15.Killer Mother

1326 Words
Kenric menghentikan mobilnya tepat di depan rumahnya. Ia berjalan masuk kedalam rumah dan melesat cepat kekamar putranya. Ia tidak tahu apa yang terjadi disana. Tapi ia bisa melihat bercak darah berceceran di lantai dan kasur membuatnya menatap ruangan itu aneh. Ia berjalan ke setiap tetesan darah yang berada di kamar tersebut. Tapi Kenric tidak menemukan apapun disana. Ia berjalan menyisiri setiap sudut kamar tapi tidak menemukan apapun. Ia mengusap wajahnya lelah lalu keluar dari kamar itu karena tidak menemukan apapun. Ia keluar dari rumahnya hendak menuju rumah sakit kembali, tapi ia terkejut saat Reagan berdiri didepan rumahnya. Pria muda tetangga Kenric itu terlihat khawatir menatap kearah Kenric. "Apa yang terjadi dengan Sean?" Reagan mendekati Kenric yang berdiri di depan rumahnya. "Entahlah, aku tidak tahu. Dia terluka saat Zwetta menemukannya!" jawab Kenric dengan raut sedih. Reagan menatap Kenric dengan tatapan bingung. "Terluka?" tanya Reagan mengerutkan dahinya, ia merasa terkejut dengan ucapan Kenric. "Ya, dia terluka di bagian jari kelingkingnya, dan keterangan Dokter mengatakan, itu seperti di potong dengan benda yang tajam!" ucap Kenric membuat Reagan yang mendengarnya sedikit terkejut. Pria itu menatap Kenric dengan dahi berkerut penasaran. "Mengapa bisa seperti itu? Apa yang terjadi dengan jarinya?" Reagan menatap Kenric yang menggeleng lemah menatapnya. "Entahlah, dan aku kembali berniat mencari jari itu, tapi tidak ada!" jawab Kenric lagi dengan wajah sedih. Reagan mendekati pria itu lalu menepuk pundaknya mencoba menguatkan. "Sudahlah, temani saja putramu! Dia lebih membutuhkan dirimu disana!" jawab Reagan mengingatkan Kenric. Ia merasa mempunyai feeling yang tidak baik terhadap anak kecil itu. Reagan menatap Kenric yang tengah menunduk sedih di hadapannya. "Aku dengar, adikmu menghilang. Apa adikmu sudah ada kabar?" Kenric kembali bertanya membuat Reagan kembali mengingat adik perempuannya. Reagan menghela nafas lalu menggeleng lemah. "Belum ada, aku merasa menyesal saat meninggalkannya dan tertidur!" Reagan menunduk sedih mengingat Asley adiknya hingga detik ini tidak juga menemukan titik terang. Ia menghela nafasnya mencoba tersenyum di hadapan Kenric. "Pergilah, Sean pasti senang kamu ada disana!" ucap Reagan membuat Kenric mengangguk. Pria yang lebih tua darinya itu terlihat berjalan meninggalkan Reagan. Kenric menghidupkan mobilnya lalu berjalan meninggalkan Reagan yang masih menatap kepergiannya. Reagan menjauhi rumah Zwetta, ia menatap bangunan di hadapannya. Entah mengapa setelah kehilangan Asley, Reagan malah jarang bermimpi membuatnya semangkin sedih. Ia berjalan menjauhi rumah Zwetta, kembali pulang kerumahnya menemani Iris yang semangkin sedih karena Asley tidak ada kabar sampai satu pekan lebih. Reagan menghela nafasnya kasar lalu masuk kedalam rumah, melihat Iris sedang menonton televisi tapi tidak menontonnya. Ia malah menatap kosong kearah televisi di hadapannya membuat Reagan berjalan mendekati Iris. Reagan meraih remote tv yang tidak jauh dari meja sofa lalu mematikan tv tersebut. Iris tetap bergeming, ia tidak tahu jika Reagan berada dekat dengannya. Reagan menepuk pundak Iris membuatnya menatap Reagan yang berada di dekatnya. Iris semangkin kurus dan jarang tertidur memikirkan Asley yang tidak kunjung ketemu. Ia menatap Reagan sayu lalu memandang kearah lain lagi membuat Reagan tersenyum kecut. "Tidurlah, jangan seperti ini! Aku juga tidak ingin kehilangan dirimu!" ucap Reagan mengingatkan jika Iris masih memiliki dirinya. Reagan menatap Iris yang terlihat menangis membuatnya memeluk Iris yang merasa terguncang. Reagan mengusap lembut punggung Iris. Jika seperti ini terus Iris akan jatuh sakit dan membuat Reagan semangkin kesusahan. "Maafkan aku merepotkanmu!" ucap Iris membuat Reagan menggeleng di hadapan Iris. "Tidak, kau tidak merepotkan ku! Aku juga tahu, bagaimana perasaan mu. Aku juga kehilangan Asley, dia adikku yang paling aku sayangi!" Iris semangkin sedih ia menangis memikirkan nasib putrinya yang entah dimana. Reagan membawa Iris masuk kedalam kamarnya membaringkan wanita itu di atas ranjang. Reagan membantu menyelimuti Iris membuatnya agar lebih tenang. Reagan meninggalkan Iris saat melihat wanita itu sudah lebih tenang. Ia keluar perlahan lahan menutup pintu kamar Iris lalu berjalan masuk kekamarnya. Setiap merenung sendiri, ia selalu teringat tentang adiknya yang selalu merecoki Reagan. Ia menghela nafasnya lalu menatap foto Asley yang berada di gendongannya. Saat mereka sedang melakukan camping bersama keluarganya di sebuah danau memancing bersama lalu memanggang ikan dengan api unggun. Reagan mengusap wajahnya ia sedih ia marah jika sampai detik ini ia masih belum juga bisa menemukan adiknya Asley. *** Zwetta duduk diam disamping Sean yang masih belum sadarkan diri. Ia tersenyum sinis menatap putra bungsunya, lalu mengeluarkan jari kelingking Sean dari sakunya dan tertawa pelan di hadapan Sean yang tertidur dengan selang oksigen di hidungnya. Ia merasa puas mempermainkan orang-orang yang berada di dekatnya saat ini. Kenric bahkan pergi mencari kelingking itu, tidak tahu kah dia jika kelingking itu bersama Zwetta istrinya. Tentu tidak, karena Zwetta ahli dalam menyembunyikan rahasia. Suaminya bahkan tidak tahu siapa dirinya yang sesungguhnya. Zwetta meraih tangan Sean yang terbungkus perban di tangannya menekan nya kuat membuat Sean yang sedang terlelap dari sadarnya mengerjabkan mata. Zwetta tersenyum sinis lalu meraih tangan Sean yang terluka akibat potongan jarinya. Sean meringis sakit dalam sadarnya lalu menatap Zwetta yang terlihat sedang duduk disampingnya. Sean langsung menangis takut menatap Zwetta yang tersenyum kearahnya. "Ada apa Sean? Apa ini sakit?" Zwetta menekan luka potongan di tangan Sean membuat Sean menangis sesegukkan tanpa mengeluarkan suara. Anak itu baru saja sadar dan kembali merasakan sakit di lukanya. Ia menatap Zwetta takut takut karena wanita itu tidak seperti ibunya yang diam dan lembut. Luka di tangan Sean terlihat memerah mengeluarkan darah, membuat perban putih di bagian tangannya menjadi merah kecoklatan bercampur obat. Sean menangis sambil memejamkan matanya. Ia tidak bisa bergerak dan takut karena selang infus yang terpasang pada lengannya. Sean terus menangis membuat Zwetta semangkin tertawa. Entah mengapa ia malah menyukai Sean yang menangis sesegukkan dihadapannya. Zwetta terus mempermainkan hal itu hingga pintu ruangan kamar Sean terbuka menunjukkan Kenric yang berada disana. Ia langsung memasang wajah sedih dihadapan suaminya, Kenric berjalan cepat mendekati putranya yang terlihat menangis. "Ada apa Boy? Kenapa menangis?" Kenric mengusap lembut kepala putranya membuat Sean menangis semangkin takut. Ia menatap ayahnya dan Zwetta bergantian seolah ingin memberitahukan pada ayahnya dari tatapan matanya bahwa ia takut pada ibunya. Kenric duduk di samping Sean juga sambil menggenggam tangan Sean yang terluka. "Katakan pada Ayah, apa yang terjadi?" tanya Kenric membuat Sean hanya menangis sesenggukan. Pria itu memandang putranya yang terus menangis. "Ada apa Sean, katakanlah! Ayah tidak tahu jika kamu terus menangis tanpa menjawab ucapan Ayah!" Sean mengangkat tangannya yang di perban menunjukkan lukanya. Kenric mengerutkan dahinya memandang perban itu sudah memerah karena darah yang keluar dari lukanya. "Zwetta apa ini? Kenapa tangan Sean berdarah?" tanya Kenric menatap istrinya dengan tatapan marah. Zwetta berpura pura terkejut lalu menatap luka di tangan Sean. "Astaga Sean, Mama tidak tahu Nak, cepat Ken, panggilkan Dokter!" teriak Zwetta berubah menjadi panik. Ia bereaksi layaknya ibu yang khawatir pada kesehatan anaknya. Kenric berjalan keluar memanggil dokter. Sedangkan Sean kembali berdua dengan Zwetta. Zwetta langsung mendekati wajah Sean, mencengkram wajah putranya kuat dengan satu tangannya dengan tangan yang lain menekan luka Sean membuat anak itu semangkin histeris. "Jika kau mengatakan pada semua orang, apa yang kau lihat dan terjadi padamu! Aku pastikan kau tidak bisa lagi melihat mentari di esok hari!" ucap Zwetta sambil membisikkan ucapannya. Seseorang membuka pintu kamar ruangan Sean membuat Zwetta kembali bersikap manis mengusap kepala Sean lembut. Dokter datang bersama perawatnya membawa perban dan keperluan lainnya. Zwetta tersenyum puas dengan apa yang ia lakukan. Ia menjauhi Sean sambil menangis sesegukkan memeluk Kenric suaminya bertingkah seperti ibu yang benar benar takut putranya sakit. Kenric mengusap Zwetta mencoba menenangkan istrinya yang terlihat kacau. Ia tampak tidak baik baik saja, karena keadaan putranya. Zwetta berakting dengan sangat sempurna, merasa paling sedih karena sang putra dalam keadaan terbaring lemah. Kenric memandang dokter yang masih cekatan mengobati putranya sambil menenangkan istrinya yang terlihat menangis, tapi tersenyum sinis didalam pelukan Kenric. _____________________________ Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya Dan follow akun Author ya? ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love ~Dua Cincin ~Cinta Tak Bersyarat Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD