Alex masih menatap Nara dengan mata tajamnya yang selalu berubah menjadi sorot nan lembut ketika memandang Nara. Dia menunggu dengan sabar, kata-kata yang akan diucapkan oleh Nara, gadis yang merupakan penolongnya . Wanita yang selalu berhasil membuat hatinya tenang bila memandangnya. Ada perasaan damai, saat Alex berdekatan dengan Nara. Perasaan yang sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata.
“Lex, aku ingin menerima cintamu tanpa ragu, bahkan kalau bisa, aku ingin segera menikah denganmu, karena aku ingin mewujudkan keinginan papaku. Almarhum papaku bilang, yang paling dia inginkan adalah melihatku menikah, tapi itu tidak bisa aku lakukan karena tidak ada seorang lelakipun yang berhasil membuat hatiku berdebar, jadi saat papaku di rumah sakit, aku berjanji pada papa, kalau aku akan segera menikah bila menemukan seorang laki-laki yang bisa membuat jantungku berdebar tanpa henti. Dan laki-laki itu kamu. Tapi keadaanmu sekarang yang lupa siapa dirimu, membuatku takut.” Kata Nara sambil memegang tangan Alex yang masih menatapnya dan meremas tangannya lembut sambil berkata “ Aku mengerti Nara. Aku sangat mengerti. Tapi kalau kita segera menikah aku juga tidak mau. Saat ini aku tidak bisa memberimu apa-apa.”
“ Itu tidak usah kamu pusingkan. Aku menikah bukan untuk mengharapkan suamiku bisa memberiku apa-apa. Aku sudah memiliki semuanya. Aku menikah karena ingin dicintai , mencari teman hidup yang bisa mengerti dan menyayangi aku . Jadi masalah bisa memberiku apa-apa tidak usah kamu pikirkan kalau jadi suamiku. Aku hanya ingin memastikan dulu,kamu itu sudah beristri atau belum, itu concernku yang paling utama. Gimana kalau kita beri waktu satu tahun, kalau dalam satu tahun, pihak interpol tidak ada kabar mengenai dirimu dan di Malaysia juga tidak ada laporan orang hilang dengan ciri-ciri seperti dirimu. Kita baru akan menikah . Jadi sekarang ini kita anggap hubungan kita sebagai orang yang pacaran saja, pacaran kan bisa putus kalau seandainya kamu ini sudah beristri.” Kata Nara memutuskan dengan suaranya yang tegas
“ Yah.. memang mauku seperti itu juga. Aku nggak tahu kamu mau langsung menikah?” Kata Alex mengoda Nara
“ Bukan seperti itu Alex. Kami ini tinggal di Aceh, jadi aku harus menghormati kebiasaan orang-orang di sini. Tidak baik, lelaki dan perempuan yang belum menikah tinggal bersama. Meskipun pulau kami adalah bagian dari Pulau Rubiah, yang lebih bebas, satu-satunya Pulau di Aceh ini yang memperbolehkan turis berenang memakai bikini. Kalau di luar Pulau Rubiah, semua perempuan harus berpakaian tertutup. Tapi kita harus tetap harus menghormati kebiasaan tempat tinggal kita, jangan kebablasan. Aku tidak ingin, apa yang dipupuk papaku dengan susah payah, dan bagaimana papaku dihormati meskipun keluarganya adalah pendatang dan bukan orang Aceh asli , menjadi rusak di tanganku.” Kata Nara menjelaskan kepada Alex, kebiasaan masyarakat Aceh yang memegang teguh nilai-nilai keagamaan mereka.
Alex mengangguk mengerti “ Oh.. jadi hanya di Pulau Rubiah, turis -turis bisa berpakaian minim, kalau di luar pulau itu, di Kota Sabang misalnya, nggak boleh berpakaian minim?”
Nara mengangguk “ Iya tidak boleh, semua harus memakai pakaian tertutup, pengecualian hanya boleh di Pulau Rubiah, karena pulau itu ditetapkan sebagai destinasi wisata international. Bahkan pulau Rubiah dikenal dengan nama Pulau Bikini. Pulau Nara itu adalah sebahagian kecil pecahan dari pulau Rubiah, jadi saat di Pulau Nara, kamu bisa melihatku bekerja dengan celana pendek, karena lebih nyaman, tapi kalau aku ke Sabang, pasti aku akan menutup celana pendekku dengan rok panjang.” Kata Nara
“ Pantesan kamu punya rok panjang di speed boatmu. Aku pikir, kamu memang harus pakai rok kalau ketemu dengan orang di Kota Sabang.” Kata Alex mengangguk mengerti lalu dia melanjutkan.
“ Nara, karena sekarang aku uda jadi pacarmu, dan kamu nggak nyaman kalau aku tinggal di Villa bersamamu dan ibu, gimana kalau aku pindah ke mess karyawan dekat coldstorage?” Tanya Alex sambil mengenggam erat tangan Nara.
Nara tersenyum dan mengangguk setuju, keputusan Alex pindah dari kamar tamu di villa mereka karena statusnya bukan lagi sebagai tamu yang ditolong oleh Nara melainkan akan menjadi pacar Nara selama setahun ini, memang sudah tepat, biar nggak timbul desas desus tentang hubungan mereka yang belum menikah tapi sudah tinggal serumah. “ Terimakasih ya Lex, sudah mau mengerti.”
Alex menggelengkan kepalanya “ Nggak usah terimakasih , Nara. Katamu sebagai pendatang, kita harus menghormati kebiasaan di tempat kita tinggal. Aku ini kan pendatang, yang ingin menjadi pacar pemilik pulau, jadi aku harus menghormati kebiasaan tempatku tinggal , agar pacarku tidak sulit menempatkan diri. Sesampai di pulau, aku akan segera memindahkan baju-bajuku ke mess karyawan. Masih ada yang kosong kan?”
“ Ada, masih ada satu yang kosong, kamar paling ujung di lantai dua.”
“Okay. Aku senang sekali Nara. Aku bahagia sekali. Terimakasih ya Nara, sudah bersedia, menjadi pacarku.” Kata Alex kembali mengecup bibir Nara. Nara membalas kecupannya sekilas dan berkata
“ Lex, sesampai di Pulau tolong jangan kecup-kecup aku ya. Aku ini pimpinan di sana. Hubungan kita tetap harus professional selama jam kerja. Kalau lewat jam kerja, kamu baru boleh memanggilku Nara, kalau di luar jam kerja, tolong panggil aku , Ibu Nara . Aku juga begitu dengan Ananta yang sudah menjadi temanku sejak aku kecil.”
“ Oh. Ananta itu teman masa kecilmu?”
Nara mengangguk.
“ Aku mengerti. Aku pasti akan menuruti semua perintahmu. Tapi sekarang ini, bolehkah aku minta cium lagi, sebelum kita sampai di Pulau. Mumpung ngak ada siapa-siapa di sini hanya ada Pak Nahkoda yang sedang sibuk mengemudikan kapal dan Ananta juga sedang tidur di dek bawah.” Tanya Alex sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Nara.
Nara mengangguk dan mendekatkan bibirnya ke bibir Alex yang segera menyambutnya dengan ciuman lembutnya, mereka saling menyesap, saling bertukar rasa dan menautkan lidah.
“ Hmm.. Lex, you are really a good kisser.” Desah Nara ketika Alex mencium lehernya
“Oh ya? Kamu suka ciumanku?” Gumam Alex, sambil kembali mencari bibir tipis Nara
Ciuman itupun berlanjut , tangan mereka saling membelai penuh perasaan.
“ I Love you Nara.”
“Hmmmm” Nara hanya bergumam, tidak mau membalas perkataan Alex dengan kata-kata cinta yang sama, meskipun dia menyadari kalau hatinya telah jatuh cinta kepada pria ini sejak pertama kali menyelamatkannya dari laut. Lelaki yang telah membuat jantungnya berdebar tak henti. Lelaki ganteng dengan tatapan mata setajam elang yang langsung berubah menjadi lembut, bila dia menatap Nara, lelaki yang telah berhasil memporak-porandakan hati Nara yang keras sedemikian cepat dengan semua charisma yang dimilikinya, meskipun dia tidak ingat tentang siapa dirinya. Cinta memang sungguh aneh.
Tiba-tiba terdengar suara mengeram penuh kemarahan terdengar di belakang mereka berdua yang segera melepas ciuman panas yang sedang terjalin di bibir mereka.
Nara membalikkan badannya ke arah suara dan terkejut melihat seseorang yang sedang menatap mereka berdua dengan mata merah bersorot penuh amarah. Dan mata merah penuh amarah itu adalah mata milik …..