Tiga Puluh

205 Words

Setelah sampai, Eza langsung mengedarkan pandangannya, dan terlihat Vania yang sedang duduk di salah satu meja. "Mana sertifikatnya." Vania tersenyum tipis. "Duduk dulu, minum dulu, makan dulu." Eza langsung duduk di hadapan Vania. "Enggak usah basa-basi." Vania mengeluarkan sertifikat tanah dari dalam tas. "Aku bakal balikin sertifikat ini, tapi kamu harus jadi suami aku, deal?" Gila, ternyata Vania telah merencanakan ini semua. Benar-benar licik, dia lupa sedang berhubungan dengan perempuan licik yang menghalalkan segala cara untul mendapatkan apa pun keinginannya. Vania tersenyum ke arah Eza dengan penuh kemenangan. "Dear enggak? Kalau enggak, ya udah, aku enggak rugi, kalau mau perjuangin sertifikat ini lewat pengadilan ya silakan, tapi kalau mau cara cepat, tinggal ikuti cara ak

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD