3. Cinta pada pandangan pertama

2147 Words
Pertemuan yang tak di sengaja. Membuat kedekatan keduanya semakin menjadi, kedekatan yang awalnya terasa asing kini berubah dalam sekejap mata. **** Seperti biasa. Hidup seorang Jasmine layaknya hanya sebuah topeng. Kemarin sore Hingga malam ia tidak menghentikan tangisnya, tetapi. Pagi ini. Lihatlah, gadis itu datang dengan keceriaannya. Bahkan karena tidak mau bertemu dengan bibi dan sepupunya. Jasmine memilih datang lebih awal, lebih tepatnya pukul 06:23 pagi ia sudah berada di sekolah swasta itu. Dengan seragam sekolah yang bisa dikatakan sudah menguning dengan sepatu sekolah yang sudah hampir robek. Tetapi, kehidupan yang Jasmine alami tidak membuat gadis itu berkecil hati. Justru ia bangga dengan dirinya, meski dalam keadaan kekurangan setidaknya Jasmine bisa mengejar cita - citanya. "Huh. Capek, Malah panas banget lagi hari ini," Ucap Jasmine sambil menghapus butiran keringat yang membasahi dahi dan juga lehernya. Bagaimana tidak panas, jika Jasmine datang dengan berjalan kaki tentu saja ia kepanasan Wuussszz Suara mobil sport berwarna merah memasuki gerbang sekolahnya. Membuat Jasmine segera menyingkir karena takut menghadangi jalan pemilik mobil mewah itu. Jasmine Menatap dirinya sendiri, pakaian yang dikenakan olehnya seperti seorang gembel. Tetapi, Jasmine segera mengelengkan kepalanya. Sebab ia sadar bahwa diluar sana masih ada yang tidsk seberuntung Dirinya. Jasmine berjalan memasuki gerbang sekolah yang cukup luas dan panjang membuat Jasmine merasa sangat lelah. Bahkan kedua kakinya sangatlah pegal. "Bibi. Terima kasihnya ya, Karena bibi sudah mau mengantar Arven," Suara anak kecil yang tidak asing di indera pendengaran Jasmine Membuat Jasmine segera menoleh ke arah suara itu berada. Seketika senyuman manis Jasmine terbit saat melihat seorang pria kecil yang sangat ia kenali tengah memakai tas di pundaknya dengan gerakan mengambil tas bekal yang Jasmine ketahui adalah makan siang dari pria kecil itu. "Sama - sama, Sayang. Bibi malah senang bisa antar Arven setiap hari." Kata gadis yang tidak lain adalah Viola dengan senyuman tulusnya membuat Arven membalas senyuman itu. Jasmine Menatap interaksi keduanya tanpa sadar ia tersenyum di belakang kedua orang itu. Arven menatap kiri kanan entah dirinya tengah mencari siapa. Senyuman Arven semakin lebar saat ia melihat sosok Jasmine dari kejauhan. "MOMMY." Teriak Arven sambil berlari dengan tas bekal di tangan mungilnya. Tidak lupa, pria kecil itu sampai berlari untuk menghampiri Jasmine yang tengah terbengong di tempat. Tidak begitu lama, Jasmine pada akhirnya bisa mengontrol rasa terkejutnya dengan sebuah senyuman. Tidak begitu jauh dengan Viola yang sedikit mengernyit saat mendengar panggilan 'Mommy' dari mulut mungil Arven. "Mommy? Sejak kapan gadis SMA itu menjadi Mommy Arven?" Tanya Viola entah pada siapa membuat Viola ikut melangkah mendekati Keduanya. "Mommy. Arven kangen Mommy, Arven kira Mommy belum datang loh," Kata Arven. Pria kecil itu langsung memeluk pinggang ramping Jasmine membuat Jasmine tersenyum dan ikut membalas pelukannya. "Mommy juga kangen Arven." Balas Jasmine. "Kamu Mommy-nya Arven?" Selidik Viola dengan alis terangkat satu. "Maaf bukan maksudku lancang. Hanya saja, aku menerima panggilannya karena aku tidak mau ia bersedih," Ujar Jasmine membuat Viola mengangguk seakan paham akan maksud dari perkataan Jasmine. "Bibi. Kenalin, ini Mommy Arven. Cantik kan Bi? Sama kayak bibi Viola," Kata Arven dengan wajah bahagianya ia memperkenalkan Jasmine sebagai miliknya. "Iya Sayang. Mommy Arven ternyata sangat cantik ya," Puji Viola dengan senyuman tulusnya membuat Jasmine seketika merona karena malu akan ucapan Viola yang memuji dirinya cantik. Tring Suara sebuah pesan chat masuk dari dalam ponsel Viola membuay gadis itu langsung membuat isi pesan itu. "Wow. Sepertinya dia gadis yang cantik dan keponakan kecilmu itu sangat bahagia sekali. Bagaimana jika aku membuat senyuman keponakanmu itu menjadi air mata. Air mata kesedihan. Karena kehilangan Mommy barunya?" ***** Wajah Viola seketika memucat saat ia membaca setiap kalimat dari pesan masuk itu. Viola menatap sekeliling, Hingga kedua matanya menatap sebuah mobil hitam mengkilat di luar gerbang sekolah. Membuat Viola menatap keponakan dan gadis yang di panggil Mommy oleh keponakannya itu. "Sebaiknya kita masuk kedalam. Ayo Arven kita masuk kedalam," Perintah Viola dengan wajah sepucat kertas. "Bibi. Kenapa harus cepat - cepat. Kan ini masih terlalu pagi, bahkan kelas Arven belum dimulai loh," Protes Arven saat tangan mungilnya dan tangan Jasmine ditarik secara bersamaan oleh Viola. Membuat Jasmine Menatap bingung akan reaksi gadis yang lebih dewasa darinya. "Sebenarnya ada apa? Kenapa wajah bibi Arven terlihat pucat? Apa karena pesan yang dibacanya?" Batin Jasmine bertanya - tanya. Kini ketiganya sudah memasuki sekolah. Ketiganya melangkah ke arah sekolah kanak-kanak. "Bibi Vio. Kenapa bibi bawa Arven masuk sih? Kan Arven masih mau diluar. Bibi lupa ya, Arven mau beli es krim di luar pagar sekolah," Kesal Arven karena niatnya yang mau beli es krim harus batal lagi. "Maaf sayang. Bibi lupa, bahwa hari ini bibi ada jadwal praktek di rumah sakit. Jadi acara beli es krimnya kita batal dulu ya Sayang. Tapi, bibi janji besok - besok kita akan beli es krim bersama. Oke Boy," Kata Viola saat kedua matanya menatap sekeliling. Takut - takut jika pria brengsekk itu ada di sekitarnya. Sungguh Viola tidak mau terjadi sesuatu pads keponakan dan juga gadis SMA ini. Ia takut kebahagian keponakannya akan hancur karena ulah pria bejatt itu. "Tapi bi. Arven mau sekarang, kalau gitu Arven pergi saja sama Mommy. Kan Mommy bisa antarin Arven juga," Ujar Arven saat dirinya menatap ke arah Jasmine." Mommy bisa kan? Antar Arven ke penjual es krim disana!" Tanya Arven "Bisa Sayang. Ayo biar Mommy yang antar," Kata Jasmine." Kakak gak perlu khawatir aku bisa menjaga Arven jika kakak khawatir," Kata Jasmine kembali. "Tidak. Jangan sekarang, tolong beritahu keponakanku bahwa permintaanya tidak untuk hari ini. Tolong, aku yakin dia mau mendengarkan perkataanmu," Kata Viola saat kedua matanya menangkap silent pria itu. Viola mengepalkan kedua tangannya. Hatinya takut dan juga cemas secara bersamaan. Tetapi, ia lebih takut pada apa yang akan terjadi pada anggotanya nanti. Ia tahu, bahwa pria bejatt itu tidak akan pernah melepaskan dirinya. Ia tahu, bahwa ketentraman hidupnya sudah tidak ada lagi. Jasmine bisa menangkap kegelisahan yang dirasakan oleh Viola membuat gadis itu pada akhirnya berlutut untuk mensejajarkan tubuh tinggi Arven. "Arven. Hari ini acara beli es krimnya kita tunda dulu ya," Ucap Jasmine. "Tapi Mom. Arven pengen es krim, apa Mommy gak mau Antari Arven. Jika Mommy gak mau, Arven bisa sendiri kok," Bantah Arven saat kedua matanya mulai berkaca-kaca. Membuat Jasmine menatap lembut pada pria kecil itu. "Mommy kira, Arven sudah menganggap Mommy sepenuhnya menjadi Mommy Arven? Tetapi, ternyata Arven gak anggap Mommy itu ada." Raut kesedihan Jasmine Membuat wajah Arven seketika menjadi pucat. "Mommy. Kata siapa Arven gak anggap Mommy ada? Arven itu sudah sayang banget sama Mommy. Jadi Mommy harus percaya pada Arven, bahwa Arven sayang sama Mommy," Ujar Arven dengan wajah takut - takutnya. Takut jika Jasmine kembali menolak panggilannya. "Tapi. Jika Arven sayang Mommy. Kenapa perkataan Mommy tidak dipatuhi," Tukas Jasmine yang sengaja memasang wajah kesalnya, membuat Arven menelan ludahnya karena baru menyadari kesalahannya. "Eum. Mommy," Panggil Arven agak cemas." Mommy, euhm. Arven gak jadi beli es krim kok. Kan Arven sayang MOMMY jadi apapun yang Mommy katakan bakal Arven kabulkan," Kata Arven kembali membuat wajah kesal Jasmine kini tergantikan oleh senyuman manis Jasmine membuat Viola ikut tersenyum. "Arven yakin gak mau es krim? Mommy gak mau Arven marah apalagi sedih kalau gak jadi beli es krim. Ya sudah, kita beli es krim saja. Yuk, Mommy antar," Ajak Jasmine membuat Viola hampir bersuara. "Mommy. Arven gak mau es krim lagi, Arven cuman mau Mommy kok." Ucap Arven yang menghentikan langkah kaki Jasmine." Bibi Vio. Arven gak jadi beli es krim, Arven mau beli es krim kalau Mommy juga mau," Kata Arven dengan nada sok dewasanya membuat Viola tersenyum sambil mengusap puncak kepala Arven. "Arven yakin. Gak nyesel?" Tanya Viola lagi membuat Arven sempat terdiam tapi pada akhirnya kembali mengeleng. "Gak. Arven gak nyesel, Arven justru akan nyesel kalau harus kehilangan Mommy," Kata Arven saat ia semakin memeluk tangan Jasmine yang lebih besar dari tangannya membuat Jasmine tersenyum tulus pada pria kecil itu. "Terima kasih. Karena kau sudah mau membantuku," Ungkap Viola tulus." Kalau begitu bibi pergi kerja dulu ya sayang," Pamit Viola saat ia mencium kening Arven." Aku duluan ya," Ucap Viola yang langsung melangkah tetapi langkahnya harus terhenti saat panggilan dari Jasmine pada dirinya. "Aku merasa kakak sedang menyembunyikan sesuatu pada kami? Sebenarnya apa yang tengah kakak sembunyikan. Mungkin aku bisa membantu kakak, meskipun belum tentu bisa membantu tapi setidaknya aku bisa mengulangi beban di pundak kakak," Ungkap Jasmine membuat Viola menoleh. "Untuk yang satu ini aku tidak bisa menceritakannya. Karena aku tidak mau kau mendapaskan masalah yang justru akan membuat kau dalam bahaya Jasmine. Tapi satu pesanku padamu, tolong jaga dirimu dan juga tolong jaga Arven untukku," Ucap Viola membuat Jasmine mengangguk. Meskipun ia tidak tahu apa arti dari permintaan Viola pada dirinya. "Terima kasih, Jasmine. Senang berjumpa denganmu. Aku pergi dulu," Kata Viola sambil melangkah menjauhi Jasmine dan Arven. Arven menatap kepergian Viola dan berlalu menatap Jasmine. "Mommy," Panggilan Arven membuyarkan semua pemikirannya tentang Viola. "Iya. Pangeran kecil Mommy. Ada apa pangeran?" Pertanyaan Jasmine membuat wajah Arven semakin berbinar saat Jasmine memanggil dirinya dengan sebutan 'Pangeran' bayangkan saja, Panggilan itu sama seperti Daddy-nya. Berarti Jasmine memang adalah Mommy yang dikirimkan tuhan untuk dirinya. Senyuman Arven semakin lebar. "Arven Sayang banget sama Mommy. Arven gak sabar tinggal bareng sama Mommy dan Daddy," Ujar Arven tanpa ada niatan menjawab pertanyaan Jasmine. Justru pria kecil itu lebih suka memeluk Jasmine. Suara bel membuat pelukan Arven dan Jasmine terlepas. "Mommy. Sudah waktunya Arven masuk kelas," Kata Arven dengan raut lesunya. "Kok wajah Arven cemberut begitu? Ada apa Sayang? Kan ini memang waktunya Arven sekolah," Kata Jasmine saat ia berlutut di hadapan pria kecil itu. "Arven sedih Mom. Karena waktu Arven sama Mommy itu sudah habis. Arven itu pengen sama Mommy terus. Arven gak mau jauh - jauh dari Mommy," Ungkap Arven. Membuat Jasmine tersenyum manis pada pria kecil itu. "Kata siapa kita akan jauh - jauh. Kan jam istirahat Arven kita masih bisa ketemu. Bisa mengobrol bersama, bisa bermain bersama. Bahkan nih ya, Mommy bakal suapi Arven hari ini soalnya kemarin Mommy gak bisa suapi Arven. Jadi sekarang, Mommy akan menyuapi Arven setiap hari. Pokoknya Mommy akan menunggu Arven hingga pulang sekolah." Ujar Jasmine membuat wajah Arven seketika berbinar dengan lucunya. "Mommy serius? Bakal suapi Arven dan gak akan menolak panggilan Arven lagi kayak kemarin. Janji," Pinta Arven membuat Jasmine mengangguk sambil mencium seluruh wajah pria kecil itu. "Janji. Sekarang pangeran kecil Mommy harus masuk kelas sebelum ibu guru marah sama Arven. Dan ingat nilai Arven harus 100. Oke," Ucap Jasmine. "Oke Mommy. Mommy, Arven ke kelas dulu ya. Dah, Mommy," Sebelum pergi pria kecil itu tak lupa mencuri ciuman di pipi sebelah kiri Jasmine. Membuat Jasmine tersenyum saat melihat kebahagiaan pria kecil itu. "Kini kebahagianmu adalah prioritas utama bagiku. Karena aku tidak mau kau bernasib sama seperti diriku yang hidup tanpa orang tua. Tapi setidaknya kau masih memiliki seorang Daddy yang akan selalu bersamamu. Sedangkan aku akan menjadi seseorang yang akan membuat hari - harimu bahagia," Batin Jasmine dengan senyuman tulusnya. Kini gadis itu memilih duduk di ayunan yang merupakan taman bermain untuk seusia Arven. Sesuai janjinya, ia akan menunggu Arven hingga pria kecil itu keluar dari dalam kelas. Jasmine menatap tas bekal milik Arven yang sempat pria kecil itu titipkan pada dirinya. Tidak sengaja ekor mata Jasmine menatap seorang pria berparas tampan yang baru melintas di depannya. Jasmine menatap setiap langkah kaki pria itu, sampai pria itu memasuki yayasan. Yang merupakan yayasan di sekolah tempat ia mencari ilmu. Wajah Jasmine seketika merona. Wajah gadis itu kini seperti kepiting rebus karena sempat memikirkan sesuatu yang memang membuat ia sangat malu kali ini. "Astaga. Jasmine apa yang kau pikirkan? Astaga. Jangan bilang kau jatuh cinta pada pandangan pertama pada pria dewasa itu? Oh ya ampun." Saking malunya. Gadis itu sampai menutupi wajah merona. Oh astaga, bahkan jantungnya saat ini seakan tengah melompat - lompat di dalam sana. Membuat Jasmine berusaha untuk menghentikan detak jantungnya. "Selamat siang tuan Abiputra. Sungguh suatu kehormatan bagi kami karena anda mau mengunjungi kami," Sambutan kepala yayasan membuat Jasmine menoleh untuk sekedar mengintip. Jantung Jasmine kembali berdetak saat Melihat senyuman singkat dari pria itu. "Astaga. Bahkan senyumnya sangatlah menawan, Oh ya ampun. Apa ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama?" Tanya Jasmine entah pada siapa ia harus bertanya. "Terima kasih. Jangan terlalu berlebihan, kedatangan saya kemari hanya ingin sekedar melihat - lihat saja. Apakah ada yang anda butuhkan lagi? Mungkin ada yang ingin anda tambahkan di sekolah swasta ini?" Tanya pria berparas tampan yang sempat mencuri hati Jasmine. Siapa lagi jika bukan Vino Ardana Abiputra sang pemilik sekolah membuat ia sangat dikenali. Ya, Vino Ardana Abiputra adalah pemilik dari sekolah tempat dimana Arven dan Jasmine bersekolah. "Saya rasa. Tidak ada tuan, saya hanya berniat menambah beberapa teknologi. Seperti komputer dan perlengkapan lainnya, Mari tuan. Biar saya menemani anda untuk berkeliling mumpung tuan ada disini," Ujar kepala yayasan dengan sangat ramah membuat Vino mengangguk sambil ikut melangkah untuk melihat - lihat. Sekilas Vino melewati Jasmine membuat gadis itu memilih menundukkan kepalanya karena terlalu malu untuk menatap seorang Vino. Pria matang yang sangatlah menawan. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD