6. After One Night°

1514 Words
Si Merah jatuh tertidur setelah tiga kali intercourse malam itu. Mungkin itu sekitar jam 3 pagi. Ambrosio melepas topeng peraknya dan meletakkannya di meja samping ranjang, lalu menjatuhkan dirinya di sisi wanita itu dan menatap wajah tidurnya yang tenang. Rambut hitamnya yang acak-acakan karena percintaan mereka, dirapikannya dengan jari. Hell, damn!! Bercinta dengannya sangat nikmat! batin Ambrosio. Ia lega malam itu ia mengikuti saran temanya untuk berpesta. Jika ia tidak ikut, mungkin ia tidak akan bertemu gadis ini dan harus menunda lagi kesenangan yang tidak dijamahnya selama 26 tahun hidupnya. Hanya saja agak disesalkannya, terjadinya dengan cara one night stand. Ia tidak dapat menahan diri lagi ketika hanya ada mereka berdua di kamar itu. Ambrosio menyadari ia suka wanita dengan tubuh berisi, karena ia bisa mencengkeram erat pinggulnya, meremas p****t dan tonjolan dara yang besar, pipi yang tembem, bersemu sehat. Dan terutama dia tidak terlihat menggoda. Gadis itu tersenyum polos, menatap hangat dan berbicara dengan ramah, tetapi pintar dan tidak ragu-ragu. Dia terbuka dan jujur, terutama soal seksual. Ia hampir tidak percaya percintaan mereka adalah pengalaman pertama gadis ini dan ia mesti mengenakan topengnya. Mungkin gadis ini suka laki-laki bertopeng dan itu membangkitkan nafsu seksualnya. Siapa namanya? Si Merah, katanya. Seulas senyum tersungging di bibir tipis Ambrosio. Ia akan menayakan namanya lagi setelah mereka bangun. Dan sekarang ia ingin tidur dulu untuk melepas lelah karena aktivitas fisik mereka. Ketika bangun tidur, mata Sisilia langsung terbuka lebar. Terakhir yang diingatnya adalah dia sedang berhubungan badan dengan seseorang yang tidak dikenalnya, Mr.Silver. Matanya terbelalak dan melihat seorang pria di sampingnya tengah tidur memunggunginya. Sisilia mematung di tempat tidur. Apa yang harus kulakukan? pikirnya. Dia ingat hari ini tanggal 1 Januari. Ah, dia harus dinas pagi di rumah sakit. Perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur dan menyadari s**********n dan pinggulnya agak sakit. Sisilia meringis tanpa suara dan bergerak turun dari ranjang dengan hati-hati, berusaha menimbulkan suara seminimal mungkin, karena tidak ingin membangunkan laki-laki di sampingnya. Dia mencari ponsel dan membukanya. Ada 34 misscall. Kebanyakan dari rekan kerjanya hari ini. Dan dia melihat jam. Jam 10 pagi. Astaga, dia terlambat!! Sisilia segera mengumpulkan pakaiannya dan memakainya dengan terburu-buru, sepatunya ditenteng di tangan, lalu buru-buru keluar dari kamar hotel, rambutnya diturunkan menutupi wajahnya. Teman Ambrosio yang bersetelan biru elektrik melihat gadis berbaju merah yang malam tadi bersama Ambrosio berlari kecil di koridor hotel dan ia tersenyum girang karena hal itu. Itu berarti Ambrosio menghabiskan malam bersama seorang wanita. Ambrosio harus berterima kasih padanya. Setelah hubungan one night stand itu, sampai di rumah sakit Sisilia segera minum pil kondar untuk mecegah kehamilan. (Girls, kalau kalian mengalami hal seperti ini, ada loh pil kondar tersedia di apotik, efektif mencegah kehamilan 24 – 48 jam setelah berhubungan). *** Juni 2015. *** “Aku terburu-buru karena aku sudah terlambat ke tempat kerjaku,” ujar Sisilia tanpa rasa bersalah. Ambrosio masih mencengkeram lengannya. Mereka kembali lagi ke situasi saat ini, di ruang kerja Ambrosio. “Pekerjaanmu lebih penting daripada pria yang akan menghabiskan seumur hidup bersamamu?” tuding Ambrosio, mencondongkan wajahnya sangat dekat dengan wajah Sisilia. Sisilia menepis tangan Ambrosio. “Hei, kita ‘kan punya kewajiban masing-masing. Aku berada dalam situasi di mana aku tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadiku.” Gadis ini selalu punya alasan dan menggunakan kalimat yang bagus. Ambrosio memalingkan wajahnya. Sisilia tampak celingukan, berusaha melihat ekspresi wajah laki-laki itu. Apaan sih, laki-laki ini? Dia tidak menyangka Ambrosio sebegitunya terhadap malam pertama mereka. Ia ‘kan laki-laki. Biasanya yang ribet soal beginian adalah perempuan. “Jika kau berencana menikahiku ... lalu kenapa kau akhirnya menikahi kakakku? Itu hal yang sangat ganjil bagiku,” selidik Sisilia. “Itu lain cerita lagi ...,” gumam Ambrosio seraya mengembus lelah. Sisilia tertawa kecil, tetapi berusaha ditahannya. Sepertinya Ambrosio sendiri yang memperumit situasi dirinya. Lagi pula dia teringat ketika hari pernikahan kakaknya, dia sedang mengikuti tes seleksi untuk pelatihan ke Jepang. Ambrosio memunggunginya dan menjelaskan. “Kau menggunakan kartu kakakmu untuk masuk ke hotel. Ketika ayahmu perlu dana untuk menyelamatkan perusahaannya, ia menawarkan menikahkan putrinya denganku, yang kuketahui bernama Anastasia. Kukira itu kamu ....” Sisilia terkesiap mendengarnya. Terdiam sesaat, lalu tertawa terbahak-bahak. Mungkin menertawakan kebodohan Ambrosio. Ambrosio menyadari kebodohannya. Hanya dengan melihat namanya, ia sudah yakin dialah orangnya. Tanpa prasangka, ia menandatangani dokumen pernikahan dan perjanjiannya, lalu pergi menemui pengantinnya, yang menunggu di kamar hotel yang sama dengan yang pernah mereka gunakan. Begitu ia melihat langsung wanita yang bernama Anastasia itu, ia menyadari kebodohannya. Ia salah orang. “Kalau begitu, kenapa kau tidak menceraikan kakakku?” Ambrosio berbalik menghadapnya. “Jangan pura-pura tidak tahu!” “Ambrosio, aku benar-benar tidak tahu. Apa yang kakakku dan orangtuaku lakukan, tidak pernah sepengetahuanku.” Entah kenapa Ambrosio selalu merasa Sisilia jujur padanya, tapi di sisi lain ia ingin sekali mencurigai Sisilia terlibat dengan menjebaknya. Menjebaknya sehingga jatuh cinta dengan gadis ini, menginginkannya, tetapi tidak bisa mendapatkannya. Membuat malam-malamnya penuh siksaan dan tiap paginya ia harus mengurus 'adik kecilnya' yang mengeras, hanya karena memikirkan pagi setelah satu malam itu, gadis itu tak berada di sisinya lagi. “Aku tidak bisa menceraikan kakakmu, karena jika aku menceraikannya, aku harus menyerahkan setengah hartaku kepadanya. Jika orang itu kau, aku tak keberatan, tetapi tentu saja, aku tidak kan menceraikanmu, aku tidak kan pernah melakukannya,” terang Ambrosio. Sisilia memutar bola matanya. Halo?? Aku bahkan bukan isterimu, bagaimana bisa kau berpikir menceraikanku atau tidak meceraikanku. “Disebutkan dalam perjanjian pranikah, jika aku dan isteriku sudah berhubungan badan, maka perjanjiannya menjadi sah dan jika aku menceraikan isteriku, aku harus membagi dua hartaku dengannya.” Sisilia tercenung mendengarnya. Wah, ayah dan kakaknya rupanya benar-benar tidak akan melepaskan Ambrosio. Capek berdiri, Sisilia duduk di sofa tamu di tengah ruangan. Sebuah sofa besar, berlapis kulit berwarna hitam kemerahan. Dia berusaha mencerna maksud perjanjian pranikah Ambrosio dengan kakaknya. “Jadi kau sudah berhubungan badan dengan kakakku?”. Ambrosio masih berdiri dan mendengkus kesal. “Bukannya aku berhubungan badan dengannya ... aku bahkan tidak sanggup menyentuhnya.” “Oh?” Ada laki-laki yang tidak tergoda dengan Anastasia. Wah, ini luar biasa. Tetapi tunggu dulu. Tidak mungkin! Ambrosio pasti berbohong atau ia punya kelainan? “Dan karena itulah, Anastasia mengancam akan menyebarkan isu bahwa aku impoten dan akan menuntut kompensasi karena telah ditipu olehku, yang menikahinya untuk menutupi kondisi kesehatanku”. Sisilia tidak tahu harus bereaksi bagaimana lagi, dia tertawa hingga air matanya keluar dari sudut matanya. Ambrosio, apa kau telah melakukan sesuatu yang buruk di kehidupanmu sebelumnya sehingga kau terjebak dalam tipuan ini? Sambil menahan tawanya, Sisilia berkata padanya. “Ambrosio, aku yakin kau tidak sebodoh ini. Kau bisa mendiskusikan dengan pengacaramu cara untuk mengatasi Anastasia. Kakakku, dia memang wanita jahat kurasa ....” “Ya, memang, itu bukan masalah utamanya. Aku memang tidak berhubungan badan dengan Anastasia, tetapi tetap saja itu tidak mengubah kenyataan bahwa aku telah berhubungan badan dengan salah satu putri pemilik Ansil Garment, yaitu kau ... Sisilia!” “Oh? Kembali ke aku lagi?” “Ya, aku akan menceraikan kakakmu setelah aku menikah denganmu, dengan begitu, aku tidak menyalahi perjanjian pranikahnya.” Alis Sisilia bertaut. “Ambrosio, bukankah kau mempersulit dirimu sendiri?” Tunggu dulu .... “Ambrosio, apakah kau ... kesal padaku ... karena aku ... mengambil keperjakaanmu?” Ambrosio menatapnya tajam. “Menurutmu bagaimana?” Sisilia terkesiap dan membekap mulutnya sendiri. Laki-laki ini tidak segampang perkiraannya. Ambrosio maju selangkah mendekatinya. Sisilia jadi gugup dan menuding Ambrosio. “Kau .... Apa kau punya bukti aku melakukannya? Ambrosio, kau ini membuatku seperti pemerkosa. Bukankah kita melakukannya atas suka sama suka?!” Ambrosio semakin mendekat, duduk di samping Sisilia dan mencondongkan wajahnya ke wajah Sisilia. Ia berkata dengan gigi terkatup. “Aku. Punya. Buktinya!” Sisilia mendoyong tubuhnya ke belakang dan tergagap, “Tidak mungkin!” “Aku menyimpan semua benda yang kita gunakan bersama malam itu, termasuk stik tes darah yang kau gunakan untuk memeriksaku”. Semua benda, maksudnya seprei hotel yang bernoda cairan tubuh mereka? Bukan cuma itu, Ambrosio menyimpan keseluruhan sprei, bed cover, selimut dan bantal karena di situ bau tubuh Sisilia tertinggal. Pria ini gila! batin Sisilia. Dia hendak lari dari situ, tetapi Ambrosio bergerak lebih cepat, mencengkeram pergelangan tangannya dan menahan tubuhnya dengan menindihnya. “Ambrosio, kau gila!!” pekik Sisilia. Ambrosio memang gila. Ia menciumi leher Sisilia dengan memburu, mengecupnya dalam seraya menggigit hingga meninggalkan bekas geligi di kulit leher Sisilia. “Aaahh!!” Sisilia meronta dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Ambrosio. Mendengar teriakan Sisilia, membuat Ambrosio semakin bersemangat. Ia tahu ia lebih kuat dari Sisilia dan gadis itu tidak akan bisa lepas darinya seberapa pun kuatnya dia mencoba. Tangannya menyusup ke dalam mantel Sisilia dan menemukan dua gundukan empuk yang meluap lebih besar dari telapak tangannya saat ia meremasnya, membuat gadis itu terpekik dan memukuli dadanya. “Aaahhh, lepaskan aku! Gila!! Dasar, Ambrosio, kau gila!” teriak Sisilia senyaring-nyaringnya. Namun tidak ada seorang pun akan mendengar. Dia baru tersadar, ruangan Ambrosio terisolasi, jauh dari ruangan lain dan tak ada yang lalu lalang dekat ruangannya. Berarti tidak akan ada seorang pun datang menolongnya. Dia telah jatuh ke dalam perangkap Ambrosio! *** Bersambung .... (*˘︶˘*).。*♡
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD