GRACE
--
Aku sedang duduk sembari menikmati bourbon-ku ketika sebuah pesan muncul di layar komputerku. Pesan itu dikirim oleh Helen Moore, salah satu pasien terapis online-ku. Aku tidak bisa mengabaikannya, jadi aku masuk ke situs terapi online-ku dan mulai menyapa seluruh anggota yang sedang online. Nama Helen ada di urutan nomor teratas. Dia baru saja mengirim pesannya beberapa detik yang lalu. Aku membuka pesan itu dan membacanya dengan cepat.
Hai Dok.. Aku ingin mengatakan bahwa itu berhasil. David menerima ajakanku untuk pergi jalan-jalan.
Kusesap bibir botol bourbon itu untuk yang terkahir kalinya kemudian aku meletakkannya sedikit jauh dari meja kerjaku. Itu adalah pantangan yang harus kutepati seumur hidup: tidak boleh mabuk saat berbicara dengan pasien. Kini, setelah merasa cukup siap, aku mengarahkan jari-jariku ke atas keyboard dan mengetik kata demi kata dengan cepat.
Hai Helen! Itu Bagus.. sebenarnya sangat bagus! Sebuah kemajuan. Kau bisa melanjutkannya..
Umm.. aku tidak tahu. Aku tidak yakin apa yang harus kulakukan. David setengah hati melakukannya.
Aku tidak mengerti istilah yang digunakannya.
Apa maksudmu?
Maksudku, dia menerima ajakan itu karena terpaksa.
Tapi itu sebuah kesempatan untukmu, bukan?
Apa yang harus kulakukan?
Ajaklah dia berbicara empat mata. Itu yang kalian lewati selama ini. Kau bilang dia terlalu sibuk, kemudian dia menerima tawaranmu. Itu bukan sebuah kebetulan. Kau hanya perlu memuluskan jalannya. Pesanlah dua tiket hotel, pergi ke sebuah pulau dengan kapal.. apapun.. lakukan selagi dia mau mengikutimu.
Mungkin kau benar. Dan omong-omong.. aku sudah memesan dua tiket hotel. Dia mengeluh. Itu mengeluarkan terlalu banyak biaya.
Biarkan dia.. itu hanya sementara. Kau bisa melanjutkan ini.
Apa yang harus kukatakan?
Kau lebih tahu daripada aku, bukan begitu?
Yea.. Dok.. terima kasih sudah mau menemaniku sampai sejauh ini. Aku tidak bisa merasa lebih baik setelah menceritakannya padamu.
Tidak masalah. Sudah tugasku untuk membantumu?
Apa aku bisa menemuimu?
Jari-jariku bertaut. Aku tahu pada akhirnya dia akan mengatakan hal ini. Tapi aku tidak berencana untuk menemui pasienku – tidak secara langsung. Aku lebih senang saat berbicara dengan mereka secara online. Jadi aku memikirkan jawaban yang tepat sehingga tidak menyinggungnya.
Helen, aku minta maaf.. tapi sebagai dokter online-mu, kita sudah mengawali ini melalui internet dan akan jadi tidak profesional bagiku jika kita bertemu secara langsung.
Kenapa? Apa masalahnya..
Kontak itu akan hilang. Kau tahu.. semacam koneksi yang kita jalin melalui internet.
Well, itu aneh.. tapi tidak masalah. Begini saja cukup.
Kau membutuhkan seseorang untuk mendengarmu.. mereka yang berada di dekatmu sehingga bisa memelukmu.
Kau benar. Itu yang kubutuhkan.
Kenapa kau tidak berbicara dengan saudarimu?
Kami jarang bertemu lagi. Dia terlalu sibuk dengan keluarga dan anak-anaknya.
Cobalah menemuinya sesekali, ajak dia berbicara.. Belum terlambat untuk memperbaiki hubungan kalian.
Ya, Dok. Terima kasih untuk waktumu..
Percakapan kami berakhir. Helen baru saja meninggalkan situs beberapa detik yang lalu dan kini status di samping namanya memberitahuku bahwa ia telah meninggalkan percakapan. Kemudian, aku menghabiskan waktu dua puluh menit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lain yang masuk ke akunku. Aku tidak berbicara dengan Camila hari ini dan aku penasaran apa yang terjadi padanya. Aku bisa saja menghubunginya – beberapa minggu lalu dia memberi nomor ponselnya, tapi aku tidak siap untuk apapun. Jadi, aku akan menunggu.
Beberapa detik kemudian pesan dari seseorang dengan akun bernama Abigail Randle masuk ke laman percakapan pribadiku. Nama itu terlihat asing dan ketika aku mempelajari laman profilnya, informasi disana memberitahuku bahwa Abigail belum lama bergabung. Aku membaca pesannya sekilas yang tertulis:
Dokter Grace.. aku membaca situs terapi online-mu di internet dan.. aku tertarik. Sebenarnya, aku punya beberapa masalah serius, aku harap kau bersedia membantuku.. omong-omong namaku Abigal, kau bisa memanggilku Abby.
Tidak ada wajah yang dipajang di profilnya sehingga aku tidak bisa melihat seperti apa wanita ini. Namun, aku menerima permintaan sambungannya dan dalam hitungan detik kami telah terhubung secara online.
Halo Abby! Senang bisa mengenalmu.. Apa yang bisa kubantu?
Aku menunggu beberapa detik hingga layar komputerku memberitahu bahwa Abby sedang mengetikkan sesuatu. Wanita itu, tebakanku masih cukup muda, mengambil waktu cukup lama untuk mengetik pesannya. Hingga ketika pesan itu akhirnya muncul, aku tidak terkejut karena begitu panjang.
Halo, Dok. Boleh aku memanggilmu Grace? Itu membuatku merasa lebih nyaman. Omong-omong terima kasih telah menerima sambunganku. Sebenarnya, ada masalah yang sangat-sangat serius. Aku tidak tahu harus bicara dengan siapa, kemudian aku menemukanmu di internet dan.. ha! Sebuah keajaiban. Pertama-tama, aku akan mengakui ini padamu.. aku sedang menjalin hubungan dengan seorang pria – dia lebih tua dariku, dia dosenku. Hubungan itu sangat kompleks, kau tahu? Awalnya.. itu hanya percakapan biasa antara dosen dan mahasiswanya, kemudian itu melebar begitu saja. Dia.. dia menatapku seperti – kau tahu? Dia mengajakku makan malam kemudian kami pergi ke hotel dan.. tidak perlu kuceritakan. Tapi, ini masalah serius karena aku mulai mencintainya, dan ketika aku mengatakan hal itu padanya.. dia mengatakan bahwa hubungan kami tidak akan berlanjut ketahap manapun dan dia tidak serius. Aku membencinya, maksudku.. aku tidak suka jawabannya. Dia pasti bercanda! Dia telah melakukannya padaku! Berkali-kali dan dia mengatakan bahwa hubungan itu tidak serius, tidak akan berkembang ke tahap apapun! Aku benar-benar membencinya!
Hai Abby.. pertama-tama aku perlu mengenalmu. Berapa usiamu saat ini?
Dua puluh tiga.
Apa kau tinggal sendirian atau..?
Tidak, aku punya keluarga. Seorang kakak sebenarnya.. tapi kami sering bertengkar dan.. kami memutuskan untuk berpisah.
Jadi, kau sedang mengayam pendidikan dan hidup secara mandiri?
Ya, semacam itu.
Kau pasti sangat kesepian Abby.. Itu pasti juga menjadi penyebab mengapa kau sangat menginginkan pria ini. Kau berusaha menemukan seorang pria sejati yang akan melindungimu, bukan begitu? Ketika dia tidak memberikannya padamu, maka kau akan merasa takut. Sebenarnya itu bukan kebencian atau kemarahan akibat penolakannya, itu hanya rasa takutmu.
Kau benar. Tapi aku bersungguh-sungguh saat mengatakan padamu bahwa aku mencintai pria ini Dok.. umm..
Kau bisa memanggilku Grace.
Hebat!
Sudah berapa lama hubungan itu berlangsung, Abby?
Tiga bulan sebelas hari sejak kencan pertama kami.
Berapakali kalian bertemu dalam kurun waktu itu?
Cukup sering. Dia mengambil waktu lembur dan hari sabtu tapi dihari minggu dia tidak ingin seseorang menganggunya.
Bagaimana sikapnya selama itu?
Baik. Dia mengingatkanku pada ayahku yang sudah lama meninggal, itu sebabnya aku menyukainya.
Boleh aku tahu namanya?
Maaf, tapi aku merasa lebih nyaman jika tidak menyebutkannya.
Oke.. tidak masalah. Jadi masalahmu kau berharap hubungan kalian berlanjut ketahap selanjutnya?
Bisa dibilang begitu..
Kau tahu Abby, menurutku sangat tidak profesional bagi pria ini untuk mengencani mahasiswinya.. Itu akan menimbulkan kontroversi dalam bagian manapun dan selalu ada konsekuensi atas tindakannya. Kau bersikap terbuka karena satu bagian kecil dari dirimu menginginkan apa yang diberinya.. seperti kasih sayang, rasa aman, perlindungan – yang bisa kau dapatkan dimanapun, bersama siapapun. Masalahnya kau telah bergantung pada pria ini dan dia menolakmu. Aku tidak suka menyebut apa yang kau alami saat ini sebagai patah hati, tapi aku akan menyebutnya transisi. Ini masa transisi yang sedang kau lalui. Dia membuatmu terbiasa dan merasa nyaman kemudian dia menolakmu dan kau tidak bisa menerima penolakan itu.. kau hanya perlu menyadari bahwa ini hanya masalah transisi.. Jadi kau harus memahami kalau duniamu tidak akan hancur dalam sekejap karena penolakannya, kau hanya belum terbiasa, kau tidak bisa menerima keadaannya.
Aku mengerti, Grace.. Itu sangat tidak mudah untuk menerimanya.
Ya.
Rasanya aku tidak bisa meninggalkan pria ini.
Kau perlu melakukan sesuatu untuk mengalihkan pikiranmu sejenak. Aku percaya bahwa itu tidak akan benar-benar sulit jika kau ingin melupakannya..
Tidak, aku pikir aku menikmatinya..
Kau yakin?
Ya.
Bagaimana dengan pria itu? Apa kau bisa menceritakan latar belakangnya padaku?
Dia dosenku, aku sudah mengatakannya.
Maksudku, selain pekerjaannya sebagai dosen. Dimana dia tinggal atau.. keluarganya?
Aku tidak tahu. Kami bertemu begitu saja. Kami tidak banyak berbicara masalah pribadi dan dia begitu tertutup.
Abby, ini penting untukmu, tapi kau harus memikirkan semua orang yang peduli padamu. Kau masih sangat muda, kau harus membuka matamu.. ada banyak hal yang tak terduga di dunia ini dan kau tidak bisa mengendalikannya.
Bagaimana denganmu? Apa kau menikah?
Wanita itu mengganti topik pembicaraan sehingga aku harus menggigit bibir untuk memikirkan jawaban yang tepat.
Sama sepertimu, aku hidup sendirian. Tapi kehidupan pribadiku bukanlah hal yang akan kita bahas disini. Kita akan berbicara tentangmu. Sudah menjadi bagian dari tugasku untuk membantumu.
Itu omong kosong, kau tahu.. aku tidak suka bercerita pada seseorang yang tidak kukenal.. maksudku, akan sulit untuk bersikap terbuka.
Mungkin, disaat yang tepat aku akan mengatakannya padamu.
Kau janji?
Aku tidak tahu.
Ya.
Maaf, kita bicara lagi besok. Umm.. terima kasih Dokter Grace, aku benar-benar senang dapat berbicara denganmu.
Begitu juga aku.
Dah!
Percakapan kami berakhir. Abby baru saja meninggalkan laman percakapan beberapa detik yang lalu. Kini, aku menatap percakapan terakhir kami, membaca ulang pesan yang dikirimnya kemudian keluar dari situs terapi online-ku. Sudah saatnya bergerak. Aku pikir aku akan bersiap kemudian pergi ke pusat kota. Ada banyak hal yang bisa kulakukan, aku hanya perlu keluar dan membiarkan sinar matahari menyentuh wajahku kecuali aku memilih untuk membusuk di dalam apartemen itu.
..
- LAST WITNESS -