10.Killer Mother

1449 Words
Asley membuka matanya secara perlahan membuat ia bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya. Asley merasakan sakit yang tidak bisa ia ungkapkan karena jari jari tangannya sudah benar benar abis terpotong oleh wanita yang dekat dengan mereka selama ini. Asley menangis merintih merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Bibirnya pucat dan pecah pecah menandakan Asley dalam keadaan yang tidak baik baik saja. Asley tidak bisa bergerak karena kaki dan tangannya diikat oleh rantai yang terlihat menyatu dengan meja panjang yang berada disana dan sebagai tempat berbaring dirinya. Asley merintih meminta tolong, ia memperhatikan seluruh ruangan itu uang tidak memiliki pentilasi sama sekali. Hanya cahaya lampu sebagai penerang ruangan itu entah itu malam ataupun siang. Asley mendengar seseorang masuk kedalam ruangan itu ia merintih tidak bisa bergerak. Darah di tangannya terlihat mengering membuat sakit yang ia rasakan sampai keubun ubun. Asley melirik wanita di hadapannya dengan gerakan bola matanya karena menggerakkan tubuhnya sedikit saja sudah membuatnya merasakan sakit yang membuatnya ingin memilih kematian saja. "Hai Asley, apa kau lapar?" tanya wanita itu saat kembali mendekati Asley. Asley hanya menggerakkan matanya kekanan dan kekiri seperti takut melihat kedatangan wanita yang berada di hadapannya ini. "Bi ... Bi bebaskan aku, A ... ku mohon Bi!" rintih Asley dengan susah merespon dan hanya membuka matanya sayu memperhatikan wanita itu setiap langkahnya. Wanita itu hanya terkekeh mencengkram kuat mulut Asley. "Kenapa? Apa Asley takut?" Zwetta menekan luka tangan Asley membuatnya merintih kesakitan karena perbuatan wanita itu. "Akhhg, aaa!" Asley teriak karena rasa sakit yang wanita itu lakukan. "Hahahaha, menyenangkan bukan? Kamu yang sakitt, aku yang tertawa!" wanita itu mengusap ujung matanya karena telah lama tertawa dan membuat ia menitikkan air matanya. "Sungguh menyenangkan!" wanita itu menatap Asley yang terlihat kacau. Wajah penuh keringat, rambut berantakan, serta bibir pucat dan pecah pecah. "Ingin minum?" tawar wanita itu menatap Asley dengan tatapan mengejek. Asley hanya menatap dengan linangan air mata tidak merespon sama sekali. "Asleyy, apa kau ingin pulang?" bisik wanita itu mendekati Asley sambil membawa sebuah besi panjang yang memiliki ujung yang runcing tajam. Ia membelai wajah Asley pundaknya serta lengan gadis kecil itu dengan menempelkan besi panjang itu. Asley hanya bisa menangis dan memejamkan matanya melihat perlakuan wanita dihadapannya ini. "Kau tahu? Aku benci Kau selalu mengganggu anak ku!" wanita itu menggoreskan besi tajam itu di pipi Asley membuat darah segar keluar dari pipinya yang tampak sudah pucat seperti mayat tidak bernyawa. "Wahh, sungguh indah, warnanya begitu pekat dan harum, aku menyukai ini. Dimana aku bisa mencium darah segar yang membuat nafsu makanku menjadi meningkat!" wanita itu menjilat besi yang berlumuran darah Asley. Ia benar benar menikmati darah itu, Asley hanya melirik wanita itu dengan tatapan takut. Ia tidak mengerti mengapa wanita yang biasa ia temui dan ia panggil bibi bersikap aneh seperti ini. Bulir air mata Asley jatuh mengalir pasrah merasakan sakit yang ia rasakan hingga maut menjemputnya. Ia merindukan ibunya, Ia merindukan kakak laki lakinya, dan ia merindukan ayahnya. Wanita itu kembali menurunkan besi tajam itu terus turun dan mendekati leher Asley yang terlihat bernafas dengan lemah. "Hahahaha, Aku menyukai hal seperti ini,wangi darah segar, membuatku ingin memakan mu saat ini juga!" bisik wanita itu di telinga Asley dan berakhir tertawa. Asley tidak bisa lagi mendengar apa yang wanita itu katakan saat wanita itu menikam leher Asley dengan besi tajam memutus pernafasan Asley dan berakhir dengan Asley meninggalkan dunia yang penuh kekejaman ini. wanita itu menarik besi tajam itu lalu mencium wangi segar darah yang menetes deras dari leher Asley. Ia tersenyum bahagia lalu menjilat darah yang tampak mengalir deras dari leher Asley dengan semangat dan tanpa rasa jijik sedikitpun. *** Reagan tampak mengusap lembut punggung ibunya yang bergetar karena menangis akibat kehilangan Asley. Reagan terduduk lemah di lantai berdekatan dengan kedua orang tuanya. Robert langsung kembali pulang saat merek mengabarkan kalau Asley menghilang dan tidak di temukan. Setelah melakukan penyelidikan di rumah sakit dan tidak menemukan kemana seseorang itu membawa Asley pergi. Mereka memutuskan untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib. Reagan mengusap wajahnya kasar karena rasa menyesal yang tidak pernah hilang dari pikirannya. Ia terus berpikir jika ia tidak tidur semua ini sudah pasti tidak akan terjadi. Ketukan pintu rumahnya membuat Reagan dan ayahnya saling memandang. Reagan bangkit dan membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Reagan membuka pintu rumahnya dan menunjukkan Rose dan suaminya serta Bibi Zwetta yang juga tampak menunggu diluar. Reagan membuka pintunya lebar membuat Rose dan suaminya serta Zwetta dengan anak anaknya juga ikut masuk kedalam rumah melihat Iris yang menangis histeris karena kehilangan Asley. "Apa kami boleh melihat Iris?" tanya Rose dengan wajah sungkan menatap Reagan yang terlihat mempersilahkan mereka masuk kerumah Reagan. Rose mendekati Iris yang terlihat masih bergetar menangis. "Iris tenanglah!" wanita itu mengusap lembut punggung Rose yang bergetar. Wanita itu terus menangis membuat mereka semua disana merasa kasihan. "Dia mengambil putriku!" teriaknya pada orang orang disana. Zwetta nenek Loye dan Rose tampak terkejut dengan ucapan Iris. "Siapa dia? Siapa yang mengambil putrimu?" Rose bertanya kepada Iris yang terus menangis di hadapan mereka. "Wanita itu, wanita itu mengambil putriku!" teriaknya sambil menangis histeris. Robert terus menenangkan istrinya yang kacau karena kehilangan putri semata wayangnya. "Wanita? Dia seorang wanita?" tanya Rose lagi dengan nada dalam menatap Iris yang berada di pelukan Robert. Tidak ada yang menjawab hanya tangisan Iris yang terus mengisi ruangan itu. Zwetta dan anaknya hanya berdiam diri menatap Iris yang terus menangis. "Mama, apa Asley di culik?" tanya Sean kepada ibunya yang langsung menunduk menatap putranya. Ia tersenyum mengusap pipi Sean yang terlihat sedang menanti jawaban ibunya. "Entahlah, seseorang mengambilnya dari Bibi Iris!" jelas Zwetta kepada putranya membuat anak berusia tujuh tahun itu mengangguk. Zwetta menatap iba kearah Iris karena wanita itu terus menangis. "Apa dia akan kembali lagi?" tanya Sean lagi kepada ibunya. Zwetta menatap putranya dengan wajah datar lalu tersenyum "Tidak sayang, dia tidak akan kembali lagi!" jawab Zwetta sembari memperhatikan Iris yang terus menangis pilu. Reagan meninggalkan ruangan itu yang semangkin membuatnya pusing. Ia pergi naik keatas kamarnya berniat mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. *** Reagan berjalan di halaman kampus setelah meletakkan sepedanya. Ia benar benar tidak bersemangat menghadapi kelas nya. Mengingat Asley tidak kunjung ditemukan, setelah melakukan pencarian Asley tetap tidak mendapatkan kabar. Seperti ditelan bumi, nasib Asley sama seperti Cloe yang juga menghilang tidak ada kabar dan tidak ditemukan. Reagan mengusap wajahnya kasar bimbang dengan keadaannya. Ia juga tidak merasakan keberadaan Asley membuatnya bingung harus mencari dimana Asley berada. Reagan merasakan tepukan pada lengannya membuat ia menoleh kesamping dan mendapati Delwyn sudah berada dekat dengannya dengan senyuman khas di wajahnya. Pria bertubuh gempal itu pasti akan merecoki Reagan saja membuat Reagan mempercepat langkahnya. "Heyy, kau mau kabur?" Delwyn menarik tangan Reagan yang tampak memutar bola matanya malas. Reagan menghela nafasnya menatap Delwyn jengah. "Ada apa Delwyn? Jangan menggangguku, aku sedang pusing dan tidak ingin di ganggu!" jelas Reagan membuat Delwyn menghela nafasnya. Reagan melanjutkan jalannya meninggalkan Delwyn yang tertinggal di belakangnya. "Kau selalu saja seperti ini Rea, aku teman mu. Mengapa kau selalu mengacuhkan aku!" jawabnya sedikit kecewa. Reagan memandang pria di sampingnya lalu menghela nafas menatap Delwyn. "Lalu ada apa kau mendekatiku?" tanya Reagan yang sudah tahu jika temannya ini memiliki maksud. Delwyn tersenyum lebar lalu mendekati Reagan sambil berbisik. "Ayo kita keluar dengan para gadis, aku akan mengajak Casey bersamaku!" bisik Delwyn pada Reagan yang terlihat sedang berpikir. Ia juga butuh refreshing agar pikirannya tenang batinnya. Tapi bagaimana ibunya nanti kalau ia pergi meninggalkan Iris sendiri di rumah saat malam hari. Sedangkan ayahnya sudah bekerja dan tidak memiliki cuti lagi. Reagan berpikir keras menatap Delwyn yang tengah menanti jawabannya. "Akan aku pikirkan!" jawab Reagan berlalu meninggalkan Delwyn. Delwyn menatap Reagan lalu mengejar pria itu lagi. "Hey, kenapa harus memikirkannya lagi. Sudahlah, malam ini bersiaplah aku akan menjemputmu, kau mengerti? Jangan mencari alasan." Reagan menghentikan langkahnya menatap Delwyn dengan dahi berkerut. "Aku tidak bisa pergi saat ini, ada yang harus aku lakukan." Delwyn menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya. "Ayolah, Rea, sekali ini saja." bujuk Delwyn membuat Reagan menghela nafasnya. "Aku tidak bisa pergi meninggalkan Mamaku Delwyn!" jawab Reagan membuat Delwyn mengerutkan dahinya. "Ayolah sebentar saja! Aku akan tetap menjemputmu!" Delwyn berlalu meninggalkan Reagan yang belum sempat menjawab ucapannya. Reagan menghela nafasnya menatap pria yang terlihat meninggalkannya lalu masuk kedalam kelasnya. Ia akan memikirkan tawaran dari Delwyn, sepertinya bersenang senang sedikit tidak masalah batinnya dalam hati. ___________________________ Ada yang nungguin cerita ini? Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya Dan follow akun Author ya? ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love ~Dua Cincin ~Cinta Tak Bersyarat Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD