Hati Tami bergemuruh. Malu kesal marah bercampur menjadi satu. Air mata menetes membasahi pipi tanpa suara. Dengan tatapan tajam dia menghampiri anak lelaki kebanggaannya. "Ma," lirih Lingga berjalan mundur. Sementara dia terus berjalan maju. Plak! Sebuah tamparan keras dari sang Mama melayang cukup kencang di pipinya. Hingga meninggalkan jejak merah bercap tangan di sana. Dila keluar bersama Gara. Begitupun dengan Keyla, Rahma juga Ica. "Jelaskan apa ini?!" teriak Mama Tami. Belum sempat Lingga menjawab ucapan Mamanya, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah cukup kencang. Bergegas Keyla pun membuka pintu. Alangkah terkejutnya ketika melihat banyak wartawan sudah berdiri di pagar rumah. Pak Seno yang menjadi satpam keluarga Bram pun merasa kewalahan karena mereka memaksa untuk m