25. Salah Paham

1736 Words
Jakarta Bianca terlihat sedang asyik mengajak biacara Aditya yang masih bayi. Ya, walaupun Aditya belum mengerti appa yang Bianca ucapkan setidaknya Aditya sudah bisa menatap Bianca. Bianca mengajak bicara sambil tertawa, kadang menggoda Aditya atau kadang mencubit pipinya dengan lembut. Ceklek Terdengar pintu suara kamar Aditya terbuka. Bianca yang sedang duduk di ranjang pun menoleh. Ternyata itu adalah Mami. Bianca tersenyum dan menyapa Mami, tanpa Bianca melihat apa yang ada ditangan Mami. “Mami kapan datang?” Tanya Bianca. Mami tidak menjawab, wajahnya terlihat marah dan langsung memberikan jas di tangannya kepada Bianca. Sejujurnya Mami sangat kecewa kepada Bianca sampai ada jas laki-laki lain di dalam mobil Bianca. Mami tahu Bianca semalam dari acara pesta untuk mewakili Willy dan Papi. Tetapi Mami pun butuh penjelasan dari jas ini. Mami tahu Bianca adalah wanita yang baik dan tidak mungkin mengkhianati Willy. “Jalaskan kepada Mami milik siapa jas ini?” Tanya Mami dengan wajah yang tidak bersahabat. Bianca terkejut sudah pasti. Bianca tahu itu jas milik Gio yang dipinjamkan kepadanya semalam, tetapi kenapa bisa ada di tangan Mami. Bianca yang memang merasa tidak berbuat macam-macam pun mencoba menjelaskan kepada Mami yang terjadi semalam. “Mi, ini milik laki-laki yang bernama Gio” jawab Bianca. “Gio, siapa dia, kenapa bisa ada di mobilmu? Jangan katakan kamu semalam pergi bersama laki-laki lain” ucap Mami dengan penuh kecurigaan. Bianca mencoba tetap tenang dan menjelaskan pelan-pelan kepada Mami. “Mi, aku tidak jalan dengan pria lain. Jadi semalam itu waktu aku di dalam lift, tiba-tiba lift dan lampunya mati. Matinya pun cukup lama satu jam. Di dalam lift sangat panas sehingga aku berkeringat dan gaunku basah. Lalu pria bernama Gio itu bersamaku di dalam lift. DIa meminjamkan jas ini kepadaku untuk menutupi gaunku yang basah” ucap Bianca yang menjelaskan kepada Mami. “Kamu terjebak di dalam lift, kenapa kamu tidak menghubungi Mami atau Papi? Apa Willy sudah tahu kejadian semalam?” Tanya Mami bertubu-tubi. “Signal ponselku tidak ada di dalam lift Mi. Aku juga sudah menghubungi Willy dan menceritakannya. Pada saat akum au pulang aku pun bertemu Pak Toto. Aku sudah menyampaikan salam dari Willy dan Papi. Pak Toti juga menitip salam untuk Willy dan Papi” ucap Mami. “Selain pria bernama Gio itu, dengan siapa lagi kamu terjebak Bii?” Tanya Mami. “Hanya dengan dia Mi. Karena aku datang sudah terlambat. Jadi tidak ada tamu lain yang baru datang” jawab Bianca. “Willy tahu juga kamu terjebak di dalam lift hanya dengan pria lain itu?” Selidik Mami. Bianca mengigit bibir bawahnya, lalu dia menggelengkan kepalanya. “Maaf Mi, aku terpaksa berbohong kepada Willy. Aku tidak bilang kalau aku terjebak hanya berdua dengan pria lain” ucap Bianca pelan. “Ya Tuhan Bii, kenapa kamu berbohong kepada Willy, kalau Willy tahu kamu berbohong pasti Willy akan kecewa” ucap Mami. Bianca memegang kedua tangan Mami lalu menatap Mami. “Mi, maafkan Bianca. Bianca terpaksa berbohong. Mami tahu Willy dia sangat possesife. Willy pasti akan marah dan menjadi kepikiran jika Bianca berkata yang sebenarnya. Semalam Bianca hanya takut Willy jadi marah dan dia jadi tidak fokus dengan pekerjaannya” ucap Bianca memohon. “Mami kecewa kepadamu Bii. Seharusnya kamu mengatakan saja yang sebenarnya. Untu apa kamu berbohong. Kalau kamu berbohong seolah-olah kamu melakukan suatu kesalahan” ucap Mami kecewa kepada Bianca. “Mami tidak percaya kepada aku. Aku tidak melakukan apa-apa dengan laki-laki itu” ucap Bianca sedih. Bianca pun melangkah keluar dari kamar Aditya. Bianca melangkah menuju kamarnya. Bianca masuk ke dalam kamar mandi. Untungnya hari ini Bi Inah tidak ada jadwal mencuci pakaian, jadi gaun yang semalam Bianca pakai masih di dalam keranjang pakaian kotor. Bianca pun mengambilnya dan membawanya ke kamar Aditya. “Ini Mi, gaun aku basah. Mami tahu kalau aku memakai gaun basah ini. Lekuk tubuh aku sangat terlihat. Di tambah aku sedang menyusui. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan pria itu. Dia hanya sebatas menolong aku saja Mi. Tidak lebih” ucap Bianca mencoba menjelaskan. Mami menarik nafasnya berat. Ya, Mami tahu gaun itu adalah pemberian Mami untuk Bianca. “Maafkan Mami Bii, sudah berprasangka buruk kepadamu. Mami hanya takut terjadi sesuatu di dalam rumah tangga kalian. Mami takut Willy terluka lagi Bii” ucap Mami sedih. Bianca pun memeluk Mami. “Mi, aku sangat mencintai Willy. Tidak pernah terlintas sedikitpun untuk mengkhinatinya. Aku selalu menjaga hatiku Mi. Akupun awalnya tidak mau menerima bantuan laki-laki itu. Tetapi kalau aku tidak memakai jasnya pasti tubuhku akan menjadi tatapan orang-orang. Itu akan lebih memalukan pastinya” ucap Bianca. “Iya Bii. Mami percaya kepadamu. Kamu adalah menantu yang baik dan istri yang sempurna untuk Willy” ucap Mami melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Bianca. “Lebih baik nanti kamu cerita yang sebenarnya ya kalau Willy sudah pulang. Agar di dalam rumah tangga kalian tidak ada rahasia apapun” ucap Mami menasehati Bianca. “Iya Mi. Aku juga semalaman tidak bisa tidur karena merasa bersalah sudah berbohong kepada Willy. Aku pun juga akan mengatakan sebenarnya kalau Willy sudah kembali” ucap Bianca menganggukkan kepalanya. “Oh iya. Tadi Mami dengar ada pengacara datang membawa surat dari pengadilan agama” ucap Mami. “Oh, itu Pak Hartawan Mi. pengacara Papa dan Mama” ucap Bianca mengambil kembali gaun kotornya. “Lalu untuk apa Pak Hartawan memberikan surat dari pengadilan agama?” Tanya Mami. “Surat dari pengadilan agama” ucap Bianca sedikit bingung. “Mami tahu dari mana?” Tanya Bianca. “Tadi Mami mendengar Bi Inah dan Pak Eko berbicara di dapur’ jawab Mami. Bianca pun teringat tadi waktu Bi Inah mengantarkan kopi dan kue bersamaan Pak Hartawan sedang mengambil berkas-berkas di dalam tasnya. Pantas saja tadi Bi Inah sedikit terdiam saat meletakkan cangkir dan piring kue. Dan jas milik Gio pasti ini dari Pak Eko. Ya jelas karena Jas ini masih di dalam mobil. Pak Eko yang memasukkan mobil Bianca semalam. “Ya Tuhan, mereka pasti salah paham” batin Bianca sedikit tertawa. “Pak Hartawan bukan membawakan surat dari pengadilan agama Mi. Dia kesini untuk mengurus asset-aset Papa dan Mama yang akan dipindah tangankan kepadaku. Mungkin tadi Bi Inah salah lihat. Memang tadi Pak Hartawan mengatakan dia habis bertemu dengan kliennya yang sedang mengurus perceraian” ucap Bianca menjelaskan kesalahpahaman ini. “Ya Tuhan. Syukurlah kalau begitu. Mami sampai panik Bii” ucap Mami. “Mami tenang saja. Bianca dan Willy sudah saling percaya. Kami saling mencintai Mi. Masalah sebesar apapun kami pasti akan berusaha menyelesaikannya tanpa harus ada kata perceraian” ucap Bianca. “Maafkan Mami ya Bii” ucap Mi. “Iya Mi. Mami juga tidak salah. Wajar kalau Mami curiga dan marah. Yang terpenting sekarang Mami sudah tahu yang sebenarnya” ucap Bianca. “Iya sayang” ucap Mami. “Aduh cucu kesayangan Mami lagi apa nie” ucap Mami yang melihat Aditya di atas ranjang. Mami melangkah dan naik ke ranjang. Mami pun menggendong Aditya dan menciumnya berkali-kali. Mami sangat merindukan cucunya ini. “Oh iya Bii, mami tadi membawakan banyak makanan untukmu. Mami tadi tinggal di dapur” ucap mami. “Terima kasih ya Mi. Aku buatkan Mami minum dulu ya” ucap Bianca. “Iya, biar Aditya Mami yang jaga. Mami rindu sekali dengan cucu kesayangan Mami ini” ucap Mami. Bianca menganggukkan kepalanya. Bianca pun lega sekali Mami akhirnya tidak jadi marah kepadanya. Biana tidak tahu jika Mami tidak percaya lagi kepadanya. Bagaimana nanti hubungan Bianca dengan mami, padahal hanya Mami satu-satunya Ibu Bianca saat ini. Bianca melangkah ke dapur. Di dapur dia melihat Bi Inah dan Pak Eko sedang merapikan makanan yang Mami bawa dengan wajah sedih dan ketakutan. Bianca tahu pasti Bi Inah dan Pak Eko sudah berpikir macam-macam. Bianca pun sengaja bersandiwara di depan asistan rumah tangga dan satpamnya ini. “Ekhem” Bianca berdeham. Bi Inah dan Pak Eko pun langsung menunduk. “Bi Inah tolong rapikan barang-barangku” ucap Bianca dingin. Bi Inah pun terlihat menoleh kepada Pak Eko. Bi Inah dan pak Eko pun langsung melangkah cepat menghampiri Bianca. Mereka berdua langsung dudu di depan Bianca dan meminta maaf. “Ibu maafkan kami. Kami tidak bermaksud mengadukan Ibu yang tidak-tidak kepada Ibu Mami” ucap Bi Inah sedih dan merasa bersalah. “Iya Bu, saya juga tidak ada maksud menuduh Ibu yang macam-macam. Saya dan Bi Inah sayang dengan Ibu dan bapak. Kami tidak ingin Ibu dan Bapak pergi. Kami ingin bekerja terus bersama Ibu dan Bapak. Maafkan kami Bu” ucap Pak Eko dengan nada merasa bersalah. Bianca pun tak bisa menahan tawanya melihat Bi Inah dan Pak Eko. Tetapi Bianca juga senang Bi Inah dan Pak Eko sangat setia kepadanya dan Willy. “Apa maksud kalian sih?” Tanya Bianca sambil tertawa. “Ko Ibu malah tertawa?” Tanya Pak Eko bingung. “Ya habis kalian ngomongnya sudah pada ngawur” jawab Bianca. “Tadi Ibu meminta saya merapikan barang-barang Ibu. Memangnya Ibu mau kemana?” Tanya Bi Inah. “Barang-barang itu maksudnya makanan yang tadi Mami bawa. Di dalam bagasi Mami juga masih ada. Memangnya siapa yang mau pergi” ucap Bianca. “Ibu benaran tidak akan pergi dari sini?” Tanya Bi Inah. “Iya. Kalian berdua ini sudah berpikir yang macam-macam. Aku dan suamiku baik-baik saja. Mami juga sudah tahu. Oh ya satu lagi itu pengacara bukan membawa surat dari pengadilan agama untukku. Itu pengacara kedua orang tuaku. Pengacara itu mau menyerahkan asset-aset milih Papa dan mama kepadaku” ucap Bianca. “Ya Allah Gusti, Alhamdulillah; ucap Bi Inah dan Pak Eko bersamaan. “Sudah sana kalian rapikan barang-barangnya. Pak Eko juga kalau menemukan sesuatu di mobil saya langsung berikan kepada saya ya, agar tidak jadi salah paham lagi seperti ini” ucap Bianca. “Iya Bu, pasti. Saya minta maaf ya Bu” ucap Pak Eko yang terlihat sudah tidak sedih lagi. Bianca pun tersenyum menganggukkan kepalanya. “Saya juga ya Bu minta maaf” ucap Bi Inah. “Iya Bi” ucap Bianca. “Oh iya tolong siapkan makan siang untukku dan Mami setelah ini ya. Akum au membuatkan minuman dulu untuk Mami” ucap Bianca. “Biar saya saja Bu yang buatkan minuman” ucap Bi Inah. “Tidak apa. Bibi selesaikan saja dulu merapikan makanan ini ya” ucap Bianca. “Baik Bu” ucap Bi Inah. Bianca pun melanjutkan langkahnya untuk membuatkan jus strawberry untuk Mami. Siang-siang panas begini mami suka minum jus strawberry dengan campuran lemon dan es batu. Bianca sudah hafal kesukaan Mami.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD