“Ada apa?” pekik Grizelle yang tersentak kaget dan nyaris membentur kursi di depannya.
“M-Maaf, Nyonya. Sepertinya saya menabrak seseorang!” ucap sang sopir yang membawa Grizelle.
“Kamu ini bagaimana sih?! Kamu gak liat ada orang yang menyeberang?” Grizelle balik memarahi sopirnya.
“Maaf, Nyonya. Saya benar-benar tidak lihat. Gadis itu langsung muncul tiba-tiba.”
“Ya, sudah turun dan cek sana!”
Sopir itu mengangguk cepat dan bergegas turun. Grizelle begitu kesal, padahal ia sedang melamun dan mengira-ngira salah satu temannya yang bisa menjadi istri kedua Anthony. Grizelle bahkan masih membuka-buka majalah sambil separuh merenung sampai ia kaget tersentak gara-gara rem mendadak.
“Aduh, kamu tidak apa-apa? Bagaimana sih menyeberang tidak lihat-lihat?” Tantri balik dimarahi oleh sopir mobil yang nyaris menabraknya.
“Maaf, Pak. Mataharinya sangat silau, saya gak lihat.” Tantria berujar dengan suara lembutnya yang nyaris hilang. Ia sangat berkeringat lalu perlahan berdiri dari aspal.
“Ah, bisa dipecat saya ini gara-gara saya nabrak kamu, tapi kamu gak apa-apa, ‘kan?” Sopir itu menekankan suara untuk memastikan sekaligus mengintimidasi. Tantria yang polos merasa agak segan, ia pun hanya mengangguk saja.
“Ya sudah. Makanya, kalau mau jalan itu di pinggir! Merepotkan saja.” Sopir itu kembali mengomel. Sedangkan Tantria melihat di sekelilingnya. Kue-kuenya sudah hancur dan berserakan. Sudah tidak mungkin dijual lagi.
“Duh, kue-kueku,” ucap Tantria melirih sedih. Ia kembali berjongkok mengambil baskom untuk memungut kue-kue tersebut. Sedang memungut, di sampingnya berdiri seorang wanita. Dari sepatu hak tinggi berwarna merah, mata Tantria naik menengadah ke atas.
“Apa kamu terluka?” tanya Grizelle pada Tantria.
Gadis itu pun berdiri lagi dan mengangguk dengan sopan. Tinggi Tantria hanya sampai sedada Grizelle yang tinggi dan sangat cantik di matanya. Bagaikan mawar berdampingan dengan kecombrang, begitulah perbedaan yang mencolok dari keduanya.
“Saya baik-baik saja, Nyonya,” jawab Tantria pelan dan lembut.
“Tapi sepertinya lutut kamu berdarah.”
Tantria menunduk dan menarik sedikit gaunnya di bawah lutut. Ia tidak sadar jika lutut tergores aspal saat jatuh tadi.
“Tidak apa-apa, Nyonya.”
“Nama kamu siapa?” Grizelle makin intens bertanya.
“Tantria,” jawab Tantria pelan.
Grizelle tersenyum lalu mengangguk. Ia melihat kue-kue berserakan di jalan. Bagaimanapun Grizella harus bertanggung jawab, meski sopirnya yang menyebabkan kecerobohan.
“Aku antar kamu ke klinik ya, biar kita obati luka kamu.”
Tantria langsung menggeleng tak enak pada penawaran Grizelle.
“Tidak apa-apa, Nyonya.”
“Aku tetap harus bertanggung jawab. Ayo!”
Tantria separuh dipaksa untuk ikut masuk ke mobil. Ia pun memungut baskom dan tampah membawanya masuk ke dalam mobil mewah yang dingin dan nyaman. Tantria tertegun dengan kebaikan hati Grizelle, sedangkan Grizelle merasa tertarik pada gadis itu.
Selesai membawa Tantria ke klinik, Grizelle mengajak gadis itu makan di sebuah restoran yang ada di dekat klinik. Tantria tidak pernah mendapatkan perlakukan seperti yang dilakukan Grizelle yang menurutnya adalah wanita baik.
“Apa kamu cuma bekerja menjual kue saja? Kamu tidak kuliah atau bekerja di mana?”
“Saya tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah, Nyonya. Mau bekerja juga sulit mendapatkan pekerjaan. Makanya, saya berjualan kue keliling untuk membantu Ibu saya.” Tantria menumpuk kedua telapak tangan di atas pangkuan di bawah meja tempat mereka berhadapan untuk makan siang.
“Memangnya Ibu kamu kenapa?”
“Ibu saya sakit dan tidak ada yang menjaga.” Grizelle mengangguk pelan.
“Terus Ayah kamu?”
Tantria sedikit menundukkan kepalanya. “Sudah meninggal, Nyonya.”
“Hhmm, begini saja. Sebenarnya aku punya penawaran untuk kamu, tapi itu juga kalau kamu mau.”
“Penawaran apa, Nyonya?”
Grizelle tersenyum lalu melipat kakinya dengan elegan.
“Saya rela bekerja apa saja, Nyonya. Ibu saya sedang sakit dan membutuhkan banyak biaya ....” Tantria langsung diam, gadis itu nyaris mengatakan jika dirinya sedang hamil.
“Iya, aku mengerti. Itu sebabnya, aku menawarkan ini sama kamu. Itu juga kalau kamu mau,” sahut Grizelle.
Tantria langsung mengangguk, mengiyakan tawaran itu meski ia tidak tahu apa yang sebenarnya akan ditawarkan.
“Kamu yakin?” Grizelle bertanya lagi.
“Iya, Nyonya.” Ia sudah nyaris putus asa mencari uang dan Tantria tidak akan menyia-nyiakan kesempatan apa pun yang datang padanya.
“Aku sedang mencari seorang gadis yang mau melahirkan anak laki-laki dari suamiku. Apa kamu bersedia?” tanya Grizelle membuat Tantria terperangah.
“Apa?” Tantria nyaris tak bisa bicara.
“Iya, kalau kamu bersedia menjadi istri kedua dan melahirkan anak laki-laki, kamu akan kuberikan uang lima juta.” Jantung Tantria makin berdegup kencang. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain.
“Kamu bisa menggunakan uang itu untuk biaya berobat ibu kamu. Itu uang yang banyak.” Grizelle kembali meyakinkan. Tantria tahu jika uang lima juta saat ini adalah jumlah yang banyak. Awal tahun 90an lebih banyak orang-orang yang hidup dengan uang seadanya.
“Bagaimana?”
Tantria menarik napas yang sesak di dadanya. Pilihan apa yang gadis miskin sepertinya miliki saat ini? Ia hamil di luar nikah dan Frans tidak mau bertanggung jawab. Frans akan segera menikah dengan gadis lain sedangkan dirinya akan melahirkan anak haram yang akan menjadi cemoohan orang lain.
“Tapi ....” Tantria ragu apa ia harus menyembunyikan kehamilannya. Jika ia bicara, maka Grizelle pasti akan mencari gadis lain. Tantria pun mengangguk separuh sadar. Ia harus menelan mentah-mentah pahit getirnya hidup sebagai yatim dengan seorang ibu sakit-sakitan.
“Baik, nanti aku akan memperkenalkan kamu ke suamiku, tapi kamu harus tahu Tantria, posisi kamu itu tidak sama denganku. Tugasmu hanya melahirkan anak untuk suamiku agar dia bisa menjadi penerus keluarga kami. Jadi dengan kata lain, anak kamu adalah milik kami nantinya.”
Tantria tertegun mendengar penjelasan itu. Ia pun mengangguk seraya menunduk.
***
Di tempat berbeda, Anthony menyambangi Frans Walinka memintanya untuk bertanggung jawab pada Tantria. Ia mengakui jika mendengar percakapan keduanya.
“Buat apa sih kamu urusin anak itu? Biarin sajalah. Dia pun gak mencari aku lagi!” kilah Frans sambil membereskan pakaiannya.
“Jangan jadi pengecut, Frans. Kan aku sudah bilang, jangan cewek itu! Dia baru tamat sekolah!” sahut Anthony mulai menaikkan suaranya. Sesungguhnya ia begitu kesal pada Frans yang terus mengelak. Frans malah mengibaskan tangannya ke udara.
“Siapa yang suruh? Aku gak memaksa kok!”
“Iya, tapi kan dia gak tahu apa-apa!”
“Ah, anak jaman sekarang itu, malu-malu, tapi mau!”
Anthony yang marah langsung menarik kerah pakaian Frans. “Jadi, kamu beneran gak mau tanggung jawab?”
“Kamu kenapa sih? Kenapa kamu marah? Dia kan bukan adik kamu!”
“Kalau Tantria itu adikku, sudah kubunuh kamu!” ancam Anthony menyentak kasar Frans yang terlihat ketakutan.
“Aku benar-benar kecewa, Frans! Kamu menjebak seorang gadis gak berdosa untuk tidur sama kamu dan kamu hamili dia. Sementara kamu gak mau tanggung jawab. Jangan sampai kamu menyalahkan takdir, kalau karma buruk akan datang sama kamu!” tunjuk Anthony begitu marah pada Frans. Percuma bicara pada pria itu. Bagi Anthony, Frans tidak lebih dari sekedar pengecut.
Anthony pun pergi dari rumah Frans satu hari menjelang pernikahannya. Setelah menikah, Frans akan berbulan madu di luar negeri. Frans adalah anak pengusaha sama seperti Anthony. Bedanya Anthony ikut membesarkan perusahaan keluarganya sedangkan Frans hanya sering bersenang-senang saja.
***
Hari pernikahan sahabatnya itu, Anthony memilih bekerja dan tidak mau menghadirinya. Ia sudah dihubungi oleh Grizelle yang berencana mengenalkannya pada calon pengantin keduanya hari ini di kantor.
Saat calon istri keduanya masuk bersama Grizelle, Anthony sedang di meja kerjanya.
“Qin!” panggil Grizelle menghampiri Anthony yang tersenyum lalu memeluk dan menciumnya seperti biasa.
Gadis itu bahkan tidak berani melihat siapa pria yang hendak dikenalkan padanya. Ia hanya menunduk dan melihat sepasang sepatu pantofel mahal yang tiba-tiba berada di depannya. Ketika Grizelle memintanya untuk mengangkat wajah, Tantri yang bertubuh mungil menaikkan perlahan matanya.
“Tantria, kenalkan ... ini suamiku, Anthony Lin.”
Anthony kaget saat Grizelle menyebut nama Tantria. Demikian pula dengan Tantria yang terkejutnya melihat Anthony ternyata adalah pria yang akan menjadi suaminya.