Aku meninggalkan Papi di kamar, sementara kaki ini kupaksa berlari kecil ke lantai dasar. Sejak di anak tangga terakhir, aku sapukan pandanganku ke segala arah, mencari keberadaan Mas Rio. Nihil. “Kenapa, Teh?” tanya Ayah Edo. “Mas Rio mana ya, Yah?” “Tadi ke belakang.” “Oh. Makasih, Yah.” “Aya naon atuh?” “Ngga ada apa-apa, Yah. Pengen ngobrol aja.” “Oh. Coba aja cek di belakang. Ada Mami juga, malah jadi ngobrol mungkin.” Aku mengangguk, mencium gemas Jihan di pangkuan Ayah lebih dulu. Begitu Jihan bersuara karena kesal, aku berlari ke tujuanku semula. “Teteh usil nyak? Cup cup sayangnya Ayah, ulah nangis atuh. Teteh siiih!” Di dapur, Mama April nampak fokus memandang layar ponselnya sembari menyesap coklat hangat. Beliau mendongak saat mendapati ku mendekat. Sepa