Tinggal Di Rumah Bude

1264 Words
Namaku Elia Raharja, aku biasa dipanggil Lia. Aku sudah mempunyai seorang suami. Yang mana suamiku itu adalah kakak kandung temanku dulu pas masih sekolah SMA. Dulu waktu aku masih sekolah banyak sekali masalah yang menimpaku sehingga aku memutuskan untuk pindah sekolah. Dan aku tinggal bersama Bude Yati adik kandung ibukku karena pada saat itu jarak rumah dengan sekolahku yang baru sangatlah jauh sehingga ibu menyuruhku untuk ikut tinggal bersama adiknya. Bude Yati tinggal bersama suami dan kedua anaknya yang masih berusia lima tahun dan tiga tahun dan juga ibu mertuanya. Semenjak suaminya meninggal akhirnya Mas Yayan (suaminya Bude Yati) mengajak ibunya untuk tinggal bersama mereka. Lagi pula Mas Yayan merupakan anak satu satunya. "Dek maksud kedatangan Mbak ke sini Mbak mau ngasih tahu kalau Lia mau pindah sekolah ke sini, tapi karena jarak rumah dan sekolah sangat jauh gak papa ya kalau Mbak nitip Lia tinggal di sini" ucap ibu yang saat itu sedang berkunjung ke rumah Bude Yati. "Untuk masalah makan dan kebutuhan lainnya Mbak akan transfer setiap bulannya ke nomor rekening kamu, bagaimana apa kamu tidak keberatan ?" Sambungnya lagi "Iya boleh Mbak, Lia biar tinggal disini saja kasihan kalau harus pulang pergi kan jauh, lagian aku juga gak keberatan kok kalau Lia tinggal disini biar Wili dan Rena ada temennya" jawab Bude Yati dengan wajah senang. "Hore aku bakal ada temen main di rumah jadi nanti gak main sendiri lagi" ucap Rena dengan bersorak riang. Aku yang notabenenya kurang suka dengan anak kecil hanya membalas dengan senyuman saja tak ingin membuat Rena kecewa. "Iya nanti Rena sama Mas Wili main bareng sama Mbak Lia ya" jawab ibuku sambil menatap anak yang sedang kegirangan itu. Sedangkan Bu Sukma dan Pakde Yayan hanya diam saja tidak ikut nimbrung pembicaraan kami. Dari raut muka mereka aku bisa menyimpulkan sepertinya mereka keberatan kalau aku harus tinggal bersama mereka. "Tapi kalau ada yang merasa keberatan gak papa bude biar aku tinggal bersama ibu saja, aku bisa berangkat pagi banget ke sekolah biar sampai di sekolah tepat waktu" ucapku sambil menatap kedua orang yang tengah duduk di samping Bude Yati. "Siapa yang merasa keberatan ? Gak ada Nak, malah Bude seneng kalau kamu tinggal disini jadi Rena ada temen buat main" tungkas Bude Yati meyakinkanku. Sementara kedua orang tadi masih dengan posisi dan raut wajah yang sama. "Ya sudah kalau begitu kami pamit dulu ya, nanti seminggu sebelum masuk sekolah Mbak antar Lia ke sini, terimakasih sudah mengizinkan Lia untuk tinggal disini" ucap ibuku sambil berpamitan. "Iya Mbak kamu gak usah khawatir pokoknya Lia boleh tinggal disini sampai kapanpun". Jawab Bude Yati meyakinkan ibu. Lalu kemudian kami pun beranjak pulang. Bude Yati merupakan seorang guru di salah satu Sekolah Dasar di desa tempat dia tinggal. Dan kini dia sudah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan suaminya tidak bekerja dia hanya diam saja di rumah bersama ibunya dan menjaga anak anaknya ketika Bude Yati sedang mengajar. Kadang kadang dia pergi ke kebun peninggalan bapaknya untuk mengecek tanaman yang ia tanam. Rumah Bude Yati masih satu kecamatan dengan rumah ibu hanya beda desa saja. Kini dia sudah mempunyai rumah sendiri dari hasil kerja kerasnya sebagai guru PNS. *** "Dek kamu yakin mau mengajak Lia buat tinggal bersama kita ?" Tanya Mas Yayan yang sedari tadi nampak keberatan dengan keputusan istrinya. "Iya Mas, memangnya kenapa kamu keberatan ? Kasihan kan Lia kalau harus pulang pergi ke sekolah dengan jarak jauh. Lagi pula dia kan keponakan aku bukan orang lain jadi biarlah dia tinggal disini bersama kita" jawab Bude Yati sambil meneguk segelas teh. Mas Yayan hanya diam mendengar jawabanku. Sedangkan ibu mertuaku yang sedari tadi diam kini dia mulai mengutarakan pendapatnya. "Kamu fikir fikir dulu kalau mau membuat keputusan jangan asal. Ngapain kamu ngajak Lia buat tinggal disini nambah beban aja" ucap ibu mertuaku dengan ketus "Bu, Lia itu keponakanku bukan orang lain. Lagian aku tidak akan merasa terbebani kok dengan adanya Lia tinggal disini. Kan tadi ibu dengar sendiri apa yang dikatakan Mbak Sari, dia akan mentransfer untuk biaya dan kebutuhan Lia" jawabku agak kesal. "Ibu gak usah khawatir, Lia gak akan ngerepotin kita" sambungku. Ibu mertuaku kembali diam dan pergi meninggalkan kami yang masih duduk di sofa ruang tamu. Entah apa yang ada difikirannya, kenapa dia sampai bisa bicara seperti itu. Ibu mertuaku memang agak cerewet dan selalu merasa kalau semua orang akan menjadi beban. Padahal selama ini aku yang kerja mencari nafkah. Sedangkan Mas Yayan dia hanya mengurus kebun peninggalan Almarhum bapaknya. Itupun tidak setiap hari dia pergi ke kebun, hanya seminggu tiga kali untuk mengecek tanaman tanamannya. * Seminggu kemudian sekitar habis dzuhur Mbak Sari datang lagi ke rumahku untuk mengantarkan Lia yang mau tinggal bersamaku. Mereka datang berdua menggunakan angkutan umum karena Mas Wahyu suaminya Mbak Sari sedang ada kerjaan di kebun. Banyak barang yang dia bawa. Sepertinya Mbak Sari membawa hasil kebunnya. "Dek, aku nitip Lia ya. Tolong kamu jagain dia jangan sampai terjerumus kedalam pergaulan bebas. Nanti kalau aku ada waktu luang pasti nyempetin ke sini buat nengokin Lia" ucap Mbak Sari dengan mata yang mulai berembun. Bagaimana tidak, ini kali pertamanya dia harus berpisah dengan anak bungsunya pastilah dia merasa sedih. Mbak Sari mempunyai empat orang anak perempuan. Lia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Semua kakaknya sudah menikah dan ikut bersama suaminya tinggal di desa suaminya. Itulah kenapa Mbak Sari nampak kelihatan sedih saat harus berpisah dengan Lia. Kini di rumahnya hanya tinggal Mbak Sari dan Mas Wahyu suaminya. "Iya Mbak, kamu gak usah khawatir ya aku akan menjaga Lia seperti anakku sendiri. InsyaAllah Lia akan baik baik saja tinggal bersamaku" jawabku dengan memegang kedua tangan Mbak Sari. "Kenapa gak dipesantrenin saja, kenapa malah disuruh tinggal disini ngerepotin saja" sahut ibu mertuaku dengan wajah ketus seraya menatap Mbak Sari Aku yang mendengar ucapan ibu mertuaku sontak melihat ke arahnya. Dia malah balik menatapku dengan raut wajah tak suka. Sedangkan Mbak Sari dan Lia tertunduk saat mendengar ucapan ibu. "Ibu gak boleh bicara seperti itu, Lia gak akan ngerepotin kita kok. Lia itu anak mandiri" jawabku yang merasa tidak enak dengan ucapan ibu mertuaku "Halaaah memang benar kok, lihat aja nanti dia pasti akan merepotkan kita" sambungnya dengan bibir yang dinaik naikin. "Gak papa bude, kalau Bu Sukma keberatan aku tinggal disini biar aku pulang saja" jawab Lia seraya menatapku dengan raut wajah sedih. "Iya Dek kalau ibu mertuamu merasa keberatan Lia tinggal di rumahmu, biar kami pulang saja" sambung ibuku. "Kalian jangan dengerin kata ibu mertuaku ya, Lia akan tetap tinggal disini bersamaku" jawabku sambil mengelus punggung Lia. Sementara Mas Yayan dia hanya diam saja. "Ya sudahlah terserah kamu saja, pokoknya ibu gak mau kalau dia sampai merepotkan kita disini" ucap ibu mertuaku lagi sambil beranjak pergi meninggalkan ruang tamu. "Ucapan ibu barusan jangan dimasukin ke hati ya, dia memang seperti itu orangnya" aku mencoba memberikan pengertian kepada Mbak Sari dan Lia. Mereka tak menjawab ucapanku hanya menganggukan kepala saja. Setelah itu Mbak Sari langsung pamit pulang dan menyodorkan beberapa bungkus plastik yang tadi dia bawa serta pisang hasil dari kebun dia. "Dek, Mbak mau langsung pulang saja ya takut keburu sore. Mbak nitip Lia disini, ini ada beberapa hasil kebunku untuk kamu" Mbak Sari berpamitan kepadaku sambil memberikan buah tangan yang ia bawa. "Kamu jaga diri baik baik ya Nak, segala sesuatu harus kamu kerjakan sendiri jangan sampai merepotkan Bude mu" sambungnya lagi seraya menatap anak bungsunya. "Terimakasih Mbak. Mbak hati hati di jalan ya" jawabku sambil menyalaminya. Sementara Lia dia hanya menganggukkan kepala saja dengan raut wajah sedih. Mbak Sari pun sudah berangkat menaikki angkutan umum. Lalu aku langsung mengajak Lia menuju kamarnya untuk beristirahat dan menyimpan barang bawaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD