Pandangan Fattan tertuju ke layar laptop, tetapi pikirannya travelling mencari sesuatu yang tertinggal dalam ingatan. Setiap kali bayangan wajah Azkia melintas di benaknya, setiap kali itu juga senyuman di bibirnya mengembang. Azkia sukses membuatnya mabuk kepayang, padahal belum genap dua minggu dia mengenal wanita itu. “Woi, Mas!” Seruan Fey dari ambang pintu kamar Fattan meleburkan keceriaan yang tampak di wajah pria itu. “Kenapa Mas senyum-senyum sendirian?” tanyanya kemudian. Fattan langsung menekuk wajah menyembunyikan euforianya. Dia memaksa amygdala-nya menghentikan proses pengelolaam dasar emosi dan berpura-pura cool lagi. Seraya menutup layar laptop dan menurunkan kaki dari sofa panjang tempatnya rebahan, Fattan menyambut kedatangan sang adik tanpa senyuman. “Ada apa?” tanyan