Hidup seorang diri, di bangunan besar membuat Candra merasa hampa. Meski sudah terbiasa, akan tetapi sepi dan hambar pernah melanda perasaanya. Lelaki itu kadang tak betah berada di rumah. Tapi pergipun tidak tahu kemana arah dan tujuan.
Iseng-iseng, pria itu mencoba mengirimkan pesan kepada teman lawan jenisnya. Di media sosial Candra sendiri sudah memiliki banyak pengikut, ya paling tidak ada beberapa wanita yang dia targetkan untuk menjadi teman dekat. Pria itu sejujurnya sudah siap untuk menikah, apalagi kedua orang tua yang sering mencecarnya pertanyaan. Masalahnya hanya satu, meski kaya dan tampan Candra sulit menemukan wanita itu.
Ada satu wanita yang benar-benar menjadi incarannya. Dari foto terlihat begitu cantik dan menawan. Perempuan tersebut begitu trendy dan manis, sepertinya seorang Selebgram.
Anisafara
Ya, ada apa?
Mereka mengobrol online sudah tiga bulan lamanya, cukup lama sehingga membuat mereka sedikit lebih dekat
CandraBk
Kamu lagi ngapain?
Percayalah, Candra adalah kumpulan pria-pria yang jayus dan alay. Apalagi untuk mendekati wanita pria itu sangat tidak kompeten dan ahli sehingga membuat lawan jenis yang didekati menjadi segan untuk bersama.
Anisafara
Tiduran aja. Kamu?
CandraBk
Aku juga.
Anisafara
Gitu ya.
CandraBk
Iya.
Hanya seperti itu, Candra sangat tidak kreatif dalam mengobrol.
Angelica Laras:
Pak kayaknya saya gak bisa Dateng pagi-pagi banget
Candra menaikkan alisnya, penasaran pria tersebut langsung membalas.
To Angelica Laras:
Kenapa memangnya? Jangan alasan kamu ya!
Angelica Laras:
Saya datang bulan, pinggang saya nyeri sekali. Bisa cuti gak pak?
Candra berdecak, perempuan itu memang banyak tingkah.
To Angelica Laras:
Edan kamu! Baru sehari kerja aja sudah minta cuti. Besok pokoknya kamu harus datang!
Angelica Laras:
Yah Bapak! VOC banget ;-(
Candra memilih mengabaikan sekretaris barunya itu. Benar-benar tak habis pikir dengan apa yang Laras buat. Memangnya perusahaan milik neneknya apa, seenaknya mengajukan cuti. Ada-ada saja wanita itu.
Memilih mengabaikan Laras, Candra meraih kunci mobilnya untuk pergi ke rumah orang tuanya. Sudah hampir satu bulan dia tak kesana dan jujur saja Candra merindukan adiknya. Rumah mereka berjarak cukup jauh tapi tak memakan waktu yang lama.
Diperjalanan Candra berhenti sebentar di mini market untuk membeli buah tangan. Walaupun dia sangat yakin kedua orang tuanya sudah memiliki makanan ringan di lemari pendingin. Setidaknya dia kesana tak membawa tangan kosong.
Candra sedang berjalan menuju rak satu ke rak lain. Matanya menatap satu buah botol yang sering diminum wanita ketika menstruasi. Entah mengapa Candra jadi kepikiran Laras, dan berahkir memasukannya kedalam troli. Dia tak ingin pekerjaannya terhambat karena Laras yang tidak datang besok.
Setelah membayar, Candra melajukan mobilnya kembali dan beberapa menit kemudian berhenti di kontrakan sekretarisnya itu.
To Angelica Laras:
Keluar, saya ada di depan.
Tak ada balasan dari wanita tersebut, tetapi berikutnya Laras keluar dari rumah dengan penampilan acak-acakan.
"Kamu habis diperkosa pacarmu?" Entah itu sebuah pertanyaan atau sindiran akan tetapi membuat Laras melotot tak terima
"Enak saja, ini saya lagi kesakitan pak."
"Nah kan!"
"Bapak ambigu banget sih! perut saya sakit." Sembari memegangi perutnya
"Nih diminum, supaya besok bisa fit dan bekerja dengan baik." Laras mengamati kantong kresek yang disodorkan Candra
"Mau gak?"
"Eh, mau-mau." Lalu mengambilnya dan mengecek isi didalamnya.
"Terima kasih pak." Senyum manis mengembang dibibir
"Hmm. Saya pamit dulu."
"Gak minum teh dulu pak?" Laras mencoba menawarkan dan berbaik hati.
"Modus kamu, mentang-mentang saya baik sama kamu jadi kamu sok manis gitu."
Laras tersenyum masam. Serba salah!
"Terserah bapak deh, ya udah sana pulang ini juga sudah malam!" ketus Laras, lagi pula untuk apa berbaik hati dengan Candra yang ada akan membuatnya darah tinggi
"Hmm."
Lelaki tersebut lalu pergi. Sebelum benar-benar melajukan mobilnya Candra mengirimkan pesan kepada Laras
To Angelica Laras:
Tolong hargai saya, lain kali jika didepan saya jangan berpakaian terbuka seperti itu.
Ponsel yang digenggam Laras berbunyi, wanita itu membaca deretan kata yang dikirim bosnya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat penampilannya yang terbuka. Wanita itu lalu menutupinya dengan tangan. Takut jika ada orang lain yang melihatnya? dengan tergesa-gesa ia masuk kedalam kontrakan, merutuki kebodohannya sendiri. Terlalu ceroboh dengan apa yang ia pikirkan, hingga melupakan pakaian minim yang dipakainya.
Bagaimana bisa dia keluar kos-kosan hanya dengan pakaian minim. Oh astaga ternyata itu alasan Candra sering membuang mukanya tadi? Laras memukul jidatnya berulang kali, merasa ternodai.