Chapter 6

1505 Words
"Kamu ingin jaket lain?" tanya Askan. Mendaline menggelengkan kepala. "Akan segera aku kembalikan untukmu," jawab Mendaline. "Nggak tidak perlu terburu-buru. Kami masih memiliki waktu dua hari lagi bersama di kapal ini," balas Askan. Mendaline mengangguk pelan sambil mengeratkan jaket yang membungkus badannya. "Belum masuk kabin juga?" tanya Askan. "Segera, aku masuk sekarang," jawab Mendaline. Askan mengangguk sambil melihat Mendaline yang menjauh darinya. Setelah Mendaline tak lagi terlihat di pandangan matanya, Askan berbalik dan memperhatikan laut yang gelap, angin malam menerpa wajahnya. Tepukan jatuh di bahu kanan Askan. "Di sini rupanya!" ujar Bintang. "Ada apa?" tanya Askan. "Dicari di dalam," jawab Bintang. "Baru saja keluar sebentar," balas Askan. "Siapa suruh kamu terlalu populer akhir-akhir ini, hahaha!" Bintang tergelak tawa. Askan menepuk pundak kiri Bintang. "Ayo masuk!" Bintang mengikuti Askan masuk ke kabin pertemuan. "Bagaimana menurutmu latihan kita hari ini ?" tanya salah satu perwira Angkatan Laut Inggris. Askan menjawab, "Saya memiliki gambaran awal mengenai latihan dari para anggota angkatan laut Inggris. Royal navy adalah tentara elit hebat.. Perwira itu tersenyum kecil. "Mungkin tidak sehebat tim Anda, Pak Askan," ujarnya. Askan duduk di kursi sambil menuangkan segelas air mineral lalu meneguk setengah gelas air mineral masuk ke dalam kerongkongan setelah itu dia berkata pada perwira itu. "Ini adalah latihan persahabatan, mari kami saling sama-sama menghargai dan melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing, saya berharap persahabatan dua negara khususnya dalam bidang militer angkatan laut lebih erat daripada sebelumnya, mungkin kami bisa saling menghormati dan menghargai masing-masing tanpa perlu memandang rendah satu sama lain," ujar Askan. Askan mengatakan hal ini bukan tanpa alasan, sebab apa yang dia katakan pada perwira ini adalah ingin memberi pesan tersirat kepada apa yang pernah dia dan kawan-kawannya dapatkan mengenai perlakuan dari Royal Navy kepada Angkatan Laut Tentara Nasional Indonesia. Hal ini bukan menjadi rahasia lagi, namun semua orang tahu dan menyadari bahwa sebenarnya Angkatan Laut TNI pernah dipandang rendah oleh Royal Navy, namun situasi itu terbalik seratus delapan puluh derajat setelah Askan dan kawan-kawan Angkatan Laut TNI berhasil merebut kembali kapal pesiar Cora beberapa hari yang lalu dan mendapat kepercayaan dari berbagai dunia internasional khususnya dari para petinggi-petinggi dan perwakilan dari negara-negara yang terjebak dalam tragedi kapal pesiar Cora. Kerajaan Inggris juga memberikan apresiasi yang sangat besar kepada Askan dan kawan-kawan, ini adalah satu prestasi yang dicetak oleh Askan membuat nama Askan lebih tinggi dan dikenali oleh banyak orang terutama di bagian militer Angkatan Laut. Perwira itu mengangguk mengerti dengan maksud ucapan dari Askan dia berkata dengan nada yang menyesal. "Saya mewakili teman-teman yang pernah merendahkan Anda dan teman-teman Anda sebelumnya untuk meminta maaf atas tindakan kami, saya berharap bahwa kejadian ini tidak akan pernah terjadi lagi. Mari kami saling menghormati dan menghargai satu sama lain, mari kami saling belajar dan melengkapi kekurangan kelebihan, jika kami ada kesalahan atau apa yang perlu diperbaiki mohon saran dan masukan, begitu pun juga dengan kelompok Anda," ujarnya. Askan mengangguk. "Ya, itu lebih baik." Askan melirik jam di pergelangan tangan kiri. "Saya berpikir bahwa ini sudah jam istirahat malam, mungkin kami bisa menutup mata selama beberapa jam, setelah itu kami akan bangun lagi untuk latihan di hari berikutnya," saran Askan. Perwira itu mengangguk mengerti. "Ya, mari kita beristirahat." Askan meneguk habis sisa air mineral yang ada di gelasnya. * Pagi yang cerah di tengah-tengah laut membuat Grace dan Mendaline sangat terlihat senang ketika menikmati matahari pagi yang indah di tengah perairan. Sarapan mereka hari ini yaitu jus jeruk dan beberapa pancake. Grace berkata kepada Mendaline. "Sarapan di sini tidak buruk." Mendaline mengangguk. "Ya benar, setidaknya ini seperti benar-benar di restoran, aku seperti mengingat ketika di mana kami pertama kali naik kapal pesiar Cora dan seperti ini." Grace hanya mengangguk pelan sambil menikmati sarapan pagi miliknya. Tiba-tiba gelas teh dan piring pancake milik orang lain berada di meja mereka. "Bolehkah aku bergabung?" tanya orang itu. Mendaline dan Grace melirik piring dan gelas teh itu. "Ah, Tuan pahlawan!" seru Grace senang. Mendaline mengangguk, namun dia melihat ke arah gelas teh milik Askan. "Kamu suka minum jus jeruk?" Askan menggelengkan kepalanya. "Dari dulu ibuku tidak pernah memberikan kami jus jeruk, kami terbiasa dengan s**u maupun teh ataupun air mineral di pagi hari. Jika aku meminum s**u jeruk ibuku akan mengatakan padaku bahwa 'kamu pasti akan sakit perut karena itu rasanya asam', jadi yah kami tidak minum jus jeruk di pagi hari." "Ah seperti itu rupanya." Mendaline manggut-manggut. "Beliau tahu mengenai apa yang dibutuhkan lambung pada pagi hari." Askan mengangguk. "Beliau adalah seorang perawat," ujar Askan. "Seperti itu, pantas saja ibu anda sangat memperhatikan kesehatan rupanya beliau adalah praktisi medis," ujar Grace. Askan berkata setelah dia meneguk teh. "Beliau memang sangat memperhatikan kesehatan terutama kami anak-anaknya." "Ah, begitu." Grace melirik ke arah teman yang menikmati pancake dan jus jeruk, dia berkata, "Mendaline sangat suka jus jeruk, ketika baru bangun tidur dia akan minum jus jeruk." Askan manggut-manggut mengerti setelah melirik ke arah gelas kaca yang berisi jus jeruk milik Mendaline, jus jeruk yang ada dalam gelas itu hanya setengah saja setengah yang lainnya sudah terisi dalam perut perut Mendaline. "Setelah sarapan kami juga akan latihan kali ini, kami akan menggunakan meriam tembak untuk jarak jauh. Apakah kamu ingin menonton?" tawar Askan. Mendalime mengangguk. "Ya, tentu saja aku juga ingin menonton. Aku penasaran dengan latihan para angkatan laut gabungan ini, mungkin saja jika melihat Royal Navy dan TNI Angkatan Laut bergabung kali ini, aku ada bayangan mengenai situasi mengerikan apa yang akan terjadi jika para perompak ingin berani masuk ke perairan ini lagi," jawab Mendaline. Askan mengangguk. "Oh ya, kamu bilang kamu sudah lima belas tahun tinggal di sini?" tanya Askan. Mendaline mengangguk. "Ya benar, sudah lima belas tahun," jawab Mendaline. Asan bertanya, "Dari umur berapa tahun kamu tinggal di sini?" Mendalime menjawab, "Dari umur sepulu tahun." "Begitu rupanya, kamu masih muda," ujar Askan. Mendalime tidak membantah ucapan dari Askan memang umurnya masih terbilang muda karena baru berusia 25 tahun beberapa bulan yang lalu. "Empat bulan yang lalu aku berumur dua puluh tahun," ujar Mendaline. Askan mengangguk mengerti. "Pantas saja kamu begitu imut dan begitu manis." Ini adalah kata-kata yang bisa dikeluarkan atau diucapkan oleh seseorang yang gombal kepada gebetannya atau orang yang ingin didekatinya namun kata-kata ini tanpa sadar keluar begitu saja dari mulut Askan. Mendengar ucapan Askan yang memuji dirinya imut dan mungil Mendaline agak terkekeh pelan namun singkat. "Kebanyakan orang di sini mengira bahwa aku adalah orang Malaysia atau orang Asia lainnya tinggiku tidak terlalu tinggi hanya seratus enam puluh centimeter, tapi aku puas dengan tinggi badanku yang begini." Askan berkata, "Aku juga tidak terlalu menyukai gadis yang terlalu tinggi, tinggi seperti ini aku sukai." Ini adalah benar-benar kata gombalan. Mendalime tersenyum, "Benarkah?" Askan mengangguk. "Benar." "Berapa tinggi badanmu?" tanya Mendaline. "Seratus delapan puluh centimeter,* jawab Askan. Mendaline mengangguk. "Untuk orang Indonesia, kamu terlalu tinggi," ujarnya. Askan mengangguk. "Ya benar, aku mungkin yang paling tertinggi dalam seluruh keluargaku. Dulu waktu aku kecil, aku paling suka kabur dari rumah hanya untuk berenang di dermaga atau pelabuhan hingga menunggu Ayahku datang sambil memegang gesper kantornya hendak membuat pose untuk memukulku itu untuk menakuti aku agar aku cepat-cepat naik dari air ke darat, mungkin karena terlalu sering berenang postur tubuhku tinggi," ujar Askan. Mendaline mengangguk membenarkan. "Ya, jika terlalu berenang memang orang akan terlihat tinggi, yang kamu bilang kamu dari kecil suka berenang, seharusnya aku tidak perlu heran dengan ketinggian badanmu." "Sudah selesai sarapan, ayo latihan!" ajak Askan. Mendaline dan Grace mengangguk. * "Huuh, malam ini memang benar-benar melelahkan yah, padahal kami tidak ikut mengoperasikan alat tembak jarak jauh militer angkatan laut tetapi setelah kita menyaksikan bagaimana proses mereka latihan, itu membuat d**a dan jantungku bergetar-getar seperti terkena gempa bumi," ujar Grace saat dia berguling-guling di kamar kabin. Sementara itu, sang teman yang berada di ranjang sebelahnya mengangguk. "Getaran yang dihasilkan oleh meriam tembak jarak jauh memang sungguh besar getarannya, jika saja itu adalah bom atau pun semacam granat laut yang besar mungkin saja telah terjadi tsunami dan menghantam kapal ini." "Hei! kapal ini adalah kapal perang. Kamu bisa lihat sendiri kan kapal ini besar, tidak semudah itu bisa dihanyutkan oleh tsunami," balas Grace. "Namun perkataanmu ada benarnya, jika saja itu bom yang sangat besar mungkin saja tsunami besar bisa menyapu seluruh kapal ini." Mereka berdua menikmati waktu istirahat malam mereka setelah makan malam, namun mata Grace melirik ke arah kursi yang berada di dekat ranjang tidur milik temannya. "Hei, bukankah jaket itu bukan milikmu?" tanya Grace, "aku pernah melihat ini, ini jaket yang kau bilang bahwa orang yang meminjamkannya padamu, Apakah kamu belum mengembalikan jaket itu kepada yang punya?" tanya Grace. Mendaline melirik ke arah kursi di mana jaket itu berada. "Aku sudah mengembalikannya pada orangnya." "Benarkah? lalu kenapa masih ada jaket ini padamu? jangan bilang bahwa dia memberikannya padamu dan dia tidak ingin lagi mengambil kembali jaketnya." Tebak Grace. Mendaline menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, aku bertemu dengan orang itu lagi dan dia mengatakan bahwa meminjamkan jaket itu padaku agar aku tidak kedinginan tadi tadi malam," ujarnya. "Apa?!" Grace agak tercengang, "berarti orang itu berada di kapal ini?" tanya Grace. "Benar," jawab Mendaline. "Siapa dia?" tanya Grace. "Askan," jawab Mendaline. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD