Setelah puas berduduk santai, Faray pun memutuskan untuk pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang masih tertidur di sana. Bukan karena ia tidak mau, melainkan masih ada urusan yang harus ia selesaikan. “Gue duluan, ya,” pamit Faray tersenyum tipis. “Oke, Ray. Nanti malam jadi ya indekos gue buat ngumpul, soalnya kalau di rumah gue malas. Kemarin sih enak ada Adresia, kalau sekarang sepi. Yang ada gue ditemani penghui di sana, ”ujar Atha yang diakhiri senyum tipis. Sedangkan Kalandra yang masih memang wajah tenang pun mengangguk pelan dan tersenyum samar. Tanpa memerdulikan perkataan Atha, Faray pun melenggang pergi sambil bersiul pelan melangkahkan kaki menyusuri lorong FILKOM. Di sana terlihat para maba yang mengikuti kelas dengan wajah serius, padahal kalau sudah semester tua seperti