Karena rasa penasarannya, Faray pun mengikuti kembali langkah Kakek Tua Bertegangan yang memimpin di depan. Entah mengapa ia merasa kalau kakek tua ini tidak ada lelahnya, bahkan dirinya saja sudah hampir patah. Sebab, kakinya terus dibuat melangkah tanpa ingin terlebih dahulu. Kakek Tua Pegangan yang tipis melihat raut wajah yang dimiliki Faray. “Le, mengko koe 'iso njagong' tapi yo ora iso sa'niki. Koe 'kudu menggone Mbah Buyut. Ben roso penasaranmu kuwi terbayarno. ” (Nak, nanti kamu bisa duduk, tapi ya enggak bisa sekarang. Kamu harus ke rumah Kakek Sesepuh. Biar rasa penasaranmu itu terbayarkan.) Mereka pun melanjutkan perjalanan, kali ini melewati sungai kecil yang menjadi patokan arah langkah langkah. Air di sungai itu nampak bersih, bahkan batu-batu kecil yang ada di dalamnya na