Berpamitan

1090 Words
“Ck!” Mark mendecih ketika ia tidak bisa melakukan apapun selain menuruti permintaan dari Woojin yang satu itu, yang pada akhirnya membuat Mark pun kembali berjalan masuk ke dalam ruang kamarnya untuk menunggu hari esok tiba. Marta sendiri pun merasa aneh mengenai kenapa dirinya tidak bisa untuk tidak patuh pada permohonan Woojin yang satu itu, yang membuatnya menjadi bertanya-tanya mengenai mungkinkan karena Donghyun alasan dia tidak bisa melakukannya ataukah karena hal yang lain? Namun karena ia tidak ingin memikirkan hal itu terlalu serius, Marta pun tidak ambil pusing dan memilih untuk tidur di malam itu. … Sedangkan di kamar Woojin, kini pandangan Woojin tertuju kepada Donghyun yang belum tidur dan ternyata mendengarkannya, “Dia akan pergi?” tanya Donghyun kepada Woojin, yang membuat Woojin menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu dan membuat Donghyun menghembuskan napasnya dan kemudian bertanya. “Lalu kenapa dengan wajah sedih itu?” tanya Donghyun kepada Woojin yang kini menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian membuat Woojin berjalan dan naik ke atas tempat tidurnya untuk tidur, namun ia tidak menanggapi apapun mengenai pertanyaan yang di lontarkan oleh Donghyun kepadanya, sehingga Donghyun tahu jika Woojin merasa sedih karena Mark akan pergi dari apartemen itu. “Kau merasa sedih karena dia akan pergi?” tanya Donghyun lagi, namun Woojin benar-benar tidak menanggapi pertanyaan itu, yang pada akhirnya Donghyun pun hanya bisa menghembuskan napasnya dan merebahkan diri di samping Woojin untuk beristirahat di sana. … Malam pun berganti menjadi pagi, Donghyun bangun jam lima pagi dan mendapati jika Mark tengah memasak untuk sarapan pagi, yang tentu saja hal itu membuat Donghyun mengerutkan dahinya melihat Mark yang sangat lihai memasak di sana. “Oh, Donghyun-ssi … selamat pagi!” ucap Mark menyapa Donghyun di pagi hari yang kini mengerutkan dahinya dan berjalan mendekati Mark seraya bertanya, “ Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Donghyun kepada Mark yang kini menatapnya dengan bingung dan kemudian dengan ragu ia berucap, “Eum … memasak?” jawab Mark kepada Donghyun yang kini menatapnya dan kemudian terkekeh seraya menggelengkan kepala dan kemudian menggumam, “Pantas dia terlihat sedih!” gumamnya, dan hal itu membuat Mark mengerutkan dahinya mendengar ucapan dari Donghyun saat itu, “Hah?” tanya Mark kepada Donghyun yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berkecak pinggang seraya berucap, “apakah selama kau di sini kau selalu memasak?” tanya Donghyun kepada Mark yang kini membuatnya menganggukkan kepala dengan polos, dan jujur. Karena memang selama satu minggu ini dia lah yang selalu memasak di sana. Dan hal itu membuat Donghyun kembali menganggukkan kepalanya, “Kenapa memangnya?” tanya Mark kepada Donghyun yang kini menolehkan pandangannya ke arah Mark dan kemudian berucap, “Pantas Woojin merasa sangat sedih, dia bilang kau akan pergi hari ini kan?” tanya Donghyun kepada Mark yang kini menganggukkan kepalanya, namun hal yang tidak ia mengerti adalah kenapa Donghyun bertanya tentang masak, yang pada akhirnya ia pun bertanya, “Lalu … apa hubungannya dengan memasak?” tanya Mark kepada Donghyun yang kini terkekeh seraya menunjuk ke arah makanan yang tengah disajikan oleh Mark saat itu. “Ia tentu sedih … karena tidak ada yang akan memasakannya lagi makanan enak seperti ini! Kau tahu? Dan aku yakin … Woojin pasti hanya akan makan ramen jika kau pergi dari apartemen ini!” ucap Donghyun menjelaskannya kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian terkejut mendengar hal itu. “Eh??” Mark menjadi bingung karenanya, “Hei, Mark-ssi! Tidakkah kau tetap tinggal di sini saja? Aku merasa kasihan karena Woojin akan memakan ramen lagi di setiap harinya, jadi aku minta kau tinggal di sini saja!” ucap Donghyun kepada Mark yang kembali menatapnya dengan kaget, “Tolong urus Woojin demiku! Eum … maksudku, titip Woojin! Kau hebat dalam memasak dan aku yakin Woojin tidak akan berada dalam bahaya selama kau ada di sini!” je;as Donghyun kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian berucap, “Mianhae …  tapi aku benar-benar tidak bisa melakukannya, Donghyun-ssi!” ucap Mark kepada Donghyun yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian menganggukkan kepala setelah merasa jika permintaannya pun tidak akan bisa diterima oleh Mark saat itu. Sedangkan Mark yang mendengarnya kini menjadi merasa menyesal karena harus berpisah seperti ini. Cklek! Pandangan mereka kini menoleh menatap Woojin yang baru saja keluar dari kamarnya, yang mebuat Mark kini menghembuskan napasnya ketika melihat raut wajah Woojin sama sekali tidak menampakkan baik-baik saja saat itu. Yang tentu saja membuat Mark seperti seseorang yang jahat saat ini. Menyadari akan hal itu, membuat Donghyun pun mencolek lengan Mark seraya berucap, “Sebelum kau pergi, bisakah kau membuatkan sesuatu untuknya? Aku rasa akan moodnya akan membaik setelah kau membuatkan makanan favoritnya!” ucap Donghyun kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan itu. “Makanan apa yang ia sukai?” tanya Mark kepada Donghyun yang kini tersenyum dan kemudian berucap, “Apapun asal bahan dasarnya kentang! Dia sangat suka kentang!” ucap Donghyun menjelaskan kepada Mark yang kini tertegun mendengar hal itu dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. Cklek! Baik Mark dan Donghyun kini sama-sama bersikap biasa saja, ketika Woojin keluar dari kamar mandi dengan baju seragam yang sudah ia kenakan saat ini, melihat hal itu membuat Donghyun pun berucap, “Eoh? Kau akan pergi sekolah, Woojin-a?” tanya Donghyun kepada Woojin yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari Donghyun saat itu, dan kemudian pandangan Woojin pun beralih untuk menatap Mark dan kemudian ia menghembuskan napasnya seraya berucap, “Yah … karena kamu pergi hari ini, semoga harimu menyenangkan di apartemen barumu, Mark-ssi!” ucap Woojin kepada Mark yang kini menganggukkan kepalanya dengan canggung, dan Woojin pun meraih sandwich itu seraya mengangguk dan berucap, “Aku pergi sekarang!” pamit Woojin kepada Donghyun dan juga Mark, Woojin benar-benar pergi pagi itu. Pandangan Donghyun kini menoleh menatap Mark yang terlihat sedih juga karenanya, dan membuat Donghyun kini terkekeh melihatnya dan kemudian berucap, “Jika kau masih betah tinggal di sini, berdiamlah untuk beberapa saat!” ucap Donghyun kepada Mark yang kini tersenyum dan menggelengkan kepalanya, lalu kemudian berucap, “Di mana aku mendapatkan kentang itu?” tanya Mark kepada Donghyun yang kini tersenyum dan kemudian mengangguk seraya berucap, “Kajja, lebih baik aku yang membawamu ke tempat kentang terbaik di kota ini!” ucap Donghyun kepada Mark yang kini menganggukkan kepalanya dan pergi bersama-sama meninggalkan apartemen itu. “Apakah kau yakin jika aku membuatkan masakan itu moodnya akan membaik lagi?” tanya Mark kepada Donghyun yang kini tersenyum dan mengangguk, “Yeah … aku yakin moodnya akan kembali seperti semula lagi!” jelas Donghyun kepada Mark yang kini mengangguk mempercayai ucapannya saat itu. …  ... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD