APAPUN SYARATNYA

1012 Words
"Apa saja syaratnya aku pastikan David akan setuju, termasuk jika Jasmine meminta untuk menjaga jarak dengannya," janji Patricia. Tasya tersenyum, "Baiklah kalau begitu, aku jadi tenang mendengarnya," sahut Tasya. Setelah berbincang sebentar Tasya sendiri yang mengantarkan Patricia ke hotel. "Sampai jumpa nanti malam, Patty," kata Tasya sambil melambaikan tangannya. Patricia membalas lambaian tangan Tasya dan segera masuk ke kamarnya. Hal pertama yang Patricia lakukan adalah mengambil laptop dan menyalakan sambungan Wifi kemudian melakukan video call dengan David di Jakarta, Tampak David tersenyum senang saat Patricia melakukan video call dengannya. "Lama sekali, seharusnya sejak tadi kau menghubungiku," keluh David. "Aku langsung bertemu manager Jasmine, dan kau tau siapa managernya?" tanya Patricia. David mengerutkan dahinya, "Aku mengenalnya?" "Kita sangat mengenalnya karena dia dulu adalah salah satu penyanyi latar Karla." "Siapa?" "Tasya." "Tasya? Bukankah dia mengundurkan diri karena ingin meneruskan beasiswa?" "Ya, dan dia ternyata mendapatkan beasiswa ke Seoul. Lalu dia bekerja di sini, dia sudah sukses sekarang," kata Patricia. David menghela napas panjang, ia melihat wajah Patricia sangat serius. "Tasya itu adalah sahabat dekat Amelia," kata David lirih. "Kau mengatakan apa, Dave? Aku tidak mendengarnya," ujar Patricia sambil mengerutkan dahinya. David menggelengkan kepalanya,"Bukan apa-apa, Patty. Sudahlah, aku harus kembali bekerja. Kau laporkan jika sudah bertemu dengan Jasmine," kata David seraya memutuskan sambungan membuat Patricia berdecak sebal. "Dia itu memang kurang ajar sekali, jika aku yang memutuskan sambungan, pasti dia akan mengamuk," gerutu gadis itu. Malamnya, Patricia sudah menunggu di restoran yang ada di hotel tempatnya menginap. Bahkan ia sudah memesan minuman untuk Tasya dan Jasmine, Patricia ingin meninggalkan kesan yang baik untuk Jasmine. Ia sangat menginginkan Jasmine mau menerima tawarannya. Tepat pukul tujuh malam, Tasya datang. Patricia tersenyum lebar saat ia melihat sesosok gadis cantik yang berjalan di sisi Tasya. Gadis itu terlihat begitu anggun dan elegan. Dia bertubuh langsing dengan wajah cantik dan rambut hitam panjang yang terlihat begitu indah membingkai wajahnya. Patricia langsung berdiri dan menyambut mereka. "Kau sudah lama menunggu kami, Pat?" tanya Tasya. "Tidak, aku baru lima belas menit menunggu. Sudah aku pesankan minuman untuk kalian, tapi makanan belum. Aku tidak tau apa makanan kesukaan kalian," kata Patricia. "Terima kasih, Patty sayang," ujar Tasya geli. Ia merasa lucu saat melihat sikap Patricia yang menurutnya sedikit berlebihan. "Jadi, perusahaanmu yang ingin bekerjasama denganku?" tanya Amelia. Patricia tidak langsung menjawab, ia justru mengerutkan dahinya. "Suaramu ...." "Ada apa dengan suaraku?" "Kau ...." Patricia menatap Tasya dengan tajam, "Katakan padaku jika dia bukan Jasmine!" sergah Patricia pada Tasya. "Maksudmu?" "Tasya, aku tau dulu kau dan Amelia sahabat dekat. Saat ini, Amelia entah berada di mana, tapi aku yakin sekali kau adalah Amelia,kan?" tuduhnya pada Amelia dengan mata terpicing. Amelia dan Tasya saling pandang, akan sia-sia rencana yang sudah Tasya susun sejak lama jika Patricia bisa mengenali Amelia dengan begitu mudahnya. "Kau ini apa-apaan,sih. Amelia itu kan-" "Gemuk? Itu yang ingin kau katakan, kan? Mungkin orang lain akan tertipu,tapi aku tidak,Tasya. Kau melupakan sesuatu," ucap Patricia. "Lupa?" "Akui dulu kalau kau adalah Amelia," pinta Patricia. Tasya menatap Amelia, "Ya, aku Amelia. Kau mau memberitahu David jika Jasmine yang ia cari ternyata adalah gadis yang ia buang dulu?" tanya Amelia sinis. Patrica menggelengkan kepalanya lalu menyentuh tangan Amelia dengan lembut. "Mel, aku sudah tau apa yang terjadi antara dirimu dan David. Dia mengakuinya kepadaku kemarin," kata Patricia. "Kemarin?" "Ya, seandainya saja aku tau sejak awal, mungkin aku bisa membantumu. David memang keterlaluan, jadi, katakan kepadaku di mana anak kalian?" Tasya dan Amelia semakin tidak mengerti bagaimana Patricia bisa dengan cepat mengenali sosok dibalik Jasmine. Terlebih dia juga tau bahwa ada anak di antara David dan Amelia. "Kau meninggalkan beberapa alat tes kehamilan di kamar mandi apartemenmu, itu yang membuat David yakin kau sedang hamil. Aku bisa mengenalimu dari ini," kata Patricia sambil menyentuh tahi lalat di dagu Amelia. "Kalian melupakan sesuatu yang kecil tapi jutru itu akan membuatmu lebih cepat dikenali. Suara sudah pasti membuat David teringat pada Amelia, tapi fisik yang berbeda sudah tentu akan membuat David tidak peduli. Tetapi tahi lalat di dagumu itu, Karla sudah pasti tau kalau adiknya memiliki tahi lalat di dagu," kata Patricia. Amelia menepuk dahinya, bagaimana ia bisa melupakan hal itu. "Bersyukurlah aku yang diminta datang kemari oleh David. Jika tidak, dia pasti sudah mencecarmu," kata Patricia. "Ternyata kau ini teliti sekali, sial!" maki Tasya. Patricia langsung tertawa geli , "Jadi, mau tidak mau kau harus mau menerima tawaran kontrak ekslusif dari David," kata Patricia dengan senyum penuh kemenangan pada Amelia. "Percuma jika kau sudah tau," jawab Amelia sedikit kesal. "Untuk masalah ini, aku ada di pihakmu, Mel. Jadi, katakan apa yang harus aku bantu untukmu? Segera aku akan mengurus semua kontrakmu begitu aku kembali ke Jakarta. Dan seperti janjiku pada Tasya tadi siang, apapun yang kau minta David akan memberikan," tukas Patricia dengan tegas. Amelia mengerutkan dahinya, "Kenapa kau mau membantu aku?" tanya Amelia. "Karena aku ingin David menemukan yang terbaik untuk menjadi pendampingnya. Aku tau Karla adalah kakakmu, Mel, tapi David tidak pernah mencintai Karla sepenuh hati, begitu juga dengan Karla. Kau pasti sudah tau apa yang Karla inginkan, bukan?" "Ak-aku ... Selama ini aku memang mencintai David, siapa yang tidak akan jatuh cinta jika melihat pria mapan setampan David? Aku rasa banyak gadis cantik yang menginginkan posisi Karla saat ini. Apa lagi Karla dan David tidak pernah terikat dalam pernikahan yang sah." "Kembalilah menjadi seseorang yang berbeda, beri David pelajaran agar dia bisa lebih menghargai wanita dan juga cinta," ujar Patricia. "Asal kau berjanji tidak akan ada seorang pun yang tau rahasia ini, ibumu sekalipun," kata Amelia. "Asal kau mau mempertemukan aku dengan keponakanku," kata Patricia. "Yakin sekali sih, bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku sudah menggugurkannya?" Patricia mengembuskan napasnya perlahan. "Ayolah Amelia, kita bertiga tau kalau kau bukan orang yang tega berbuat kejam. Jika kau memang mau menggugurkan anak itu untuk apa kau pergi? Aku yakin kau sengaja pergi tanpa pesan juga tanpa memberitahu David tentang kehamilanmu karena kau takut jika David nantinya akan menyuruhmu menghilangkan anak itu, bukan begitu?" tukas Patricia. Amelia mengembuskan napasnya lalu menyesap minuman di hadapannya. Ia lalu mendelik kepada Patricia. "Baik, kau boleh bertemu dengan Davina," kata Amelia pasrah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD