperti habis terbakar. Ekspresinya datar tapi tidak mengurangi nilai kengerian, rambutnya rapi seperti menunjukan bahwa dia bukanlah seorang narapidana. "Katakan padaku Miss Hunter, siapa orang tuamu!" Tanya Adam memegang jerjuji besi berkarat itu sambil menatap tajam wajah Evelyn. "Apa itu penting?" Balas Evelyn, Adam kembali menyeringai. "Baiklah, kau kemari hanya untuk laporan. Dan aku siap untuk wawancaramu hari ini.." ujar Adam, masih berdiri di sana. Evelyn mengeluarkan buku dan pulpen dari dalam tasnya, dan tak lupa sebuah kuisioner yang memang ditujukan oleh Adam. Sementara pria itu, terus mengamati Evelyn. "Baumu seperti tidak ada seorang pun pria yang pernah menyentuhmu, apa vaginamu masih perawan? Apa tidak ada seorang pun yang berani menyentuh atau sekedar mengajakmu keluar?" Adam, pria itu lagi-lagi berusaha bermain dengan pikiran dan berusaha mengintimidasi dirinya. Namun Evelyn mengabaikan itu semua, itu tidak terlalu penting baginya. Lagipula, dia hanya penasaran dengan kasus Adam Rig yang dulu sangat populer hingga kini. "Aku rasa aku terlalu bersemangat dengan karirku..." balas Eve acuh. "Atau mungkin karena dorongan Ayahmu?" Balas Adam, Evelyn hanya diam. "Kenapa? Apa kau takut dengan bekas lukaku?" Adam bertanya, Evelyn menggeleng, awalnya ia hanya terkejut, tapi tidak ada rasa takut sama sekali. "Apa kau mau tahu bagaimana aku bisa mendapatkan luka ini?" "Itu karena peristiwa kebakaran 25 tahun yang lalu, aku masih sangat kecil kala itu..." tukas Adam, Evelyn kembali terdiam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD