LELAKI ITU BERNAMA RAHMAD

543 Words
Pagi yang sejuk, ku beranikan diri membuka jendela kamar tidur ku. Kamar ini berada di lantai dua, ada jendela lebar menghadap langsung ke jalan raya membuat udara segar mudah sekali masuk di pagi hari. Jam dinding masih menunjukkan pukul 03.45. Subuh belum tiba, langit masih berpendar dengan warna biru tuanya. Aku terpaku menatap jalanan lengang pagi ini. Hanya nampak beberapa paman sayur yang melintas menuju pasar. Ruko tempat aku tinggal dan bekerja ini memang dekat sekali dengan pasar Batuah Martapura. Hanya beberapa meter saja mungkin jaraknya. Imajiku melayang pada kejadian malam tadi, kejadian memalukan yang membuat beberapa siswa tahu ada hantu yang mirip aku. Suasana kelas mendadak menjadi heboh. Sungguh aku benar-benar malu. Mestinya hantu itu tak perlu muncul hanya membuat aku makin benci saja padanya. Tiba-tiba aku ingat Yuli, dan Lisa. Kemana mereka saat ini. Mereka adalah teman yang tahu tentang kisahku. Teman yang sering memperolok aku kalau aku punya ilmu pengasihan namun mereka juga yang sering mensupport diriku bahwa aku pasti bisa menjadi baik dengan ilmu itu. Ada bening yang mengalir, sungguh aku rindu. *********** Beberapa teman sudah datang, staff admin juga sudah duduk di tempatnya saat aku menuruni anak tangga. Hari ini hari Sabtu, ada beberapa kelas pagi. "Pagi bu Rahma," sapa Gita menggoda. "Pagi juga bu Gita yang sehat," aku sengaja balik menggodanya. "Nah, iya kan, aku manggilnya baik, sopan, kok bu Rahma malah bilang aku sehat sih bu," Gita pura-pura merajuk. Gita bagian admin bertubuh besar namun perawakannya tinggi. Membuat ia sering menjadi candaan beberapa teman. "Assalamualaikum" suara itu mengagetkan kami. Aku mencoba mengintip asal suara dari cela-cela pembatas ruangan. Aku merasa tak mengenalinya. Aku mulai mengambil posisiku, ada beberapa tugas yang belum ku selesaikan. Beberapa guru yang bertugas mengajar di hari Sabtu sudah mulai berdatangan. Mereka memang hanya datang saat ada jam mengajar. Berbeda dengan diriku dan beberapa admin. Admin masuk setiap hari karena memang tugasnya setiap hari, sedangkan aku masuk setiap hari karena aku menjabat sebagai admin sekaligus pengajar dan satu lagi karena aku tinggal di sini. "Bu Rahma, ada tamu" "Siapa ?" tanyaku menyelidik. "Kurang faham bu, mungkin wali murid baru" aduh Roziqin, mestinya kamu tanya dong biar jelas, batinku. Aku melangkah menuju ruang tamu, gaun merah bata dengan beberapa manik-manik dan kerudung panjang senada menghias tubuh juga kepalaku hari ini. Sesampainya di ruang tamu, aku merasa tak mengenali tamu ini. "Selamat pagi" sapaku santun. Lelaki itu memandangku takjub, tampak sekali dari tatapannya. "Pagi" suara itu bergetar. Aku mencoba mengingat-ingat siapa lelaki dengan baju koko putih ini tapi tetap saja aku tak ingat. "Maaf bapak siapa? ada yang bisa saya bantu?" Lelaki itu tersenyum, "Saya Rahmad" jawabnya penuh percaya diri. "Keperluannya ?" tanyaku. "Tidak ada, hanya ingin tahu wajah teman f******k saya yang namanya Rahma." Ups, aku mulai ingat. Laki-laki ini yang tadi malam chat denganku di mesenger. Aku mulai mengerti, menurut pengakuannya rumahnya di dekat sini. Tapi aku tak menyangka ia akan datang kemari hari ini. Sebenarnya dari gaya duduk dan bicaranya ia nampak bukan lelaki bodoh tapi dari penampilannya, entahlah. "Saya permisi" ucapnya mengagetkanku. "Lho," "Saya sudah bertemu Rahma, terimakasih ya. Assalamualaikum." ia kemudian beranjak pergi dengan sepeda motor maticnya. "Manusia aneh, datang ga diundang pulang ga diantar!" dengus ku kesal. "Jelangkung dong" sahut Gita. Semua yang mendengar tertawa. ********************
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD