ITU YANG HARUS DILAKUKAN

1002 Words
Tasya menatap Amelia dengan mata yang berbinar gembira seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu. "Kau yakin, Mel?" "Aku yakin, Sya. Aku ingin memulai semua dari awal, tapi bagaimana dengan Davina?" "Kita akan memulainya terlebih dahulu di sini , di Seoul. Kau akan menjadi bintang yang bersinar di kota ini, baru kita akan kembali ke Indonesia bersama-sama." Amelia mengerutkan dahinya, "Kita?" "Tentu , Amelia sayang aku akan menjadi asisten pribadi sekaligus managermu di Jakarta nanti. Tapi, seperti katamu kau harus berubah terlebih dahulu, tunggu sampai kau selesai nifas, Mel. Tahan dulu semua setahun ini saja, aku bahkan sudah menemui dokter yang akan membuatmu tampil cantik dan berubah total. Satu hal lagi, Mel aku akan mengurus identitas dirimu di kedutaan besar Indonesia. Kau membawa dokumen lengkap milikmu, kan?" Amelia mengangguk, "Iya, aku membawa semua. Akte lahir , ijazah sekolahku, semuanya aku bawa." "Kau akan pulang dengan nama yang baru, bukan Amelia lagi. David tidak akan pernah mengenalmu, itulah sebabnya aku meminta kau untuk melakukan Cesar. Supaya kau bisa melakukan operasi selaput dara. Kau harus kembali perawan, Amelia." Amelia melongo, "Hah! Kau gila? Buat apa?" "Jika kau ingin membalas sakit hatimu, jangan setengah-setengah,Mel. Kau harus membuat David tergila-gila tidak hanya dengan suara indahmu tetapi juga tubuh dan kecantikan yang kau miliki. Termasuk keperawanan yang akan kau berikan untuk mengikatnya ke dalam pelukanmu." Amelia terdiam, Tasya benar. Ia harus membuat David kembali merasakan kenikmatan yang sempat mereka reguk, kali ini dalam kondisi sadar. "Kau betul, Sya. Aku harus membuat David menyesal pernah membuangku begitu saja hanya karena aku tidak layak di matanya." "Kau ini cantik, Amelia! Lihat , kau memiliki sepasang mata yang indah, bibir yang begitu mungil dan sensual. Jika ada yang harus dioperasi itu hanya hidungmu saja. Hidungmu harus dibuat lebih tinggi, dan tubuhmu harus lebih mungil. Kita lihat saja nanti bagaimana David akan memandang wajahmu tanpa kedip sama sekali." Amelia tersenyum mendengar perkataan Tasya. Selama ini ia memang jarang sekali mengamati wajahnya di cermin. Amelia merasa bahwa ia sama sekali tidak cantik apa lagi dengan bobot tubuhnya sekarang ini. "Aku memang harus berubah ya, Sya?" tanya Amelia. "Tentu , demi cinta yang harus kau perjuangkan, juga demi Davina." "Tapi, apakah aku sanggup merebut David dari Karla?" tanya Amelia. "Apakah kau yakin Karla benar-benar tulus mencintai David? Bukan karena harta? Bukan karena David mampu memberikan ketenaran kepadanya? Tanyakan itu pada hati kecilmu sendiri, Amelia. Kau lebih mengenal Karla karena dia adalah kakak kandungmu sendiri. Apa kau tega membiarkan orang yang kau cintai hanya dimanfaatkan?" tanya Tasya dengan tegas. Amelia menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan, apa yang dikatakan Tasya benar, Karla pernah mengatakan kepadanya, bahwa ia bukan mencintai David. Tetapi , ia mencintai kekuasaan David. "Tasya mencintai kekuasaan David ...." "Kau sudah tau akan hal itu, lalu kau akan membiarkan begitu saja?" "Tidak, tentu saja tidak!" "Kalau begitu kau harus semangat, Amelia. Aku mempunyai teman di Indonesia yang bisa aku percayai. Mulai besok, aku akan memintanya untuk menjadi mata dan telinga kita di Indonesia supaya kita bisa mengetahui apa saja yang sudah terjadi di sana. Sehingga kita bisa merencanakan segala sesuatunya dengan baik." "Ya Tuhan, kau sudah memikirkan semuanya?" tanya Amelia, rasanya ia tak percaya mengetahui bahwa Tasya sangat peduli dan sudah memikirkan segalanya dengan begitu detail. "Berita pertama yang harus aku sampaikan kepadamu, kuharap tidak menyurutkan niatmu, Karla saat ini sedang hamil. Tapi, mereka tidak menikah, dan saat ini perusahaan David mulai mengalami penurunan karena Karla tidak mengeluarkan album ataupun single terbaru sejak beberapa bulan yang lalu. Mereka sempat mengadakan acara pencarian bakat, tetapi belum ada yang bisa menyamai suaramu." Amelia merasa sedikit tersanjung mendengar kalimat Tasya yang terakhir. Tetapi berita yang pertama cukup membuatnya terkejut. Karla hamil? Dia kenal betul siapa kakaknya itu. Menjadi seorang ibu bukanlah impian Karla. Bahkan dia pernah mengatakan kepada Amelia, bahwa ia tidak mau tubuh indahnya rusak karena hamil dan melahirkan , apa lagi harus menyusui bayi. Jika memang Karla saat ini hamil, tentu ada sesuatu yang membuatnya 'rela' melakukan hal itu. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Tasya saat melihat Amelia tampak terdiam dan berpikir. "Kau tidak berniat untuk mundur, kan?" tanya Tasya. "Bukan, aku tidak bermaksud mundur sama sekali, tetapi aku hanya tidak habis pikir, bagaimana cara David membujuk Karla untuk mau mengandung anaknya." Tasya mengerutkan dahinya. "Maksudmu?" "Karla bukan tipe wanita pecinta anak kecil, Tasya. Bahkan sebelum bersama David pun, dia sudah bertekad untuk tidak pernah mau merusak tubuh indahnya hanya untuk kehadiran bayi." "Tapi, saat ini dia sedang hamil anak David." "Pasti ada sesuatu yang Karla incar dari David hingga ia merasa pengorbanan yang ia berikan sepadan. Percayalah, Tasya, hidup bersama Karla puluhan tahun membuatmu mengenal seperti apa Karla itu." "Ya tentu saja kau mengenalnya dengan baik, kau kan adiknya. Untung saja dia bukan kakakku, Mel. Jika dia kakakku, sudah aku racuni dengan jus cabe hingga dia sakit perut berhari-hari, " tukas Tasya sambil mengerucutkan bibirnya membuat Amelia tergelak. Tawa keduanya terhenti saat mendengar tangis Davina. Amelia yang hendak berdiri mengurungkan niatnya karena Tasya menahan bahunya dan menggelengkan kepalanya, "Biar aku saja ,seharian bekerja membuatku rindu pada gadis kecil itu," ujar Tasya. Amelia hanya tersenyum, tak lama kemudian Tasya keluar dari kamar sambil menggendong Davina. Bayi mungil itu terlihat begitu nyaman dalam dekapan Tasya. "Aku selalu menyukai wanginya, bayi memang selalu wangi dan menggemaskan. Aku seringkali tidak habis pikir jika menonton berita mengenai bayi yang dibuang oleh orangtua kandungnya. Apa salah makhluk mungil seperti dia ini?" "Itulah sebabnya dulu aku memilih untuk pergi dari David, Sya. Aku khawatir dia akan menyuruhku menggugurkan kandunganku. Saat dia menyadari bahwa dia telah merenggut kehormatanku saja dengan mudahnya dia memberi aku uang untuk melakukan operasi. Apa lagi jika dia tau aku mengandung anaknya? Hal pertama yang akan dia katakan adalah 'gugurkan anak itu.' Atau, dia akan mengatakan, 'apa kau yakin bayi yang ada di dalam kandunganmu itu adalah anakku? Kita hanya melakukannya sekali, Amelia.' Aku tidak sanggup untuk mendengarnya mengatakan hal itu," tukas Amelia. Tasya menghela napas, "Kau sudah memutuskan pilihan yang tepat. Merawat dan melahirkan Davina adalah hal terbaik yang sudah kau lakukan, Amelia."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD