Tantria masih melamunkan mimpinya semalam soal Anthony. Bahkan setelah diberikan obat dan sedang dirawat sekalipun, ia masih tidak bisa tidur nyenyak. “Nyonya?” tegur Erna yang menunggui Tantria. Tantria tersenyum dan mencoba bangun. Tempat tidurnya ditegakkan 45 derajat agar Tantria bisa bersandar. “Sudah makan, Er?” tanya Tantria dengan lemah lembut. Erna tersenyum lalu mengangguk. “Sudah makan kue tadi, Nyonya. Gak usah mikirin saya. Saya panggilkan perawat agar membawakan sarapan untuk Nyonya ya.” “Apa gak sebaiknya saya perah ASI dulu? Nanti kalau ada yang datang untuk mengambil ASI bisa langsung diberikan. Jayden pasti rewel kalau lapar,” sanggah Tantria. Erna berpikir sejenak lalu tersenyum mengangguk. “Sebentar Nyonya. Saya siapkan alatnya dulu.” Erna lalu membantu Tantria un