Bab 2. Kerah Baju yang Terbuka

981 Words
Keesokan harinya, saat matahari mulai bersinar lembut menembus tirai jendela, saat itu Linda sedang menyiapkan sarapan untuk Wisnu, suaminya dan Mita. Linda memang wanita karir yang sangat sibuk, tapi itu tidak membuatnya melupakan tanggung jawabnya sebagai istri dari Wisnu. “Selamat pagi, Sayang.” Wisnu yang baru saja keluar dari kamar segera mencium pipi Linda yang sedang merapikan meja makan. "Selamat pagi, Mbak." Tidak berapa lama Mita sudah berdiri di antara mereka. "Wah, pagi ini sarapan kita sangat spesial." Mita memperhatikan beberapa menu masakan yang sudah tersusun rapi di atas meja makan. "Kamu bisa aja, Dek. Ya udah lebih baik kita sarapan sekarang sebelum makanannya dingin!" ajak Linda yang langung duduk di kursi yang ada di dekat Wisnu. Suasana begitu tenang saat mereka mulai menikmati sarapan yang sudah di siapkan. Terdengar gesekan sendok di ruangan itu, sesekali terdengar percakapan diantara ketiganya. Linda yang baru saja menyelesaikan sarapannya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan meja makan. "Mbak, Mas. Aku berangkat ke kantor dulu." Langkahnya tampak ragu, dan saat ia berjalan menjauh, Mita terlihat berusaha menahan sakit di kakinya, sebuah kebohongan yang sulit untuk disembunyikan. Linda yang menyadari gerakan Mita segera bertanya, "Dek, ada apa dengan kakimu? Apa kamu baik-baik saja?" Suaranya penuh kekhawatiran dan perhatian, seperti seorang kakak yang khawatir terhadap adiknya. Mita tersenyum gugup sambil berusaha menunjukkan bahwa semua baik-baik saja. “Oh, nggak apa-apa, Mbak. Kemarin aku tidak sengaja terjatuh di kantor. Itu membuat kakiku sedikit terkilir, tapi nggak parah,” jawabnya sambil menghibur dirinya sendiri. Linda tidak langsung percaya sepenuhnya. Dia menilai ada yang aneh dari cara Mita berbicara dan sikapnya yang tidak biasa. “Kamu nggak terlihat baik, Dek. Jika perlu, aku bisa mengantarmu ke rumah sakit untuk memastikan semuanya baik-baik saja,” tawar Linda dengan tulus, mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi mereka semua. “Enggak usah, Mbak. Sungguh, kakiku baik-baik saja, lagipula pagi ini aku ada rapat penting, jadi aku nggak bisa terlambat atau libur.” Mita buru-buru menolak, merasa bahwa kejujurannya akan membuat situasi semakin rumit. Ia tidak ingin Linda mencurigai apapun, apalagi harus menjelaskan hubungan gelap yang baru saja terjadi. Dengan cepat, tanpa menunggu lagi, Mita segera melanjutkan langkahnya menuju keluar rumah. Ia merasa terjebak dalam situasi yang sulit dan semua perasaan campur aduk. Sesampainya di luar, ia menutup pintu dengan. Sementara itu Linda yang masih berada di meja makan segera meletakkan sendok yang sejak tadi ada di tangannya. Ia meneguk sisa air putih, dan menghela nafas panjang. "Kamu kenapa, Sayang. Apa ada masalah di kantor?" tanya Wisnu yang segera menghentikan aktifitasnya. "Aku merasa ada yang aneh dengan Mita," ucap Linda lirih, seperti berbisik. Namun, cukup jelas di dengar oleh Wisnu. "Aneh? Maksudmu?" tanya Wisnu penasaran. "Semalam saat aku baru saja pulang, aku mendengar suara mencurigakan dari dalam kamarnya, tapi saat aku tanya Mita hanya menjawab kalau itu hanya suara TV." Linda menatap ke depan dengan tatapan kosong. Wisnu menghirup nafas dalam, ia berusaha menenangkan dirinya yang terlihat sedikit tegang. "Siapa tahu itu memang suara Tv, atau bisa jadi kamu salah dengar. Aku yakin Mita nggak mungkin melakukan hal yang bisa merugikan dirinya sendiri, apalagi di rumah ini." "Kamu benar, tapi nggak tahu kenapa perasaanku berkata ada yang nggak beres dengan Mita," ucap Linda yang langsung menoleh ke arah Wisnu. "Sudah, nggak usah di bahas lagi. Lebih baik kita berangkat ke kantor sekarang!" ajak Wisnu, Linda segera mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya. Sesaat ia merapikan beberapa piring kotor yang ada di atas meja dan membawanya ke dapur, sebelum akhirnya ia berangkat ke kantor. *** Malam hari Linda yang baru pulang bekerja segera memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Sudah terlihat mobil milik Wisnu sudah terparkir di halaman rumah, yang menandakan jika suaminya sudah lebih dulu pulang. "Mas Wisnu, tumben dia sudah pulang jam segini." Linda melirik ke arah jam yang melingkar di tangan kanannya, ia segera keluar dari dalam mobil dan segera berjalan ke arah rumah dengan langkah lelah. Saat ia masuk ke ruang tamu Linda mendapati Wisnu dan Mita sudah duduk bersama. Suasana ruang tamu tampak tenang, namun ketika ia mendekat, ada sesuatu yang janggal yang membuatnya mengerutkan dahi. Wajah Mita terlihat tegang, berbeda dari biasanya. Dua kerah atas baju Mita terlihat terbuka, sementara Wisnu terlihat merapikan kemeja yang ia kenakan. "Tumben kamu sudah pulang, Mas?" tanya Linda sambil tersenyum, berusaha mengusir rasa canggung yang entah kenapa ia rasakan. Wisnu, yang tampak sedikit kaget mendengar pertanyaan itu, segera bangkit dari duduknya dan mendekati Linda dengan langkah hati-hati. “Iya, Sayang. Aku baru saja tiba,” jawabnya singkat, sambil menyentuh bahu Linda dengan lembut. “Kebetulan hari ini pekerjaan di kantor tidak sebanyak biasanya, jadi aku bisa pulang lebih awal." Linda mengangguk pelan, menerima alasan Wisnu dengan senyum tipis. Namun, perhatiannya masih tertuju pada Mita yang tampak gugup dan tak nyaman. Mita hanya menundukkan kepala, menghindari tatapan Linda yang penasaran. Tak lama kemudian, Mita berdiri dan berpamitan untuk masuk ke dalam kamarnya. "Mbak, aku masuk dulu, aku mau membersihkan diri, lalu istirahat sebentar." "Dek, kamu baik-baik aja 'kan? Apa kamu sakit?" tanya Linda yang terlihat begitu mengkhawatirkan Mita. "Enggak, Mbak. Aku hanya sedikit kurang enak badan aja. Aku permisi dulu, ya," jawab Mita yang segera meninggalkan ruang tamu. Linda memperhatikan adiknya itu pergi dengan langkah cepat, seperti ingin menjauh secepat mungkin. Kening Linda berkerut. Mita yang biasanya ramah dan terbuka tiba-tiba terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. Ada rasa penasaran yang mulai mengusik pikirannya. "Kenapa Mita tampak aneh, ya?" gumam Linda pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri, namun cukup jelas untuk didengar oleh Wisnu. “Oh, mungkin dia lelah atau ada sesuatu yang mengganggunya,” jawab Wisnu cepat, berusaha menutupi kegelisahan yang mulai muncul di wajahnya. “Mungkin saja dia hanya butuh waktu untuk sendirian.” Linda menatap Wisnu, mencoba mencari jawaban di balik wajah suaminya. Namun, Wisnu hanya tersenyum samar, berusaha terlihat tenang meski jelas ada sedikit ketegangan di wajahnya. Linda merasa ada yang tidak beres, namun ia memilih untuk tidak memperpanjang pertanyaan itu, setidaknya untuk saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD