“Reina takut Mas Rio berubah pikiran, mundur dari pernikahan ini,” lirih Reina. Gue berhasil menenangkan emosi. Hanya saja, dengan wajah kacau begini, gue belum berani masuk ke rumah. “Faktanya, banyak orang yang mengalami kompleks inferioritas kayak aku ini yang akhirnya berpengaruh ke mentalnya ya Rei? Bahkan berujung meninggalkan pasangannya,” balas gue. Bukannya menuturkan kalimat penyejuk. Reina mengangguk, air matanya kembali menitik. “Apa kamu mau mendukung dan membantu aku supaya aku ngga begini terus?” tanya gue lagi. “Aku jauh lebih takut jalanin hari-hariku tanpa kamu, humaira.” Reina melingkarkan kedua tangannya di pinggang gue, memeluk erat. Tentu saja gue menyambut pelukan itu. Satu tangan mendekap, tangan lainnya gue bawa untuk menangkup wajahnya. Sekarang ... cewek ini