Aku langsung menuju kamar yang sudah Bude Yati siapkan untuk aku tempati. Kamarnya lumayan cukup luas. Aku membereskan semua barang bawaanku. Menata baju bajuku di lemari milik Bude Yati.
Tok...tok...tok...
"Lia boleh Bude masuk ?" Tanya Bude dibalik pintu.
"Boleh Bude silahkan masuk saja pintunya tidak aku kunci ko" jawabku sambil membereskan baju bajuku.
Kemudian Bude Yati masuk ke kamarku.
"Nak semoga kamu betah tinggal di rumah Bude ya, masalah ucapan Bu Sukma tadi gak usah dimasukin ke hati ya" ucap Bude "Oh iya anaknya Bu Salma juga sekolah disana, nanti kamu bisa bareng sama dia berangkat dan pulang sekolahnya biar kamu ada temen" lanjutnya.
"Iya Bude" jawabku singkat
"Namanya Dila. Dia orangnya baik dan jarang keluar rumah hanya pada saat sekolah dan ada keperluan saja dia keluar rumah". Jelas Bude Yati. "Ya sudah kalau begitu Bude pamit dulu ya".
Aku menganggukkan kepalaku dan Bude pun pergi keluar kamar meninggalkanku.
Malam harinya selepas shalat magrib, kami makan malam bersama.
"Kamu kalau mau tinggal disini harus tahu diri jangan mau enaknya saja. Kamu harus mencuci piring bekas kita makan dan semua pekerjaan rumah harus kamu yang ngerjakan. Ya itung itung untuk bayar tempat kamu selama tinggal disini" ucap Bu Sukma dengan menatap sinis kepadaku.
"Iya Bu. Ibu tenang saja selama saya tinggal disini semua pekerjaan biar saya yang mengerjakan dan saya pastikan kalau saya tidak akan merepotkan kalian" jawabku dengan perasaan yang sangat kesal tapi harus tetep meredam emosi untuk menghargai Bude ku.
"Syukurlah kalau kamu sadar. Nih piring bekas makan saya kamu cuci" lanjutnya lagi sambil menyodorkan piring kotor bekas dia makan.
"Yang dibilang ibu itu benar Dek, Lia kalau mau tinggal disini ya harus tau diri. Jaman gini gak ada yang namanya gratis". Sambung Pakde Yayan ketus.
"Sudah sudah, kita ini lagi makan gak usah cari masalah. Lagian Lia itu keponakanku bukan pembantu di rumah ini. Ini rumahku jadi aku berhak menentukan siapa saja yang boleh tinggal di rumah ini" Bude Yati menengahi.
Merekapun langsung terdiam dan pergi meninggalkan meja makan menuju kamarnya masing masing.
"Maafin Bu sukma dan Pakde mu ya Lia. Kamu gak usah dengerin apa kata mereka. Anggap saja radio butut" ucap Bude Yati sambil mengelus punggungku.
Aku menganggukkan kepalaku dan langsung bergegas untuk mencuci piring kotor bekas kami makan. Bukan karena Bu Sukma yang nyuruh tapi aku lebih ke sadar diri karena aku menumpang di rumah Bude Yati. Lagi pula aku memang terbiasa setelah makan langsung nyuci piring.
***
Hari ini hari pertama aku masuk sekolah. Aku diantar Bude Yati ke rumah tetangganya untuk menitipkan aku ke anaknya yang kebetulan anaknya juga bersekolah di tempat yang sama denganku.
Saat kami hendak berangkat menuju rumah Bu Salma tetangga Bude ku ternyata mereka sudah ada di depan rumahnya.
"Eh ada Bu Yati, ada apa pagi pagi datang ke sini ? Itu siapa yang bersama ibu ?" Tanya bu Salma seraya menatapku.
"Oh iya bu maaf mengganggu waktunya, kedatangan saya ke sini saya mau menitip keponakan saya untuk berangkat sekolah bareng bersama Dila" jawab Bude Yati "perkenalkan ini keponakan saya namanya Lia, Lia baru saja pindah sekolah ke sini dan sekarang dia tinggal di sini bersama saya karena jarak sekolah dengan rumahnya sangat jauh, akhirnya saya memutuskan untuk Lia tinggal disini" sambungnya lagi.
Aku langsung bersalaman kepada Bu Salma dan Dila. Mereka pun menyambut hangat salam dariku.
"Oh seperti itu, syukurlah kalau begitu Dila jadi ada temannya berangkat ke sekolah, semoga betah ya tinggal di sini dan kalian bisa berteman dengan baik" jawab bu Salma
"Hai perkenalkan namaku Dila, mari kita berangkat sekarang takut kesiangan" ucap Dila sambil memegang tanganku.
"Iya ayo" jawabku singkat dengan memberi senyuman kepadanya.
"Kami pamit ya bu, assalamu'alaikum" ucap Dila sambil melangkahkan kakinya.
"Wa'alaikumsalaam, kalian hati hati ya" jawab Bu Salma.
Kami pun berangkat menuju ke sekolah dengan berjalan kaki. Jarak antara sekolah dengan rumah Bude tidak terlalu jauh hanya memerlukan waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai ke sekolah. Oleh karenanya cukup dilalui dengan berjalan kaki.
Di perjalanan aku berbincang bersama Dila. Saling bercerita satu sama lain. Hingga tak terasa kami sudah sampai di depan sekolah. Dan bel tanda masuk pun sudah berbunyi.
Semua siswa dan siswi bergegas menuju kelas masing masing yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Sebagai murid baru, aku diminta untuk memperkenalkan diri kepada teman teman sekelasku.
"Hallo semuanya, perkenalkan namaku Elia Raharja. Kalian boleh panggil aku Lia. Aku pindahan dari sekolah yang ada di desa sebelah dan Aku senang bisa bersekolah disini. Semoga kalian bisa menerimaku dan kita bisa menjadi teman yang baik" ucapku saat memperkenalkan diri di depan kelas.
Semua siswa dan siswi menyambut hangat kehadiranku. Setelah aku memperkenalkan diri, kami pun langsung memulai pelajaran.
Teng!
Bel tanda waktu istirahat sudah berbunyi. Aku segera membereskan buku dan memasukannya ke dalam tas. Lalu setelahnya aku pergi ke kantin sekolah bersama Dila untuk membeli makanan.
"Dil kita ke kantin yuk" ajakku.
"Iya ayo, kebetulan aku juga haus ingin membeli minuman" jawab Dila sambil membereskan bukunya.
Kamipun pergi ke kantin. Di sana aku melihat ada bakso makanan favoritku. Lantas aku pun langsung menghampiri ibu penjaga warung untuk membeli bakso.
"Dil aku mau membeli bakso, kamu mau gak ? Kalau mau nanti aku sekalian pesenin ke ibunya" Tanyaku kepada teman baruku itu. Meski aku baru mengenalnya tapi aku yakin kalau Dila itu anaknya baik dan tidak neko neko seperti yang Bude Yati pernah ceritakan kepadaku sebelumnya.
"Iya boleh Li" jawab Dila sambil meneguk jus jeruk.
Aku mengacungkan kedua jempolku dan segera menuju ke warung bakso.
"Bu aku mau baksonya dua ya, tolong anterin ke meja di sebelah sana" ucapku sambil menunjuk ke arah diman Dila sedang duduk.
"Baik Nak ibu siapkan dulu baksonya ya nanti ibu antar ke sana" jawab ibu pemilih warung bakso tersebut.
Aku kembali ke meja tempat duduk kami. Sambil menunggu pesanan kami datang, aku dan Dila berbincang bincang kembali.
"Dil makasih ya kamu sudah mau berteman denganku, kalau gak ada kamu aku gak tau sama siapa berangkat dan pulang sekolah" ucapku sambil menatap ke arah Dila
"Iya sama sama Li. Aku juga senang bisa berteman dengan kamu. Semoga kita bisa menjadi sahabat sejati selamanya ya" jawab Dila dengan senyum tipis.
Sama sepertiku, Dila merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak pertama dan kedua perempuan, mereka sudah menikah dan mempunyai anak. Sedangkan kakak yang satunya lagi laki laki dan belum menikah.
Semua kakaknya masih tinggal bersama di rumah Bu Salma.
Tak berselang lama seorang perempuan yang aku perkirakan umurnya sama dengan ibuku datang membawa dua mangkuk bakso pesanan kami. Kami pun langsung menyantapnya.
"Silahkan Nak ini baksonya, selamat menikmati ya" ucap ibu pemilik warung bakso itu dengan ramah dan nada yang lemah lembut.
"Iya bu terimakasih" jawabku.
Setelah selesai makan dan membayarnya, aku dan Dila kembali ke kelas karna jam pelajaran berikutnya akan segera dimulai.
Teng!
Bel tanda masuk berbunyi. Kami pun mempercepat langkah kami untuk segera menuju ke kelas.
"Anak anak, untuk hari ini belajarnya dilanjutkan di rumah ya karena ibu dan bapak guru pengajar disini mau mengadakan pertemuan" ucap Bu Suci guru kami.
"Baik bu" jawab kami serentak.
Kemudian semua siswa dan siswi bubar dan pulang menuju rumahnya masing masing.
Sesampainya di rumah, aku melihat ada Bu Sukma yang tengah tiduran sendiri di ruang televisi. Sedangkan Bude Yati belum pulang dari tempat dia mengajar dan kebetulan hari ini Pakde Yayan juga pergi ke kebun untuk menengok tanamannya.
Wili dan Rena mereka sedang bermain di rumah Bu Salma bersama cucunya yang kebetulan seumuran.
"Sudah pulang kamu ?" Tanya Bu Sukma dengan mulut ketusnya. "Nanti selesai ganti baju, kamu langsung nyuci dan beres beres rumah. Tadi Bude kamu gak sempet, dia harus buru buru berangkat ke sekolah untuk mengajar" sambungnya lagi
Aku langsung menuju kamar untuk mengganti pakaianku tanpa menghiraukan ucapan Bu Sukma. Kemudian setelah itu aku bergegas melakukan pekerjaan rumah seperti yang Bu Sukma katakan.
Aku memang terbiasa melakukan pekerjaan rumah. Sehingga aku sudah tidak kaget lagi dengan pekerjaan seperti ini. Ibuku mendidik semua anaknya untuk menjadi anak yang mandiri agar suatu saat nanti kalau anak anaknya sudah dewasa dan berumah tangga mereka bisa menjadi istri yang baik untuk suaminya.
Setelah selesai mencuci baju dan beres beres rumah, aku kembali ke kamarku untuk sekedar tiduran melepas rasa lelah.