Farah masih berpikir tentang; tawaran yang diberikan oleh Om Maven padanya. Kalau Farah ingin uang untuk melunasi semua hutang-hutangnya, maka dia harus bersedia menjadi simpanan Om Maven dan mengkhianati tantenya sendiri.
“Farah! Hei! Kau sedang memikirkan apa? Dari tadi aku melihat kamu melamun dan tidak ada semangat sama sekali.”
Farah menghela nafas melihat pada temannya— Ayu. Gadis itu menepuk pundak Farah dan mengangkat sebelah alisnya, penasaran dengan Farah kenapa hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun.
“Ayo! Kau boleh cerita padaku Farah. Kau kenapa?” tanya Ayu mendekatkan wajahnya pada Farah, langsung saja Farah menjauhkan wajahnya.
Farah menggeleng, ia tidak mungkin mengatakan pada Ayu, apa permasalahannya sekarang. Lagian ini hal yang sangat memalukan sekali untuk dirinya, bila menceritakan pada orang lain. Apalagi mengenai tawaran dari Om Maven. Pasti membuat Farah tambah malu akan hal itu.
“Tidak ada. Aku hanya memikirkan tugas kuliah saja. Kamu sudah mengerjakan tugas dari Profesor Hana?” tanya Farah berkilah, tidak akan membuat Ayu terus menerornya dan meminta Farah untuk bercerita pada gadis itu.
“Walah! Kamu sedang memikirkan itu toh! Nggak usah khawatir Farah, tugasnya nggak terlalu susah buat kamu yang pintar dan seringkali mendapatkan kata pujian dari dosen. Kamu bisa ngerjain itu dalam waktu tiga jam, udah! Kelar.” Ucap Ayu, meminum minumannya.
Farah hanya tersenyum tipis. Lagian tugas itu sudah ia kerjakan kemarin malam, isi kepalanya sekarang, hanya seputar dari hutang dan tawaran dari Om Maven.
"Farah, ada yang cariin kamy itu di depan," tunjuk seorang gadis yang menghampiri Farah dengan buku di tangannya dan kacamata bertengger di hidungnya.
"Siapa?" tanya Farah pelan.
gadis itu menggeleng dan menaikan kedua bahunya, mengatakan lewat gerakannya, kalau dia juga tidak tahu siapa yang mencari Farah
Farah perlahan berdiri dari tempatnya, lalu berjalan menuju gerbang kampus. Farah melambatkan langkah kakinya, melihat siapa orang yang mencarinya di depan sana.
debt colector pinjaman online. Farah tidak tahu, ini dari aplikasi mana. Namun dia mencoba untuk menguatkan dirinya. Mata Farah melotot.
Aght! Sialan! Bukan hanya satu orang yang menunggu dirinya, ternyata ada tiga orang. Farah mau menangis sekarang, karena dia harus meladeni ketiga orang itu sendirian. Farah mau melambaikan tangan dan meminta tolong pada siapa saja.
"Farah Gemini?" Tanya lelaki yang lebih pendek dibanding kedua lelaki lainnya, namun tampak lebih menakutkan. Dengan luka memanjang di pipinya dan kulitnya yang hitam. Mata yang tajam.
Farah menelan saliva. Ia sangat takut sekali.
"Kapan anda melunaskan semua hutang-hutang anda? Ini sudah jatuh tempo! Atau anda mau kami bertindak kasar?" ancam lelaki pendek dengan suara datarnya.
Farah mendengar itu menangis lirih. Lalu menggeleng. "Saya akan melunasinya nanti malam. Saya janji! Saya akan melunasinya nanti malam semuanya. Kalian bisa menemui saya lagi nanti, kalau saya berbohong." Farah berucap begitu panik, dan dia tidak punya pilihan lagi. Kalau dia harus melunasi semua hutang-hutangnya.
"Baik! Kali ini saya percaya dengan apa yang anda katakan, tapi ... kalau anda masih belum menepati janji anda untuk melunasi semua hutang-hutang anda, maka jangan salah saya, kalau saya akan membuat hidup anda menderita." Ancam lelaki itu diangguki lemah oleh Farah.
Farah melihat kepergian ketiga lelaki di depannya. Lalu melihat jam di handphonenya, sudah jam lima sore. Om Maven sudah pulang ke rumah sekitar jam segini. Farah dengan cepat menyetop taksi lalu dia masuk ke dalam taksi.
Farah harus pulang ke rumah sekarang, dan menemui Om Maven, lalu menerima tawaran dari lelaki itu.
Farah meremas bajunya, tanpa sadar air matanya menetes, karena tidak pernah terbesit sedikitpun di dalam pikiran Farah, kalau dia akan menjadi simpan dan pemuas hasrat dari Om Maven— lelaki yang begitu dihormati sekali oleh Farah dulunya. Namun pandangan itu sudah berubah, ketika Om Maven mau menolongnya dengan persyaratan yang begitu berat sekali.
Farah turun dari dalam taksi setelah membayar ongkos taksi. Berlari masuk ke dalam rumah. Farah menyeka keringat, melihat Om Maven yang duduk di ruang tengah, dengan mata lelaki itu menatap pada layar pipih lebar di depannya.
"O-om..." Farah memanggil penuh gugup.
Maven melihat pada Farah. Menaikan sebelah alisnya, bertanya lewat tatapannya, apa yang terjadi pada Farah. Sehingga gadis itu terlihat sangat kacau sekali sekarang.
"Ada apa Farah?" tanya Maven.
Farah menunduk. Lalu melihat pada sekelilingnya, dan melihat salah satu pelayan yang kerja di rumah Om Maven. Maven yang mengerti tatapan Farah dan apa yang akan dibicarakan oleh Farah padanya. Dengan cepat Maven berdiri.
"Ayo, ke ruangan kerja saya." Kata Maven berjalan lebih dulu, dan diikuti oleh Farah dari belakang.
Farah menatap pada punggung tegap Om Maven dan kembali menghela napasnya yang begitu berat sekali. Ya Tuhan... maafkan Farah. Bukan maksud Farah untuk melakukan hal hina ini. Tapi Farah tidak punya pilihan lain.
"Masuk." Kata Maven datar.
Farah masuk ke dalam ruangan Maven, kembali duduk di depan meja kerja Maven. Maven duduk di depan Farah dan menaruh tangannya di atas meja.
Tuk. Tuk. Tuk.
Ketukan jari Maven di atas meja, membuat keningan yang diciptakan oleh Farah yang belum mengeluarkan satu katapun. Mengisi suara di dalam ruangan itu.
"Jadi...?" Maven menaikan sebelah alis.
Farah mendongak perlahan dan menatap pada Maven. Farah menelan salivanya kasar, lalu dia melihat Maven dengan senyuman tipisnya.
"Om... saya mau menjadi pemuas hasrat Om. Dan saya butuh uangnya sekarang." Kata Farah menatap Maven dengan lirih.
Maven tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Farah padanya. Maven sudah menduga, kalau Farah pasti mau menjadi pemuas hasratnya dan memuaskan nafsunya ketika Maven menginginkan gadis itu setiap saat.
"Saya akan memberikan uang sebanyak lima ratus juta padamu detik ini juga Farah. Tapi, kau duduklah di pangkuanku sekarang. Saya mau membuka kancing kemejamu itu, dan melihat bukit kembarmu yang menggantung begitu besar." Ucap Maven dengan seringai mesumnya.
Farah mendengar hal itu, merasakan jantungnya berdetak sangat kencang sekali. Lalu ia menatap pada bagian dadanya, apakah harus dimulai sekarang?
Dering ponsel Farah kembali berbunyi, dan itu dari debt colector pinjaman online yang kembali meneleponnya.
"Kau mau uangnya atau tidak? Kalau tidak. Keluarlah. Kau membuang waktu-"
Farah segera bangkit dan duduk di pangkuan Om Maven. Farah membuka kancing kemejanya dan sekaligus branya. Bagian atasnya sekarang sudah terpampang di depan wajah lelaki itu. Maven tertawa kecil, dan merasa senang menjebak Farah dalam kepuasan hasrat Maven.