14. Meet 2

1627 Words
Bali Willy kembali masuk ke kamar perawatan Luna. Willy melangkah dan kembali menghampiri Luna. Disana Luna masih terlihat bingung menatap buket mawar merah yang Willy letakkan di sampingnya. Sudah terlanjur Willy pun tidak bisa berbuat apa-apa. “Pejamkan matamu” ucap Willy. “Kamu mau apa?” Tanya Luna bingung. “Pejamkan saja matamu” ucap Willy. Luna pun akhirnya memejamkan matanya. Willy pun mengeluarkan kotak dari saku jasnya. Willy membuka kotak berisi kalung yang baru dia beli tadi, lalu Willy memakaikannya di leher Luna. “Kamu boleh membuka mata sekarang” ucap Willy. Luna membuka matanya lalu menunduk. Luna terkejut sekali saat dia melihat di lehernya sudah ada kalung berlian yang indah. “Ini untukku” ucap Luna tidak percaya. “Kalau kamu tidak mau aku akan mengambilnya lagi” ucap Willy. “Jangan, tentu saja aku mau. Hem kalau buket mawar itu kamu ambil lagi juga tidak apa-apa” ucap Luna. Willy hanya melirik ke buket itu. Benar ternyata Luna tidak menyukainya. “Aku kira setelah kecelakaan bisa membuatmu menyukai mawar” ucap Willy beralasan. “Kamu tahu aku tidak suka mawar” ucap Luna. “Kalau aku tidak tahu aku tidak akan disini sekarang” ucap Willy yang menurut Luna itu bukanlah jawaban yang dia inginkan. Tetapi Luna pun terlihat senang sekali. Luna pikir sepertinya Willy Pratama memang kekasihnya. “Aku percaya sekarang” ucap Luna menganggukkan kepalanya. “Apa?” Tanya Willy. “Ya sesuatu yang aku percayai” jawab Luna. “Apa itu?” Tanya Willy. “Rahasia” ucap Luna terkekeh. “Baiklah. Sepertinya yang kamu percayai itu tidak untuk kaum pria” ucap Willy. Luna hanya terkekeh. Willy Pratama yang dia kenal dari televisi dan majalah memang adalah pria yang tidak suka berbasa-basi. Tetapi kecelakaan itu memang sepertinya membuat sebagian memori Luna hilang. Karena terakhir kali yang Luna tahu Willy Pratama sudah menikah dengan seorang wanita bernama Bianca Esterina. “Kapan aku bisa keluar dari kamar ini?” Tanya Luna kepada Willy. “Kenapa kamu tidak tanya kakekmu tadi?” Bukannya menjawab Willy justru berbalik tanya kepada Luna. “Kakek bilang kalau aku sudah benar-benar sembuh” jawab Luna dengan nada manja. Willy menatap Luna. Dia sangat berbeda denga Bianca. Bianca adalah wanita dewasa dan tidak pernah terlihat manja kepadanya. Terakhir Bianca manja kepadanya itu karena Bianca sedang hamil dan Willy tahu itu pasti pengaruh hormone dari kehamilannya itu. Ah sial, Willy jadi teringat Bianca dan Aditya bayi kecil mereka. Willy mencoba menyemangati dirinya sendiri. Willy harus sabar dan harus bisa membuat Luna baik-baik saja agar Willy bisa segera kembali ke Jakarta. “Kamu sudah tahu jawabannya, kenapa masih bertanya kepadaku” ucap Willy. Luna pun mencibir. “Disaat aku sakit kamu masih saja seperti ini sikapmu. Tidak bisakah kamu lembut kepadaku” ucap Luna dengan manja. “Tentu saja aku tidak bisa Luna. Aku mempunyai istri, aku mana mungkin bisa bersikap lembut kepada wanita lain” batin Willy. Willy pun mengusap puncak kepala Luna lalu tersenyum kepadanya. “Cepatlah sembuh. Aku akan mengajakmu ke pantai jika kamu sembuh nanti” ucap Willy lembut. Luna pun tersenyum malu. Mendapat sentuhan seperti itu dari Willy sudah membuat hatinya sangat senang. “Kamu janji padaku ya” ucap Luna. “Tentu saja” ucap Willy. “Aku akan secepatnya keluar dari kamar ini” ucap Luna dengan semangat. “Baguslah kalau begitu” ucap Willy. Willy menatap jam di tangannya. Sudah satu jam lebih Willy menemani Luna. Sebaiknya Willy pamit sekarang. “Aku harus kembali ke kantor” ucap Willy. “Kamu mau pergi, lalu aku sendiri” ucap Luna dengan nada sedih. “Kakekmu pasti akan menemanimu disini. Aku janji besok akan mengunjungimu lagi” ucap Willy. “Baiklah. Kamu hati-hati ya” ucap Luna. “Ya” ucap Willy. Setelah berpamitan Willy pun melangkah pergi. Luna hanya bisa melambaikan tangannya. Padahal Luna berharap Willy mengecup keningnya. Tetapi Willy yang memang tidak mempunyai perasaan apa-apa kepada Luna jadi dia tidak terpikir untuk mengecup kening Luna. Setelah dari rumah sakit Willy kini berada di penthouse yang diberikan oleh Gunardi. Willy baru masuk ke penthaouse ini. Betapa terkejutnya dia di penthouse ini banyak sekali foto-foto Luna dipajang. Dan tidak hanya itu, sejak kapan Willy dan Luna mempunyai foto-foto berdua. “Ini pasti kerjaan kakek tua itu” ucap Willy. Jelas sudah ini adalah perintah Gunardi. Ya, Gunardi sepertinya ingin semua rencananya berjalan dengan sempurna sampai dia membuat foto palsu kebersamaan Willy dan Luna. “Okey, kakek tua. Kita lihat siapa yang akan menang aku atau kamu. Aku akan berusaha membuat Luna menerima semua kenyataan ini tanpa merasa tersakiti agar aku bisa kembali kepada istri dan anakku” ucap Willy. “Aku merindukan Bianca. Tetapi saat ini aku tidak bisa menghubunginya. Aku kirim pesan kepadanya saja” ucap Willy. Willy pun duduk di sofa lalu dia mengeluarkan ponselnya. Willy pun mengetikkan pesan untuk Bianca. To : Istriku Tercinta From : Willy Suamiku Bii, sedang apa? Maaf ya aku belum bisa telepon kamu sekarang. Nanti kalau ada waktu luang aku akan meneleponmu lagi. Willy menunggu beberapa menit balasan dari Bianca. To : Willy Suamiku From : Istriku Tercinta Aku sedang mendesign ulang dekorasi milik klien. Ibunya minta di cancel padahal acara seminggu lagi. Kamu jaga kesehatanmu jangan terlalu sibuk. Willy terkejut sekali membaca pesan balasan dari Bianca. Bukankah Bianca seharusnya sedang cuti, tetapi kenapa wanita satu ini tetap saja mengerjakan pekerjaannya. Rasanya Willy ingin sekali menyembunyikan laptop sialan itu agar Bianca tidak lelah bekerja. To : Istriku Tercinta From : Willy Suamiku Ya Tuhan, Bianca. Kamu baru saja melahirkan sudah mulai bekerja lagi. Memangnya kemana karyawanmu. Kalau ada disana aku akan menyembunyikan laptop dan ponselmu. Kasihan Aditya kalau kamu terlalu sibuk bekerja sayang. Willy pun menunggu balasan dari Bianca. Willy ingin tahu apa yang akan Bianca jelaskan. To : Willy Suamiku From : Istriku Tercinta Iya Will. Aditya sedang tidur. Aku juga Cuma menyelesaikan ini saja. Karena kalau di cancel Management kita bisa rugi besar. Karena semua perlengkapan dekorasinya sudah dipesan dan aku sengaja memesan baru. Kamu tenang saja ya, aku akan menjaga Aditya dengan baik, seperti aku menjaga hatiku untukmu. Entah kenapa membaca kata-kata terakhir pesan balasan Bianca membuat Willy terkekeh. Istrinya tidak pernah menggombali dirinya seperti ini. Hati Willy pun sedikit tenang. Willy tahu Bianca tidak pernah berbohong kepadanya. Mungkin ini memang pekerjaan yang mendesak. To : Istriku Tercinta From : Willy Suamiku Baiklah jangan terlalu lelah. Kamu jaga kesehatanmu. Aku sedang tidak bisa menjagamu saat ini. Jadi jangan membuat aku cemas. Aku mencintaimu dan Aditya. Tak beberapa lama Bianca pun mengirim balasan untuk Willy. To : Willy Suamiku From : Istriku Tercinta Iya suamiku tercinta. Kamu juga jaga kesehatan disana. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu. Aku dan Aditya sangat mencintaimu sayang. Willy tersenyum-senyum membaca pesan balasan dari Bianca. Rasanya Willy seperti orang yang baru saja jatuh cinta. Padahal dia dan Bianca memang sudah saling mencintai. Tetapi karena hubungan jarak jauh ini membuat perasaan Willy semakin dalam kepada Bianca. Jakarta Pagi-pagi rumah Bianca sudah ada lima orang karyawan dari Bianca Managemnt yang sedang membantu merapikan ruang tamu Bianca menjadi tempat rapat dengan Ibu Rita nanti. Bianca pun menambahkan bunga-bunga berwarna putih sebagai pemanis ruangannya. Bi Inah sedang membantu Nathan di dapur menyiapkan masakan untuk rapat nanti. Naena dan Icha juga baru saja datang. Sepasang Manekin berbaju pengantin pun ikut dibawa ke rumah Bianca. Manekin itu di letakkan di ruang tamu Bianca sebagai contoh gaun pengantinnya. “Bii, gimana sudah beres semuanya?” Tanya Icha. “Sudah” ucap Bianca menganggukkan kepalanya. “Bii, Aditya dimana?” Tanya Nena. “Masih bobo. Tadi pagi aku mandiin lebih cepat dari biasanya. Minum sus uterus bobo lagi” jawab Bianca. “Nanti kalau kita rapat Aditya sama siapa?” Tanya Icha. “Nanti minta tolong Bi Inah dulu buat jagaiin di kamar. Aku sudah siap stock asi” jawab Bianca. “Duh, maaf ya jadi merepotkan kamu Bii” ucap Naena dan Icha. “Santai aja lagi” ucap Bianca. “Yasudah, aku siap-siap dulu ya. Sekalian mandi” ucap Bianca. “Okey” ucap Icha dan Naena bersamaan. Bianca melangkah ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap. Karena Ibu Rita, Mba Laras dan Mas Riyan akan datang jam 8 pagi. Jadi Bianca harus rapi sebelum mereka datang. Bianca setelah mandi dan rapi sengaja mengecek Aditya di kamarnya. Aditya masih terlelap. Bianca pun mengecup kening Aditya. “Sayang doakan Mama ya, semoga clien Mama tidak jadi cancel” ucap Bianca pelan. Bianca pun melangkah keluar dari kamar Aditya. Bianca memanggil Bi Inah untuk menjaga Aditya di kamarnya. Nathan di dapur pun juga sudah hampir selesai dengan masakannya. “Sudah selesai Nath?” Tanya Bianca. “Sebentar lagi Bii. Tinggal di rapikan saja” jawab Nathan. “Okey, aku tinggal ya. Bi Inah juga harus jaga Aditya kamu sendiri tidak apa-apa” ucap Bianca. “Tenang saja Bii. Semuanya sudah beres” ucap Nathan. “Okey” ucap Bianca. Setelah mengecek dan memastikan semuanya sudah rapi Bianca pun merasa tenang. Kini Bianca bergabung dengan Naena dan Icha menunggu di ruang tamu. Bianca juga sudah menyalakan laptop dan proyektornya. “Bii, sudah jam 8” ucap Icha. “Kalau begitu, aku cek ke depan ya” ucap Naena. “Tunggu, kita bertiga yang ke depan” ucap Bianca. “Ide bagus” ucap Icha. “Iya, kita berikan pelayan terbaik kita” ucap Naena. Bianca menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Bianca, Icha, dan Naena melangkah bersama ke depan rumah Bianca. Mereka bertiga berdiri di depan pintu rumah Bianca untuk menunggu kedatangan klien mereka. Mobil berwarna putih pun sudah memasuki garasi rumah Bianca. Bianca, Icha dan Naena pun memasang wajah senyum mereka, ketika Ibu Rita, Mba Laras dan Mas Riyan melangkah menuju mereka bertiga. “Selamat pagi, selamat datang” ucap Bianca Icha dan Naena bersamaan dengan sangat ramah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD