Di bawah tekanan

1192 Words
Lina menatap tajam wanita yang yang ada di hadapannya itu, sungguh sangat menyebalkan ia bisa sampai bertemu lagi denganya. Namun ia tidak punya pilihan, wanita ini sangat licik, menekannya dengan ancaman akan membongkar semuanya kepada ke dua orang tuanya kalau dirinya adalah anak kandung dari wanita itu. “Katakan apa maumu sekarang atau aku pergi,” ancam Lina. Ia muak berada di sekitar wanita itu. “Kau pasti akan tahu apa keinginan ibu kandungmu ini, sayang. Tetapi sebelumnya, aku akan menceritakan kisahku. Agar kau tahu alasan dibalik aku menitipkanmu kepada orang kaya itu,” ucap wanita itu. Tatapan wanita itu berubah sendu. Lina hanya terdiam, seolah siap mendengarkan cerita wanita itu. “Kau tahu, apapun rencanamu, aku tidak akan pernah membantumu. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dengan memaksaku berada di sini. Katakan saja apa maumu, berapa uang yang kau butuhkan, aku akan memberikanmu, aku punya tabungan yang cukup untuk membuatmu bungkam,” ucap Lina tidak sabar. Ia sama sekali tidak ingin mendengarkan apapun dari wanita itu. Ini hanya membuang-buang waktunya. “Kau sombong sekali, sayang. Apa kau tahu, sesaat sebelum aku melahirkanmu, aku dibuang oleh ayah kandungmu yang b******k itu. Meskipun dia tahu kalau aku hamil, dia tega mencampakkanku dan memilih untuk menikahi wanita pilihan keluarganya. Aku terlunta di tengah jalan bahkan hampir menjadi korban perkosaan, di tengah keadaanku yang sedang hamil besar, aku berjalan sendiri di tengah hujan lebat tanpa arah tujuan. Dalam pikiranku saat itu, bagaimana agar anak yang aku kandung bisa tetap hidup saat aku melahirkannya nanti. Pada saat itu, perutku tiba-tiba sakit. Untungnya aku bertemu dengan orang baik, dia membawaku ke puskesmas, akhirnya kau lahir dan semua biayanya ditanggung oleh orang baik itu. Karena takut dituntut mengembalikan hutang biaya persalinan, aku kabur dengan membawamu. Ditengah malam, di saat semua orang-orang tertidur dengan lelapnya, aku kembali menyelinap masuk ke perumahan orang kaya itu tanpa sepengatahuan satpam. Aku menaruhmu di depan pintu dan memastikan penghuni rumah itu membawamu masuk. Saat penghuni rumah itu keluar dan membawamu masuk, aku tersenyum puas telah menyerahkanmu kepadanya. Mereka membutuhkanmu saat itu karena aku telah menculik bayi mereka, aku membalaskan dendamku karena mereka adalah kerabat dari ayah kandungmu. Aku senagaja menculik putri mereka dan menggantikannya dengamu. Aku merawat putri mereka dengan kekerasan sebagai gantinya kau mendaptkan semua kemewahan dan kasih sayang dari mereka. Setapi kali aku menyiksa putri mereka dan membayangkan kau dimanja dalam keluarga mereka, aku puas. Sekarang kau sudah dewasa dan sudah waktunya lepas dari mereka, sayang. Dendam mama kepada keluarga Kizara belum terbalaskan walau aku sudah membunuh ayah kandungmu dengan tangaku sendiri. Aku baru akan puas jika keluarga Kizara hancur berantakan, aku ingin mereka hidup menderita dengan kemiskinan yang dan penderitaan. Dan hal itu bias terwujud jika kita bekerja sama. Oh, itu belum berakhir, Kizara akan bertambah hancur jika mengetahui anak yang mereka sayangi sepenuh hati adalah anak dari orang yang telah menculik anaknya.” Wanita itu menceritakan kisahnya berharap agar Lina tersentuh dan mau menerima tawarannya. Ia senang Lina tumbuh dengan baik, tapi sudah saatnya ia mengambil kembali miliknya dan pergi dari kota itu selamanya. Karena jika bosnya mengetahui dia memiliki seorang gadis cantik, ia dan orang-orangnya pasti akan menangkap Lina. Sebelum itu terjadi, ia akan melarikan diri dengan putri kandungnya dan memulai kehidupan baru setelah merampas semua harta keluarga Kizara. “Kau pikir dengan menceritakan kisah sedihmu itu, aku akan tersentuh? Aku sudah bilang dari awal, kalau aku sama sekali tidak peduli. Kau ingin aku mengkhianati orang yang telah berjasa dalam hidupku selama 22 tahun dan lebih memilihmu yang sama sekali tidak berjasa apa-apa? Memangnya kau siapa? Kau hanya seorang yang dititipkan Tuhan untuk melahirkanku, tidak lebih. Di luaran sana ada banyak wanita yang fungsinya sama denganmu, yang hanya bisa melahirkan tapi tidak bertanggung jawab atas titipanNya. Kau salah satu dari mereka. Tidak! aku tidak sudi membantumu dan menghancurkan orang tua yang aku cintai!” tolak Lina dengan tegas. Wanita itu membeku mendengar penolakan tegas dari Lina. Sungguh ia tidak menyangka ucapan Lina bisa menggores luka lamanya yang belum kering. “Liana, itulah nama yang aku sematkan di dalam secarik kertas saat aku meninggalkanmu. Nama yang nantinya akan mempertemukan kita kembali. Hidup ini keras, Nak. Karena rasa sayangnya mama kepadamu, aku jadi menitipkan mu kepada orang kaya agar hidupmu bisa terjamin. Percayalah padaku, sayang. Apa yang mama lakukan hanya untuk kebaikanmu.” “Tidak…!” teriak Lina tanpa sadar. Emosinya seketika membuncah berkecamuk membuat dadanya terasa sesak. Ia menutup telinganya, tidak ingin mendegarkan apapun lagi dari wanita itu. Tubuhnya mulai gemetar menahan geram membuat nafasnya terengah-engah. “Pe-pergi dari sini. Jangan bicara lagi, pergi…” suara Lina semakin lama semakin lirih. Keringat mulai bermunculan , semakin lama pandangannya semakin kabur. Pendengarannya pun semakin pudar sebelum gelap menguasai seluruh penglihatannya. Lina membuka mata, samar ia melihat wajah ibunya yang menatapnya dengan penuh khawatir, ayahnya yang cemas lalu wajah yang selam ini meresahkan sekaligus membuatnya berdebar, Rizal. “Lina, bagaimana keadaanmu, sayang?” Yuanita membelai kepala putrinya dengan lembut. “Mama… kenapa aku bisa seperti ini?” tanya Lina bingung. Terakhir kali ia mengingat, ia bertemu dengan wanita licik itu dan mendengarkan semua cerita dan rencana jahatnya. Hal itu yang menjadi pemicu hyperventilasing nya kambuh dan mengakibatkan ia tak sadarkan diri. “Manager restoran yang menelpon mama kalau kau tiba-tiba jatuh pingsan saat makan di sana. Karena tadi itu papamu masih sementara meeting, jadi mama terpaksa meminta bantuan dokter Rizal padahal ia juga sibuk menyiapkan keberangkatan kekasihnya pulang ke Kanada, bukan begitu dokter? Tapi dokter Rizal tetap menyempatkan waktunya. Dokter Rizal yang membawamu ke rumah sakit,” sang ibu menjelaskan semuanya. Mendengar hal itu, Lina kemudian menatap pria tampan itu dengan senyuman. “Terima kasih atas bantuannya dokter, dan aku minta maaf karena selama ini aku selalu membuatmu kerepotan,” ucap Lina penuh penyesalan. “Tidak apa-apa, ini sudah menjadi tugasku.” Jawab Rizal. “Wah, ternyata dokter Rizal punya kekasih. Selama ini aku pikir masih lajang, padahal aku baru mau ajak dokter pacaran, heh..he…” semua orang yang ada di ruangan itu terdiam mendengar ucapan Lina. “Hus..! tidak boleh bicara seperti, sayang.” tegur Yuanita. “Maaf, aku hanya bercanda dokter, jangan diambil hati, ya. tapi jujur, kekasih dokter itu adalah wanita yang sangat beruntung memiliki pak Dokter,” ucap Lina. Rizal tersenyum. “Ya sudah, kau istirahat lagi saja. ingat, kau berhutang cerita padaku. Aku ingin, saat konseling nanti. Aku sudah bisa mendengar semua ceritamu,” ucap dokter Rizal. Ia ingin Sonia cepat beradaptasi dengan lingkungannya yang sekarang. “Iya dokter, serahkan pada kami,” ucap ibu Yuanita. “Kalau begitu, aku permisi dulu. Sampai jumpa,” ucap Rizal lalu beranjak dari tempatnya. “Dokter…” Lina menahan langkah dokter muda itu “Ada apa?” “Sampaikan salam kenalku pada kekasih Dokter,” ucap Lina sambil tersenyum. “Iya, akan aku sampaikan. Lusa dia kembali ke kanada. Kalau kau bisa pulih sebelum itu, aku bisa mengenalkanmu dengannya, bagaimana?” tanya Rizal. “Oh ya? wah. Aku akan senang sekali bisa dipertemukan dengan wanita beruntung itu, Dokter. aku mau. Aku sudah pasti pulih cepat ini,” saking bersemangatnya, Lina bahkan tidak sadar kalau ia sudah bangkit dari rebahnya. “Hai, apa yang kau lakukan, kondisimu belum pulih betul!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD