Hampir Ketahuan

1009 Words
"Apa yang kamu lakukan di kamar Daddy kamu, Khayla? Dylan kenapa kamu memangku gadis yang usianya sudah 18 tahun?" tanya Aulya. "Apa urusan kamu? Dia menganggap aku ayahnya dan kedua orang tuanya sudah tidak ada. Salahnya kenapa?" jawab Dylan dengan sedikit sinis. "Aku sakit Mama, aku mau minta antar Daddy. Jadi maaf aku manja ke dia karena aku kangen Ayah dan Mamaku yang sudah tiada." Khayla berepreksi sedih agar mereka tidak ketahuan. "Maaf! Kalian makan malam saja dulu. Lalu apa Daddy kamu mau mengantarkan kamu ke Dokter?" "Aku akan mengantarkan Khayla ked Dokter karena perutnya sakit. Aku takut penyakit lambungnya kambuh. Sudah! Khayla kamu ke luar dulu dan kamu juga Aulya aku akan bantu baju," suruh Dylan. "Baik Daddy, aku akan ke luar dulu. Mama, aku ganti baju dulu lalu ikut makan malam." Khayla ke luar dari kamar Dylan langsung menuju kamarnya. "Sudahlah! Aku akan ke luar kamar. Kamu antarkan saja dia periksa biar dia besok masuk kuliah. Dia baru masuk kuliah umurnya baru 18 tahun dan wajar kalau manja ke kamu," jawab Aulya dia ke luar tanpa curiga sedikitpun. Aulya tidak tahu kalau Dylan telah merenggut kesucian Khayla. Bulir bening telah menetes di wajah cantik Khayla, saat dia keluar dari kamar Ayah angkatnya. Dia tidak sangka ada rasa sakit hati saat melihat Ayah angkatnya dan istrinya berdudaan dalam kamar. 'Khayla, apa kamu bodoh? Kamu itu hanya anak angkat dan dia itu istri ayah angkat kamu. Kenapa kamu sakit hati mereka dekat, hanya saja Daddy yang mengambil kesucianku. Untungnya tadi tidak ketahuan' Dylan sudah berganti baju lalu dia mengikuti Khayla ke kamarnya. Dia belum makan malam karena dia tidak melihat Khayla menuju meja makan. Dia tahu raut wajah Khayla yang sedih tadi saat keluar dari kamarnya. Dia diam-diam menyelinap ke kamar putri angkatnya. "Khayla, aku panggilan Dokter pribadi saja ya? Kenapa kamu sedih? Buka pintunya kalau tidak kamu buka, aku akan marah dan kamu akan di hukum," ancam Dylan. Khayla membuka pintunya dan saat Daddy angkatnya masuk, dia memeluk Daddy angkatnya. Khayla menangis dipelukan Dylan. Dylan tidak tahu apa yang terjadi pada putri angkatnya itu. "Kamu sudah umur 18 tahun, sudah kuliah juga. Kenapa bisa kamu itu menangis? Apa yang terjadi?" tanya Dylan. "Aku hanya putri angkat kamu, kamu sudah punya istri Daddy. Jadi apa kamu sengaja mempermainkan aku?" "Aku tidak mempermainkan kamu, Sayang.Aku sayang sama kamu lebih dari ayah angkat kamu. Khayla lihat aku! Daddy dan Aulya hanya menikah demi keuntungan perusahaan dan tidak saling cinta." Dylan langsung memeluk putrinya sembari mencium bibir mungilnya, dia menghentikan sebentar lalu dia pergi mengunci pintu kamar Khayla. Dia mencium mesra Khayla dan Khayla juga membalas ciuman Daddynya. Aulya hanya makan malam seorang diri karena dia mengira Dylan mengantar Khayla ke rumah sakit. Dylan kembali pada Aulya dan mendudukkan Khayla di pangkuannya. "Sayang, apa kamu mau tiap hari tidur bersamaku?" tanya Dylan yang berbisik di telinga Khayla. "Apa Daddy akan terus bersamaku? Apa kita tidak akan ketahuan? Daddy itu suaminya Mama Aulya jadinya aku seperti selingkuhan Daddy." Khayla sedih. "Buktinya tadi kita hampir Ketahun tapi Aulya percaya karena dia mengira kamu putri angkatku. Aku akan melindungi kamu agar hubungan kita tidak ketahuan. Kamu milik Daddy mulai saat ini kamulah yang harus memuaskan hasrat Daddy karena aku tidak mencintai Aulya." Dylan tidak tahu kenapa sejak dia merenggut kesucian putri angkatnya dia malah ketagihan tidur dengan gadis cantik yang polos itu. Malam itu Dylan memaksa Khayla bercinta di kamar Khayla. Dylan lupa kalau tidak menyalakan alat kedap suara di kamar Khayla. Aulya yang sedang kerja di ruangan kerja Dylan yang dekat dengan kamar Khayla mendengar suara wanita yang sedang mengerang. "Suara siapa? Bukannya Khayla dan Dylan pergi ke Dokter? Lalu ini suara siapa di kamar Khayla?" Aulya berdiri karena dia penasaran dan dia pergi ke depan kamar Khayla. Dylan dan Khayla malah masih bercinta. "Kamu boleh teriak sesuka hati kamu. Pasti Aulya sudah tidur karena dia ada kerjaan baru," kata Dylan. "Daddy, kok nakal ya? Kenapa bisa kamu seperti ini, dasar m***m," balas Khayla. "Kamu sendiri juga menikamatinya permainan ranjang ini dengan Daddymu. Apa Daddy kamu yang sudah umur 34 tahun ini yang harusnya jadi Om kamu itu bisa memuaskan kamu?" tanya Dylan sambil mengigit telinga Khayla. "Jangan tanya, aku malu. Sakit! Jangan gigi seperti itu," jawab Khayla. "Sebentar lagi, aku sudah keluar." Dylan sudah mencapai klimaks tapi saat itu ada ketukan dari pintu kamar Khayla. Aulya mengentuk pintu kamar Khayla. Dia memanggil putrinya karena dia sangat penasaran. "Khayla, apa kamu sekarang didalam? Suara siapa yang mengerang?" teriak Aulya. "Daddy, gawat! Mama belum tidur. Bagaimana ini? Lihat Daddy kamu m***m, aku tidak kuat lagi berjalan. Lalu siapa yang akan membukakan pintu." Khayla takut mereka akan ketahuan. "Kamu pakai baju dulu, lalu tutupi tubuh kamu dengan selimut. Aku akan bilang kamu sakit dan tadi kamu tidur. Daddy lupa menyalakan alat kedap suara sepertinya." Dylan segera memakai bajunya lalu dia menuju pintu kamar Khayla. Dylan membuka pintu kamar Khayla. Lalu Aulya kaget karena Dylan tidak mengantarkan Khayla ke Dokter malah dia ada di kamar Khayla. "Dylan, kamu tidak mengantarkan Khayla ke Dokter? Apa yang kamu lakukan di kamar Khayla?" tanya Aulya lalu dia masuk ke kamar Khayla dia mulia curiga ada yang tidak beres. "Jangan sembarang masuk!" Dylan terlihat marah. Saat Aulya masuk, dia melihat Khayla tidur dan menutupi dirinya dengan selimut. Aulya lega kalau suaminya tidak macam-macam dengan putri angkatnya. "Maaf! Aku kira kamu suka putri angkat kamu. Dia kenapa? Wajahnya pucat saat dia tidur?" Aulya meminta maaf karena telah mencurigai Dylan. "Kamu gila, dia itu pingsan tadi dan aku tidak membawanya ke Dokter. Dia tadi mengigau makanya kamu dengar suaranya. Pergi kamu! Aku akan jaga dia, besok baru akan membawanya ke Dokter atau aku panggil dokter saja kesini." Dylan menyeret tangan Aulya agar dia ke luar dari kamar Khayla. Khayla saat itu membuka matanya saat Daddynya dan Mamanya ke luar dari kamar. "Hampir saja ketahuan. Mama, maafkan aku! Daddy itu milikku jadi aku tidak akan membiarkan Daddy cinta ke kamu walaupun kamu istirnya. Khayla, kamu harus berjuang! Daddy satu-satunya orang yang kamu punya jadi pertahankan dia." Khayla mulai menyadari perasaannya pada sang Daddy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD