Perjalanan di mobil terasa menakutkan. Laras berharap jalanan macet setidaknya dia bisa mengatur napas untuk bertemu dengan bos besar. Bukannya Laras berharap lebih hanya saja dengan penampilan seperti ini dia tak ingin dicap sebagai pegawai yang urak-urakan dan berahkir dipecat. Oh ya Tuhan jangan sampai sebab hanya pekerjaan inilah satu-satunya harapan untuk merubah nasib, hidup yang penuh dengan kenelangsaan. "Kenapa kamu?" Candra melirik Laras sekilas, wanita itu nampak gelisah ditempatnya dengan memilin jemari-jemarinya. "Gugup pak." jujur Laras, ia tak bisa membohongi perasaannya. "Gugup karena ketemu dengan orang tua saya?" tebak pria itu, Laras mengangguki. "Astaga, santai saja mereka baik lagi pula jangan gede rasa dulu, saya mengenalkan kamu dengan mereka sebagai sekretari