Pembicaraan dantara Marta, Yuna dan Ab

1159 Words
Malam itu, pada akhirnya Marta bisa menghubungi Yuna, ia menggunakan 3d untuk bisa bertatapan langsung dengan Yuna yang kala itu ternyata bersama dengan Ab, tengah membereskan barang-barang milik Yuna di apartemen Ab. “Apa katamu?!” tanya Yuna terkejut ketikda mendengar penuturan Marta pada saat itu yang kini menghembuskan napasnya dengan berat dan kemudian terduduk dari tempatnya seraya menatap ke arah Yuna dan juga Ab yang kini menoleh menatapnya. “Yeah … aku nyaris saja mengatakan semuanya kepada Woojin tadi.” jelas Marta kepada Yuna yang kini menatap Marta dengan khawatir, “Marta … kau seharusnya hati-hati!” ucap Yuna kepada Marta yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, dan kemudian berucap, “Ya … maaf, aku hanya sedang kesal menghadapinya tadi!” jelas Marta kepada Yuna, dan hal itu membuat Ab menganggukkan kepalanya paham dengan kondisi dari Marta saat itu, “Yeah … aku mengerti dengan situasinya, kau juga begitu kan … Yuna?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ab kepada Yuna pada saat itu pun membuat Yuna menolehkan pandangnnya ke arah Ab dan kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Yeah … Ab benar … tak apa-apa Marta, kau besok akan pulang juga kan?” tanya Yuna kepada Marta yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, yang kemudian membuat Yuna pun mengembuskan napasnya dan mengangguk di sana. “Setelah itu, kita akn melihat … apakah ada perubahan yang terjadi dan semoga saja ada1” jelas Yuna kepada Marta lagi, sebelum akhirnya mereka pun berbincang sebentar dan akhirnya menutup sambungan 3d itu. … “Hah … “ Marta menghembuskan napasnya dan merebahkan dirinya di atas kasur itu seraya terdiam, dan kemudian melamun memikirkan ucapan yang sempat dikatakan oleh Woojin ketika mereka berbicara di ruangan itu, tepat sebelum Donghyun keluar dari kamar mandi dan pembicaraan mereka pun akhirnya terhenti sampai di sana. Flashback Pandangan Woojin kini menatap Mark dengan sangat terkejut ketika mendengar jika ia akan pergi dari apartemen milik Woojin besok. “Aku akan pergi besok, Woojin-a … itu lah sebabnya aku memanggil Donghyun ke mari untuk menemanimu!” itu lah yang dijelaskan oleh Mark kepadanya yang kini mengerutkan dahinya mendnegar hal itu. “Wae? (Kenapa?) ” tanya Woojin kepada Mark yang kini menghembuskan napasnya menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Aku sudah menemukan tasku, dan card ku juga sudah di sana… aku bisa menggunakannya dan membeli apartemen di dekat kampusku, Woojin-a!” ucap Mark kepada Woojin yang kini tertegun mendengar ucapan itu, yang kemudian membuat Woojin pun menggelengkan kepalanya seraya berucap, “Tidak bisakah kau tetap di sini, Mark-ssi?” tanya Woojin kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan itu, “Mianhae, Woojin-a … aku tidak bisa terus berada di sini, jarak antara apartenmen dan kampusku sangat jauh!” ucap Mark kepada Woojin yang kini menundukkan kepalanya seolah sedih dengan keputusan yang diucapkan oleh Mark pada waktu itu, yang kemuidan Woojin pun menoleh menatapnya dan berucap, “AKu merasa sepi jika kau tidak ada, Mark-ssi!” ucap Woojin kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya setelah mendengar hal itu, dan bersamaan dengan itu pintu kamar mandi pun terbuka yang membuat Woojin pun melepaskan genggaman tangannya kepada Mark yang menjadi terdiam karenanya. Flashback off   Ditatapnya tangan kanan Mark yang saat itu dipegang oleh Woojin, dan kemudian membuat Marta pun menghembuskan napasnya dan merasa aneh dengan tingkah laku dari Woojin saat itu, ia merasa jika Woojin sangat kesepian, dan perasaan itu sampai kepada Marta saat ini. Namun Marta juga tidak bisa melakukan apapun karena besok dirinya harus benar-benar pergi, mengingat liburan dirinya hanya satu minggu saja. Dan Marta harus melakukannya. “Aku harap ada seseorang yang menemani dirimu di sini setelah aku, Woojin-ssi!” gumam Marta pelan di dalam kamarnya saat itu, dan kemudian ia pun kembali menghembuskan napasnya dan memilih untuk bersiap-siap karena besok pagi ia akan memutuskan untuk pergi tanpa sepengetahuan dari Donghyun maupun Woojin tentunya. Karena ia tahu jika perpisahan sangat tidak menyenangkan dan hanya akan membawa sebuah kesedihan, dan itu lah yang Marta yakini hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi di jam dua malam, dan itu satu jam lagi dari jam sekarang. “okeh …. kau tinggal pergi dari apartemen ini, Marta!” gumamnya seraya menganggukkan kepalanya dan menunggu waktu itu pun tiba. Menunggu waktu satu jam lagi, namun Marta merasa jika waktu menjadi sangat lamban baginya saat ini sehingga ia benar-benar merasa tidak bisa lagi menunggunya, namun ia tetap harus bersabar karena ia tahu jika ia keluar sekarang, mereka pasti masih terbangun dan hal itu lah yang membuatnya memutuskan untuk terus bersabar di sana. Hingga pada akhirnya jam yang ditunggu pun tiba, Marta segera menggunakan Gosk miliknya dan segera membawa ransel yang berisikan peralatannya dan juga koper yang berisi baju-baju miliknya, meski sebenarnya ia tidak akan membutuhkannya lagi di masa depan, namun setidaknya itu harus dibersihkan dari lemari ruangan ini bukan? Itu lah sebabnya ia membawa semuanya. Marta yang kala itu sudah menyamar menjadi Mark pun keluar dari kamar tersebut dengan perlahan dan kini berjalan tertatih-tatih agar tidak membangunkan siapapun, namun pada kenyataanya Woojin kini memanggil namanya dan ternyata ia masih terduduk di sofa itu dengan kondisi ruangan yang gelap. “Mark-ssi!” itu lah panggilan yang diucapkan oleh Woojin, yang membuat Mark kini menoleh menatapnya dengan tatapan menyesal. “Mau kemana kau saat ini?” tanya Woojin kepada Mark yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “A … eum …- Ucapan Mark terhenti karena ia tidak tahu harus mencari alasan apa lagi di sana, yang membuat Woojin kini beranjak dari kursinya dan kemudian bertanya. “Kau berencana pergi tanpa berpamitan, huh?” tanya Woojin kepada Mark yang kini merasa jika ia ketahuan di sana, dan membuat Woojin melipat kedua tangannya di d**a dan kemudian berucap, “Sebenarnya apa yang kau sembunyikan huh?” tanya Woojin kepada Mark yang segera menoleh menatapnya seraya bertanya, “Huh?” tanya Mark kepada Woojin yang kini menghembuskan napasnya dengan kesal dan kemudian berucap, “Kau … aku merasa jika kau banyak menyembunyikan sesuatu kepadaku, katakan sekarang! Kau bisa jujur kepadaku!” ucap Woojin kepada Mark yang kini terkekeh mendengar ucapan itu dan kemudian berucap, “Haha … apa yang kau pikirkan? Aku hanya akan meletakan koper dan tas ini di sini, agar besok pagi aku langsung pergi!” jelas Mark kepada Woojin yang kini menyipitkan kedua matanya dan kemudian berucap. “Baiklah … jika itu yang kau katakan, tapi setidaknya … aku ingin kau pergi setelah mengabari Donghyun-hyung, karena aku tahu jika ia akan selalu kepikiran dengan hal yang kecil saja, jadi … temui ia besok sebelum kau pergi, itu permintaan terakhirku sebelum kau pergi!” ucap Woojin kepada Mark yang kini terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya menanggapi permintaan dari Woojin yang satu itu. Melihat Mark menganggukkan kepalanya menanggapi permintaan Woojin yang satu itu, Woojin pun berjalan pergi dan masuk ke dalam kamarnya dan membuat Mark tidak bisa melakukan apapun selain menunggu hari esok untuk berpamitan bersama dengan Donghyun, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Woojin saat itu.  ...  To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD