Diperiksa Dokter

1229 Words
“Iya, doktermu akan datang, sayang. Semoga dia bisa membantumu meringankan sakit yang kau rasakan sakarang,” ucap sang ibu. Lina tidak menjawab, entah kenapa hatinya merasa sedikit senang mengetahui jika Rizal akan datang. Ada seulas senyum kecil menyungging di bibirnya. Setelah menunggu beberapa menit, Rizal datang. Tuan Kizara sudah menunggunya di teras depan. “Maaf dokter. Karena merepotkanmu malam-malam begini. Tapi kami kebingungan melihat kondisi Lina,” ucap tuan Kizara merasa tidak enak. “Tidak apa-apa, Om. Sudah menjadi tugas saya. Kalau begitu apa kita bisa langsung saja memeriksanya?” ucap Rizal. “Iya, ayo.” Mereka pun masuk dan langsung menuju kamar Lina. begitu sampai di depan kamar, Kizara membuka pintu kamar Lina. Mereka pun masuk dan melihat Lina yang sedang duduk di kepada ranjang. “Silakan dokter,” sambut Yuanita saat melihat dokter tampan itu masuk. Rizal menghampiri Lina dan menatapnya dengan dalam, Lina mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Rizal. “Bisa berikan tanganmu sebentar” ucap Rizal kepada Lina. Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Rizal. Dokter tampan itu memeriksa pergelangan tangannya beberapa saat lalu kembali melepasnya. Dokter Rizal duduk di kursi menghadap ke arah Lina. “Apa kita bisa bicara?” Rizal mulai membuka pembicaraan dengan Lina. Ia melihat gadis itu tertekan, entah apa sebabnya. Lina menatap Rizal lalu mengangguk. Kedua orang tuanya sempat terkejut melihat betapa penurutnya Lina kepada Rizal. Mereka tidak percaya putrinya yang sangat keras kepala ini bisa dengan mudahnya mengikuti perkataan Rizal. Rizal mengangguk lalu menatap ke arah Tuan Kizara dan istrinya. “Om, tante. Saya akan memberikan terapi singkat untuk Lina. Saya melihat dia tiba-tiba tertekan dan hal itu membuat kondisi mentalnya terguncang. Kita akan lihat penyebabnya setelah terapi selesai,” ucapan itu cukup membuat kedua orang tua Lina mengerti jika mereka harus meninggalkan kamar untuk memberikan privasi kepada putrinya untuk mengungkapkan semuanya kepada dokter itu. “Oh, baik. Kami akan Keluar. semoga semuanya baik-baik saja,” ucap tuan Kizara lalu mengajak istrinya meninggalkan ruangan. Begitu tuan Kizara dan istrinya keluar, tiba-tiba Lina menghambur kepelukan Rizal dan menangis. Awalnya dokter tampan itu sedikit terkejut, namun ia cepat menguasai diri dan membiarkan gadis itu meluapkan kesedihannya. Setelah agak tenang, perlahan Rizal melepas pelukan Lina dan menatapnya dengan serius. Lina tertunduk. “Apa kau sudah mulai mempercayaiku?” tanya Rizal sembari memperhatikan raut wajah Lina yang masih tertunduk. “Aku… aku hanya refleks melakukannya, kalau dokter merasa tidak nyaman, aku minta maaf,” ucapnya semakin tertunduk. Wajahnya memerah karena malu. ‘Duh, kenapa aku bisa melakukan itu. Aku sepertinya sudah gila,’ sesalnya dalam hati. “Ini bukan tentangku, tapi tentang dirimu. Pertanyaanku adalah apakah kau sudah mempercayaiku atau tidak?” kembali Rizal mengulang pertanyaannya. “Aku-aku tidak tahu dokter,” kekeh Lina tidak ingin jujur dengan perasannya. “Hmm baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi. Aku cukup mengetahui kalau kau sudah merasa nyaman denganku. Itu peningkatan yang bagus,” ucap Rizal. Lina tidak menjawab, ia mengakui kalau dirinya sudah sedikit lebih nyaman dengan dokter tampan itu. Hening menyelimuti, Rizal tidak berkata apa-apa lagi. Ia sengaja ingin Lina untuk memulai pembicaraan. “Dokter…” panggil Lina setelah beberapa lama mereka terdiam. “Kenapa dokter tidak bertanya apa-apa?” Lina rupanya berharap Rizllal lah yang harus bertanya kepadanya. Namun ternyata dokter itu hanya terdiam sambil menatap layar ponsel. “Oh, memangnya ada hal penting yang perlu aku ketahui?” Rizal mulai memancing gadis itu untuk bisa terbuka padanya tanpa ditanya sekalipun. “Eh, ya. Aku kira dokter datang ke mari untuk mengetahui penyebab aku seperti ini,”ujar Lina. “Memangnya kau menyadari penyebabnya?” Rizal mendekat dan menatap lekat wajah Lina. Pada saat yang sama, Lina mengangkat wajahnya, mereka pun saling menatap lama. “Hmm, seperti sekarang kau sudah siap menceritakan semuanya padaku. Ceritalah, aku siap mendengarkan," ucap Rizal. “Aku merasa sedih karena pacarku tidak mau mengerti kalau aku tidak bisa ke rumahnya. Dia memaksaku bahkan mengancamku, dokter,” ucap Lina. “Kau menghubunginya? Itu berarti kau telah melanggar janjimu,” tebak Rizal. “Maafkan aku, tadinya aku hanya ingin memastikan kondisinya setelah insiden kemarin, tapi dia malah memaksa untuk bertemu. Aku menolaknya karena sudah berjanji kepada dokter, tapi dia tetap memaksa bahkan sampai mengancamku,” Lina menjelaskan. Matanya kembali berkaca-kaca. hatinya kembai merasa remuk dan sakit. Tapi tidak sesakit tadi. “Kau tahu, jika seandainya kau tidak menghubunginya, kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Sekarang kau baru menyadari, kenapa aku sebagai dokter yang berusaha membantu, melarangmu untuk berhubungan dengan pria itu setidaknya sampai kau sembuh. Dan hal seperti akan terus terjadi jika kau tetap berhubungan dengannya.” Rizal menjelaskan dengan sabar. “Maafkan aku.” Lina kembali tertunduk. Ia menyesali perbuatannya. Memang benar, jika ia tidak menghubungi pria itu, ia tidak akan mendengarkan ancamannya dan membuatnya ketakutan hingga menjadi stress. “Untuk sekarang tidak apa-apa, tapi selanjutnya aku minta kau jauhi dulu dia. Aku sangat tahu pria itu akan berpengaruh buruk untukmu jadi sebaiknya jangan sampai kau berurusan dengannya, kau mengerti, kan?” ucap Rizal. Ia harus memastikan jika Lina tidak akan berbuat nekat lagi untuk memaksimalkan pengobatan. Adanya gangguan eksternal seperti hubungan dengan seseorang yang memiliki karakter buruk, akan memperburuk keadaan, sehingga meskipun terapi selalu dijalankan tidak akan berpengaruh, justru hal itu akan semakin memperburuk karena jiwa yang masih dalam tahap proses adaptasi dan penyembuhan akan terganggu oleh hal –hal buruk yang menyebabkan trauma yang berulang. Lina hanya mengangguk mendengar penjelasan Rizal, ia hanya bisa menyakinkan dirinya untuk tidak lagi berhubungan dengan Alex, ia bahkan mulai membenci pria itu karena ternyata Alex tidak menghargainya sebagai seorang kekasih. “Baik, apa sekarang kau masih merasakan sesak di bagian dadamu?” Rizal memastikan kondisi Lina setelah gadis itu menceritakan sedikit keluh kesahnya. “Masih sedikit terasa sesak,” jawab Lina. “Sekarang lihat ke arah depan, lalu tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan.” Rizal memberikan instruksi dan Lina mengikutinya. “Ya, bagus. Teruskan, tarik nafas lalu hembuskan, ya terus seperti itu. Kau bisa memejamkan mata agar bisa lebih nyaman.” Lina mengikuti ucapan Rizal, menghirup udara dan menghembuskannya, ia melakukannya berulang kali. ‘Ok cukup, sekarang buka matamu,” ucap Rizal. “Bagaimana sekarang, apa kau merasa lebih baik?” tanya pria itu lagi. Lina terdiam sejenak, anehnya ia tidak merasakan sesak lagi. perasaannya juga sudah tenang. “Iya, dokter. Aku merasa sedikit lebih tenang sekarang.” jawabnya. Mendengar hal itu Rizal tersenyum puas. “Bagus, ini peningkatan yang cukup baik. Kau hanya perlu mengingat pesan ini jika tidak ingin merasakan hal yang sama terulang lagi. Untuk selanjutnya, terapi kita akan laksanakan 4 hari dari sekarang. Tapi jika ada masalah, kau bias langsung menghubungiku, kau mengerti?” ucap dokter Rizal. Ia harus memastikan Lina tidak bertindak aneh selama senggang itu. “Iya, dok. Aku akan berusaha menguasai emosiku,” ucap Lina dengan yakin. Rizal mengangguk lalu mengusap kepala Lina dengan lembut, Rizal melakukan itu bertujuan agar Lina bisa semakin percaya denganya sehingga pasiennya itu tidak akan merasa ada jarak dengannya. Dengan demikian, proses pengobatan akan bisa semakin lancar. Lina tersenyum simpul, hatinya menjadi hangat mendapatkan perlakuan itu. Ia merasa senang. “Terima kasih, dokter,”ucapnya. Rizal tersenyum dan mengangguk. “Sekarang kau istrahat saja, kita akan bertemu lagi nanti, selamat malam,” ucap Rizal pamit. “Selamat malam, sahut Lina. Ia menatap Rizal berjalan hingga menghilang dibalik pintu. Gadis itu lalu merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. ”Dokter…” gumannya lirih, hingga akhirnya ia pun tertidur dengan pulas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD