“Hal yang paling gue benci adalah diinjak!”
-Kayna Fayeza-
***
Dua hari sudah Kayna menjalankan ospek dengan berbagai larangan dan bentakan yang membuat telinga mencari sedikit berdengung. Dan ini artinya ospek hari terakhir. Hari berakhirnya neraka dunia yang rasakan beserta teman sekelompoknya.
“Akhirnya ... hari ini ospek terakhir,” ucap Adresia senang.
Velly mengangguk semangat. “Setelah penderitaan ospek, menantilah tugas-tugas kuliah yang akan menghukum kita, gengs. Jangan senang dulu nanti sakit, ”sindirnya acuh tak acuh
Izzan mendengus pelan. “Derita anak kuliahan gini amat. Kalau bukan karena gelar sarjana, gue ogah belajar sampai selama ini. ”
“Lo anak konglomerat, Zan. Uang tujuh turunan enggak bakalan abis, ”celetuk Evano malas.
Tak lama kemudian muncul lima panitia ospek, termasuk Atha. Pria itu terlihat tampak menjulang tinggi di samping perempuan mungil yang berkuncir kuda kemarin. Tetapi, almamater yang mereka kenakan tampak berbeda. He hari ini perkenalan antar anak fakultas.
“Ayo, kumpul! Hei, kamu. Cepat jangan lelet, ”tegur Atha keras.
Beberapa anak maba terlihat buru-buru mendengar teguran Atha yang lumayan keras. Pemuda itu tidak menggunakan mic, tapi entah kenapa suaranya begitu lantang di tengah meleset taman yang dipenuhi calon maba.
Kelompok Ubur-Uburnya Spongebob pun menata barisan tepat menghadap Atha. Entah pikiran apa yang merasuki Evano yang biasanya menghindari, kini bertepatan. Kerutan dari para maba lainnya pun ia abaikan dan percaya diri berdiri di depan sambil menilai-curi pandangan pada panitia ospek kemarin.
“Jadi, tugas terakhir kalian adalah meminta tanda tangan dari para senior di kampus ini. Kebetulan mereka sedang ada sosialisasi, jadi pergunakan waktu sebaik mungkin. Pesan saya selaku panitia ospek, jangan kira kalian meminta tanda tangan itu gampang. Karena nanti kalian di sana akan diuji sebarapa minat kalian meminta tanda tangan senior tersebut. Dapat dikenakan? ” celoteh Atha panjang lebar.
Mengerti, seru para calon maba kompak.
Satu per satu dari mereka pun membubarkan diri. Keluhan demi keluhan terdengar dari calon masing-masing maba. Ternyata penderitaan mereka terus berlanjut karena para senior dengan tampang tidak berdosa melakukan hal diluar nalar, seperti menghitung berapa daun yang jatuh di taman. Astaga, melihat daun yang berjatuhan sudah pusing, ditambah menghitung jumlah daun yang sangat menyusahkan.
Insiden berdesak-desakan pun terjadi. Tubuh mungil Kayna terjepit sana sini membuat dirinya sedikit sesak napas. Ia yang tidak bisa keluar dan tidak bisa pula masuk. Namun, entah dorong dari mana tiba-tiba Kayna tersungkur hingga jatuh diatas lantai kasar dekat taman.
Rasa perih menjalar di sekujur lutut kirinya. Terlihat luka kecil nan perih memerah mewarnai indah dengan darah yang mengembun sedikit.
Perih banget. Kayna mendesis pelan sambil membersihkan batu pelan-pelan yang menempel di sekitar lukanya.
Tanpa Kayna sadari sebuah hansaplast terulur ke arahnya. Membuat dirinya mendongak kala sepatu hitam mengkilap yang menghalangi pemandangan.
“Lo ... jatuh?” tanya pria tersebut sambil menampilkan senyum lesung pipit yang sangat manis.
Kayna menganga percaya diri melihat makhluk kelewat sempurna di hadapannya. Namun, ia buru-buru menetralkan tatapannya. “Udah tahu nanya,” sarkasnya kesal.
Tak urung hansaplast itu ia ambil dengan gerakan kasar. Dan menyobek bungkusnya tanpa ampun. Menganggap hansaplast itu adalah orang-orang yang mendorong dirinya tadi.
Kenapa kok bisa jatuh? tanya pria tersebut sambil mendudukan diri di samping Kayna.
“Siapa lagi kalau bukan para panitia ospek. Gara-gara dia nyuruh kita minta tandatangan jadi rusuh begini kan. Kesel gue nih! ” sinis Kayna kesal. Lalu tatapannya mengarah pada pria yang melaporkan pakaian yang berbeda.
“Lo udah dapat berapa tanda tangan?” tanya pria itu lagi.
“Belum sama sekali,” tandas Kayna buku catatan yang masih putih bersih.
Sontak tawa geli keluar dari mulut pria tersebut. Benar-benar kosong dan masih putih bersih. Bahkan tak ada satu pun coretan yang terukir di dalamnya.
Mendengar tawa geli dari seseorang yang disebelahnya membuat kening Kayna mengerut. Lalu, menatap kesal pada laki-laki berlesung pipit yang manis.
“Jangan ketawa lo!” peringat Kayna kesal dan segera merebut buku dari tangan laki-laki itu.
“Eits, lo butuh tanda tangan, 'kan?” tanya laki-laki itu memastikan.
Spontan Kayna mengangguk. Dan mengarah pada laki-laki yang tengah menangani buku khusus ospek sambil tersenyum geli.
“Tuh udah gue kasih. Kalau enggak kuat jangan dipaksain. Kaki lo masih lecet tuh, ”kata laki-laki itu sambil melenggang pergi. Meninggalkan Kayna dengan tatapan bingung.
Tetapi, dalam hati Kayna sangat bersyukur, akhirnya ia mendapatkan tanda tangan tanpa harus berdesakan seperti tadi. Dengan ciuman singkat bukunya, ia pun mulai bangkit dan melenggang pergi menghampiri Velly yang terlihat duduk bersama Adresia.
Kayna melihat banyak maba yang mengeluh akibat permintaan aneh dari para kating. Bahkan tanpa sadar ia mengejek para maba itu yang belum mendapatkan satu tanda tangan pun.
“Udah dapat tanda tangan berapa, Kay?” tanya Velly bingung kala melihat Kayna yang berjalan santai ke arahnya sambil tersenyum kecil.
Bukannya menjawab Kayna malah melebarkan senyumannya dan melirik buku milik Velly yang terlihat sudah banyak tanda tangan. Hehehe Face Menggemaskan Like Velly Alfiyyah adalah sebuah keberuntungan. Sebab, tanpa harus bersusah payah perempuan itu dapat memperoleh tanda tangan dengan mudah.
Sementara Adresia yang melihat buku milik Velly hanya menghela napas pelan. Siapa yang bisa terhubung dengan gadis galak sepertinya. Untuk Berbicara saja Adresia sudah terlihat garang. Namun, entah mengapa para kating tidak mempermasalahkan sifatnya.
“Udah banyak banget lo, Vel. Gue aja baru segini, ”ujar Adresia sambil menunjukkan buku yang hanya berisikan lima tanda tangan. Itupun ia dapatkan dari para kating yang hanya mengajak dirinya foto bersama.
Melihat buku Adresia sebentar, lalu berseru senang, “Itu banyak, Res. Gue salut sama lo, biar galak banyak yang deketin. ”
“Yeeeh, gue enggak galak, Vel. Mereka aja tuh yang pada baperan banget kalau sama gue, ”protes Adresia kesal. Wajah babby face yang biasanya berkerut kini berubah menjadi senyuman lebar. Sangat manis.
“Asli, salfok gue lihat lo senyum, Res. Menyilaukan mata, ”canda Kayna tertawa geli.
Bukannya senang, Adresia malah kembali bersungut kesal dan menatap Kayna bengis. Sebenarnya ia bukan sosok yang pemarah, tapi inilah sifat yang Adresia miliki. Jika ia bisa tersenyum sepanjang hari adalah suatu keajaiban yang sangat mustahil.
***
“Anjir, gue hampir digetok sama panitia ospek gara-gara godain kating sebelah,” celetuk Evano kesal.
Izzan menatap gambar bingung. Dengan dahi berkerut serta alis kanannya terangkat, ia pun bertanya, “Jurus gombalan apalagi yang lo gunain, cuk? Heran gue. "
Wajah cengengesan konyol dari Evano membuat Izzan mendengus keras, menatap aneh. Tidak ada kapoknya meskipun sering bencana bencana akibat kelakuan absurd yang tidak sangat tahu tempat.
Bagaimana bisa, seorang maba menggoda kating dengan gombalan receh. Bahkan untuk menanggapinya saja sudah malas.
Suasana warung Bulis terlihat ramai. Banyak para maba serta anak-anak kating berseliweran. Menciptakan suasana yang enak dipandang mata. Apalagi melihat yang bening-bening. Dunia Uuuh surga.
Kayna yang biasanya terfokus pada makanan, kini lebih memusatkan perhatiannya pada segerombolan laki-laki yang tengah memangku gitar. Terlihat dari salah satu mereka melempar guyonan receh yang tak ayal result terbahak sendirian.
Senyum kecil Kayna terukir indah kala tanpa sengaja ia melihat laki-laki menggunakan hoodie berwarna hitam memetik gitarnya pelan. Semua berita mendadak terdiam. Bahkan suasana warung yang ramai kini mendadak sepi.
Suara petikan gitar yang mengalun indah lebih mendominasi. Menghiasi suasana warung sangat menenangkan.
Kau bertanya dengan rasa ragu
Seberapa besar cintaku padamu
Akan selalu kujawab semua keraguanmu
Kan membuktikan semuanya padamu
Tak perlu kau ragu lagi
Cukup jalani dan rasakan
Ohhh.oh wanita ku
Suara itu mengalun indah di telinga setiap insan. Menikmati setiap kalimat yang menyampaikan pesan di hati. Siapa pun yang mendengarnya pasti akan merasakan hal yang sama. Seperti Faray Zikri Lazuardy, laki-laki berpakaian santai itu nampak sangat meresapi setiap lagu yang dia nyanyikan.
Cukup kau
disampingku Sempurnakan langkahku
Tuk menyusuri waktu
Cukup kau disampingku
Berjalan bersamaku
Pasti kan kau bahagia
Lagu Risky Febian yang berjudul Ragu itu membuat siapa pun terpukau. Termasuk Adresia yang biasanya bar-bar kini tak percaya mendengarkan lagu kesukaannya di cover oleh salah satu seorang kating.
Tatapan memuja dari para maba tak membuat Faray pongah. Nyatanya pria dengan pakaian kemeja flanel hitam-putih tampak berdiri sambil melempar senyuman tipis. Namun, bukannya untuk menyapa, melainkan melenggang pergi.
“Anjir, itu siapa, Kay? Suaranya bikin gue meleleh, ”pekik Adresia histeris.
Gadis itu tampak mengipasi wajahnya yang terlihat sangat memerah. Bahkan untuk bernapas saja Adresia butuh tenaga penuh. Matanya pun bergerak kesana-kemari. Mencari kating yang baru saja membuat jiwa alayers begitu saja.
Kayna yang tampak terkejut melihat perubahan sikap Adresia hanya diam membisu. Ia tak percaya melihat perempuan garang seperti Adresia yang bisa melihat hanya mendengar suara yang menurutnya biasa saja.
Tetapi, bukan Velly namanya jika ia tidak iseng. Gadis polos nan menggemaskan itu sepertinya merencanakan sesuatu, sebab beberapa kali Kayna memergokinya tengah tersenyum setan sambil melirik Adresia diam-diam.
Namun, Kayna tak mau ambil pusing. Ia pun segera berpamitan dengan teman sekelompoknya. Karena ospek hari ini selesai dengan cepat. Entah apa yang merasuki para panitia hingga dengan mudahnya melepaskan para mangsa empuk.
Dan sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan seorang Kayna Fayeza. Selain cuaca yang tak begitu terik, kini jalanan terlihat sangat lenggang hingga perempuan berpakaian kemeja kuning telur itu dapat dengan mudah membelah jalanan ibukota tanpa harus menantikan kemacetan yang sebentar lagi akan berlangsung.