5.Killer Mother

1622 Words
Asley dan Sean sedang bermain bersama di halaman belakang dengan Zwetta yang setia menunggu kedua anak tersebut. Asley dan Sean bermain bola sambil berkejar kejaran. Zwetta hanya menjadi pemerhati kedua anak kecil itu. Hingga Iris ibu Asley datang mendekati Zwetta yang sedang membawa potongan buah. "Anak - Anak ada banyak buah disini!" teriak Iris membuat Asley dan Sean berlari mendekat. Zwetta hanya mendongakkan kepalanya memandang Iris yang datang tiba tiba mengejutkan dirinya. Zwetta membalas senyum Iris yang tersenyum ke arahnya. Di halaman belakang mereka terdapat sebuah kursi yang biasa di gunakan untuk duduk bersantai. Serta halaman belakang Zwetta memiliki rumput hijau yang tertata rapi akibat rajin memangkasnya. Asley dan Sean datang mengambil beberapa potong buah yang Iris bawakan. "Pelan pelan, anak anak!" Iris mengatakan itu karena Sean dan Asley berebut mengambil buah. Sean dan Asley kembali berlari menjauh saat sudah mendapatkan buah untuk mereka masing masing. "Kamu mau?" Iris menyodorkan piring buah tersebut kehadapan Zwetta yang langsung mendapat penolakan dari wanita yang selalu irit bicara tersebut. "Tidak, makan lah!" jawabnya menolak pemberian Iris. Iris tersenyum canggung lalu mengambil satu potong buah apel untuknya. Sementara anak anak kecil itu sudah berlari menjauhi mereka sambil menikmati buah yang Iris bawakan. "Bagaimana menurutmu tentang kehilangan putri Rose?" tanya Iris membuka pembicaraan. Terlihat Zwetta tampak berpikir, wanita itu tersenyum lalu menatap Iris dengan tatapan bingung. "Aku juga bingung dengan kasusnya. Hilang tapi tidak ada jejak!" Zwetta membenahi letak rambutnya yang tertiup angin. Wanita itu menatap lurus kearah Sean putranya dan Asley putri Iris. "Menurutmu apakah Cloe masih hidup? Setelah berminggu minggu tidak ditemukan!" Zwetta tersenyum kearah Iris, wanita itu menggeleng tidak tahu. "Entahlah, mungkin saja dia masih hidup. Atau sudah mati!" Iris bergidik ngeri mendengar ucapan Zwetta ia memandang putrinya yang asik tertawa dan berlarian bersama Sean putra Zwetta. Zwetta sendiri menghela nafasnya mendengar pertanyaan Iris, ia tidak bisa membayangkan jika anak anaknya akan mendapatkan nasib sama seperti putri Rose. "Mengerikan sekali, semoga saja kita tidak mengalami hal buruk seperti Rose!" ucap Iris yang masih setia menatap putrinya yang sedang bermain. Zwetta mengangguk perlahan, mendengar ucapan Iris. "Semoga!" jawab Zwetta yang juga menatap kedua anak kecil di hadapan mereka. "Apa kamu memiliki waktu akhir pekan ini?" Iris memandang wanita yang sedikit lebih tua darinya itu. Menanti jawaban dari Zwetta yang hendak ia ajak bermain keluar akhir pekan. "Kenapa?" Zwetta menatap Iris dengan kerutan di dahi. "Aku ingin mengajakmu kesebuah taman bermain, Asley selalu saja mengajakku kesana tetapi aku tidak memiliki teman untuk di ajak bersama. Kau tahu jika Ayahnya sangat sibuk di pabrik dan selalu pulang larut malam!" ucapnya panjang lebar dan diangguki oleh Zwetta. Zwetta tersenyum canggung mendengar ajakan Iris ia menatap Iris segan. "Tapi aku tidak bisa!" jawab Zwetta membuat Iris lesu. Iris menghela nafasnya mendengar ucapan Zwetta, wanita ini memang jarang bisa diajak bersama. "Kenapa tidak bisa? Kamu sudah memiliki acara lain?" Iris menatap wanita di sampingnya yang selama hampir dua tahun ini bertetangga dengannya. Zwetta tampak tenang dengan menatap kedua anak kecil yang masih setia bermain disana. "Tidak, aku hanya tidak terbiasa berada di tempat ramai seperti itu!" ucapnya sambil menghela nafas. Iris hanya membulatkan bibirnya mendengar alasan dari tetangganya yang selalu terlihat menghabiskan waktunya dirumah. "Baiklah, sepertinya aku akan mengajak putra sulungku saja." Iris tersenyum kearah Zwetta yang melihat kearahnya. Acara tegur sapa itu tidak berlangsung lama. Karena Zwetta langsung memanggil putranya untuk ia bawa masuk kedalam rumah. Iris juga membawa Asley masuk kedalam rumahnya. "Apa kamu ingin main ke taman bermain?" Asley menatap ibunya dengan tatapan berbinar. "Mau Mama, ayo, kita pergi kesana!" rengek Asley saat Iris mengutarakan niatnya. Iris tersenyum lalu mengusap kepala Asley sambil berjalan masuk kedalam rumah mereka. "Oke, kita akan kesana akhir pekan, bujuk kakakmu agar mau menemani kita!" Asley mengangguk lalu berlari kedalam rumah meninggalkan Iris yang menatapnya dengan tatapan bahagia. *** Reagan pulang dari kampusnya setelah selesai jam kuliahnya. Ia menggowes sepedanya dengan santai saat memasuki pekarangan komplek perumahannya. Reagan kembali bertemu dengan nenek Loye yang terlihat kesusahan membawa barang barang belanjaannya. Reagan bermaksud untuk membantu tapi ia belum juga melakukannya hingga tampak belanjaan yang nenek Loye bawa berjatuhan di jalanan. Reagan menghentikan sepedanya lalu mendekati nenek tersebut yang tampak terkejut mendapati Reagan membantunya. "Perlu bantuan?" Reagan memberikan barang belanjaan tersebut kepada nenek Loye yang menatapnya takut. Reagan tersenyum sambil mengulurkan belanjaan yang belum juga di ambil nenek Loye. "Tidak, terimakasih!" ucapnya sembari menerima pemberian dari tangan Reagan. Nenek Loye langsung berjalan menjauhi Reagan yang masih berusaha mendekatinya. "Tidak apa apa Nek, kemarilah akan aku bawakan sampai rumahmu!" ucap Reagan mengambil bungkusan yang lumayan berat. Membuat nenek Loye menatapnya tak percaya. "Kau tidak takut padaku?" tanya nya kepada Reagan yang sudah menuntun sepedanya sembari membawa belanjaan nenek Loye. Reagan menatap nenek Loye dengan tatapan aneh, mengapa ia mesti takut pada nenek tersebut. "Kenapa aku harus takut padamu?" tanya nya kepada nenek Loye dengan tatapan aneh. "Aku melihat semua orang disini menjauhiku!" ucap nenek tersebut kepada Reagan yang masih setia membantu nenek Loye membawakan belanjaannya. Reagan mengangkat kedua pundaknya acuh. "Mungkin mereka tidak mengetahui dirimu yang sesungguhnya!" ucap Reagan seperti menenangkan. Nenek Loye menatap Regan sambil tersenyum di sudut bibirnya. "Apa aku terlihat menakutkan?" tanya Nenek Loye sambil berjalan mengikuti Reagan. Mereka berdua berjalan sambil beriringan seperti seorang teman. "Tidak, mungkin karena kau terlihat selalu menyendiri dan tidak pernah membaur dengan orang orang jadi mereka berpikir kau menakutkan!" jelas Reagan kepada nenek tersebut, nenek Loye mengangguk mengerti. "Oh bisa jadi!" ucapnya sambil berpikir. "Bagaimana pemeriksaan kemarin?" tanya Reagan yang mulai mencoba mencari informasi. Nenek Loye menatap Regan dengan dahi berkerut bingung. "Pemeriksaan apa?" Nenek Loye tidak mengerti dan menatap pria muda di sampingnya ini. "Pemeriksaan kepolisian!" ucap Reagan menjelaskan lebih rinci kemana arah pembicaraannya. Nenek Loye mengangguk mengerti. "Oh itu. Aku benar benar tidak melakukan apapun!" Reagan menatap nenek Loye yang tampak berkaca kaca membuatnya bingung. Reagan menghentikan jalannya lalu menatap Loye dengan tatapan bingung. "Lalu kenapa banyak sekali mainan anak anak berada di rumahmu?" Reagan menatap nenek tersebut yang tengah berpikir. "Aku hanya merindukan cucuku. Aku tidak mungkin melakukannya. Cloe gadis yang manis dan lucu. Aku sedih saat mereka mengatakan Cloe menghilang!" nenek Loye menjelaskan dengan raut sedih yang Reagan lihat benar benar nyata bukan berbohong. "Nenek mengenal Cloe?" tanya Reagan lagi, tatapan nenek Loye berubah menjadi sendu karena pertanyaan Reagan. "Aku beberapa kali pernah berbicara padanya. Dia satu satunya anak kecil yang tidak takut padaku!" ucap nenek Loye dengan raut sedih. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Reagan dengan dahi berkerut, ia semangkin penasaran dengan cerita yang nenek Loye katakan. "Tidak ada, Aku hanya bertanya siapa namanya." jawab nenek Loye jujur. Mereka berbicara tanpa sadar hampir tiba di rumah nenek Loye. "Hanya itu?" tanya Reagan tak yakin, nenek Loye menggeleng menjawab ucapan Reagan. "Tidak!" nenek Loye tampak berpikir terlihat dari dahinya yang berkerut memikirkan hal lain. Reagan menatap nenek Loye dengan penuh harap, dan rasa penasaran. "Dia pernah mengatakan padaku kalau dia takut pada seseorang!" jawab nenek Loye dengan wajah terperangah seperti mendapatkan informasi penting. Reagan menghentikan sepedanya kembali menatap nenek Loye yang berhenti berjalan. "Takut pada siapa?" tanya Reagan lagi membuat nenek Loye tampak berpikir. Reagan semangkin penasaran dengan apa yang nenek Loye ucapkan. "Ia mengatakan takut pada seseorang yang masuk kedalam kamarnya. dengan menggunakan baju serba hitam. Saat itu aku bilang padanya mungkin dia sedang bermimpi dan dia mempercayai itu. Setelah itu aku tidak pernah berbicara lagi padanya, sampai kabar kehilangan dirinya!" ucap nenek Loye dengan raut sendu. Reagan masuk kedalam halaman rumah nenek Loye yang sedikit di pagar. Ia menurunkan barang barang belanjaan nenek Loye. "Kenapa belanja banyak sekali?" tanya Reagan heran karena belanjaan nenek Loye yang cukup banyak. "Itu kebutuhanku selama sebulan. Jadi cukup banyak!" Reagan mengangguk mengerti lalu undur diri dan kembali menuju rumahnya. Saat Reagan hendak tiba di kediaman orang tuanya terlihat bibi Zwetta keluar dari mobilnya dan terjatuh akibat kurang memperhatikan jalannya. Reagan mendekati wanita itu mencoba membantunya. "Bibi apa kau baik baik saja?" tanya Reagan saat mendekati wanita itu. Zwetta tampak terkejut menatap Reagan didekatnya. "Aku tidak apa apa!" Zwetta berdiri dengan cepat lalu mengambil tasnya yang terjatuh. "Berhati hatilah!" ucap Reagan memperingati. Zwetta hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Reagan yang menatap Zwetta heran. Wanita itu sudah bertetangga dengan mereka dua tahun lamanya tetapi setiap melihat Reagan ia seperti menghindarinya. Reagan berjalan menuju rumahnya dan masuk kedalam mencari air dingin karena ia benar benar haus berjalan dan berbicara dengan nenek Loye. Dari semua yang ia cari ia bisa menebak jika nenek Loye benar benar bukan orang yang menyebabkan Cloe gadis kecil yang menghilang. Karena Reagan benar benar bisa melihat kasih sayang yang tulus dari tatapan nenek Loye kepada Cloe saat ia membicarakan tentang dirinya dan Cloe. Lalu siapa orang yang berada di balik semua ini. Mungkinkah ada seseorang yang meneror Kompleksnya. Dengan mencuri anak anak kecil. Tapi kenapa penculiknya tidak meminta sebuah tebusan atau mengatakan akan mencelakai korbannya jika tidak mengirim sejumlah uang. Reagan berdiri termenung memikirkan semua itu membuatnya semangkin bingung karena semuanya berakhir buntu. Ia terkejut saat Iris memukul lengannya. "Kenapa kau melamun?" Reagan menatap ibunya terkejut akibat kedatangan Iris secara tiba tiba. "Aku tidak melamun!" jawab Reagan sambil menggaruk kepalanya. "Lalu itu apa?" tunjuk Iris kepada wajah Reagan yang tampak bingung. "Berpikir!" jawab Reagan sembari meninggalkan Iris yang hendak menjawab ucapannya. "Dasar anak muda, tau nya hanya berpikir tentang cinta. Apa lagi?" gerutunya saat melihat kepergian Reagan menaiki tangga menuju kamarnya. ________________________________ Ada yang nungguin Thriller ini?? Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya Dan follow akun Author ya? ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love ~Dua Cincin ~Cinta Tak Bersyarat Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati Salam sayang dari Author..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD